"Bibi Jisoo tidak suka cake cokelat, jangan terlalu banyak cream" Pesan Mino begitu keduanya masuk kedalam sebuah bakery yang terletak disalah satu jalanan utama kota Hokkaido. Setelah keributan yang sempat terjadi keduanya sepakat berjalan kaki menuju bakery yang masih berada dalam satu barisan dengan hotel tempat mereka menginap.
Jaemin yang mendengarnya terdiam, mengabaikan informasi yang sungguh-sungguh teramat tidak penting itu. Perduli setan dengan cake favorit Jisoo, ia bahkan merasa tidak harus mengetahui segala hal mengenai perempuan itu. Tapi pria muda itu hanya mengunci bibirnya begitu ocehan Mino kembali terdengar. Ia tidak ingin lagi mendebat pria ini. Jaemin sudah tidak lagi perduli dengan romansa menjijikan yang tengah ia rasakan. Yang ia lakukan hanya bertahan.
Untuk bisa segera pulang.
"Nana ko diem aja .. Biasanya kamu paling heboh kalo ada di bakery" Tegur Mino begitu selesai memilih. Pria Song itu membalikan tubuhnya dan menyodorkan satu buah cup kopi kearah putranya sementara ia sudah terlebih dahulu menyesap miliknya.
"Gapapa" Balas Jaemin singkat, lalu mulai menatap deretan cake yang dipajang. Bentuknya cantik dan mini, persis seperti cake yang menjadi favorit mami. Jaemin menyeringai mengingatnya, ia bahkan kemudian melengos begitu ingatan mengenai Irene kembali terlintas.
"Ada red velvet ... Itu favorit mami kamu kan?" Usik Mino yang kemudian menunjuk salah satu cake yang baru saja Jaemin pandangi. Pria muda Song itu mendecih mendengarnya.
"Oh masih inget?" Sindir nya. Mino yang melihatnya kemudian menarik nafasnya dengan pelan.
"Apa sih Na ... Papi sama mami cuma cerai, bukan amnesia" Balas Mino yang kemudian menghabiskan kopi nya sembari menunggu cake yang ia pesan.
"Cuma ya pi ... Tsk" Sahut Jaemin yang langsung mendecih, Mino yang mendengarnya melebarkan kedua matanya tapi ia kembali membungkam bibirnya begitu pesanannya selesai, Jaemin meliriknya melalui kedua ujung matanya dan menarik nafasnya dengan berat. Ia tahu papi nya ini tengah berusaha merebut hati nya, dari setiap kalimat yang ia ucapkan terlihat sekali nada bujukan. Jaemin tahu pria ini, tuan fakboi ini berusaha mencairkan suasana tapi Jaemin rasa ini sia-sia.
"Come on .." Ajak Mino begitu ia selesai membayar, satu tangannya kemudian meraih paper bag berisi cake yang tadi ia pesan. Jaemin mengikutinya dari belakang, keduanya berjalan beriringan, sesekali Mino bahkan melambatkan langkahnya agar putranya bisa menyamakan langkah tapi begitu Mino melambat Jaemin berusaha dua kali lebih lambat. Sadar dengan tingkah putranya Mino kemudian berhenti dan berbalik menatap Jaemin yang masih memegang cup kopi nya.
"Na ... " Panggilnya dan kemudian menyeringai ketika mata Jaemin mengarah padanya.
"Udah deh, kamu kalo lagi marah kaya gini mirip banget sama mami kamu--"
Brakkk
Jaemin sudah tidak tahan lagi. Ia bahkan tidak perduli cup kopi yang ia lempar tadi mengenai apa. Mino yang melihat nya mendelik tidak percaya atas reaksi Jaemin yang spontan sementara pria muda Song itu mendecih sejadinya ditempatnya.
"Ga usah ngomongin mami! Kenapa? Kangen??!"
"Song Jaemin!"
"Papi bikin aku muak, kalo dengan nyebut-nyebut mami papi fikir bisa bikin aku betah disini. Papi salah" Umpatnya. Song Mino yang mendengarnya memejamkan kedua matanya. Perlawanan demi perlawanan yang ia terima dari putra nya ini benar-benar membuat kepalanya mau pecah rasanya. Satu tangannya kemudian meremas ujung paper bag lebih kuat, menahan emosi yang kembali naik.
"Bisa ga kamu bersikap dewasa? Come on Jaemin, papi sama mami udah sepakat berpisah dan kita melakukannya dengan cara yang benar. Papi ga ninggalin mami kamu gitu aja. Papi dan mami cerai dengan keputusan bersama--"
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf