14 | Wrecking

1.3K 192 94
                                    

Pertemuan dengan Jisoo tadi siang sedikit banyak membuat pandangan Jaemin terhadap Jeno berubah. Song Jaemin sadar saudara kembarnya ini bukan anak kecil lagi. Bahkan mungkin Jeno sudah terlampau dewasa dibanding dirinya. Melihat sendiri bagaimana cara Jeno menghadapi Kim Jisoo dengan sikap setenang itu mau tidak mau membuat Jaemin kembali berfikir.

Jeno lebih tangguh dari yang ia kira. Dan mungkin itulah kenapa mami memilih meminta hak asuh Jeno dibanding Jaemin. Jeno lebih kuat dan lebih bisa tenang menghadapi keadaan apapun bahkan yang paling buruk sekalipun. Dan inti dari semua ini yang mungkin membuat Jaemin sedikit tertohok adalah, Jeno lebih bisa diandalkan.

"Tumben bengong. Kesambet kamu?"

Jaemin mendecih dikasurnya. Ia mendongak menatap Jeno yang sedang membaca buku lewat ujung matanya, saudara nya ini memang tipikal anak pintar yang rajin. Tidak sepertinya. Dan itu semakin membuat Jaemin keki sendiri.

"No... Aku mau nanya"

"Hmm"

Song Jaemin menarik nafasnya lalu menghempaskannya lagi. Dengan tidak sabar sementara Jeno yang sudah terbagi konsentrasi nya mendongak, menaikkan ujung dagunya menatap Jaemin yang kini duduk diatas kasur.

"Menurut kamu, Bibi Jisoo itu serius ga sih sama papi?" Tanya Jaemin, kedua matanya mengerjap penuh rasa penasaran. Song Jeno yang mendengarnya hanya menutup buku yang ia baca dan mendecih malas mendengarnya.

Ia bosan mendengar nama itu kembali disebutkan. Jauh didasar hatinya, kebencian Jeno terhadap Jisoo mungkin lebih besar dari apa yang Jaemin rasakan. Karena Jeno, adalah saksi bagaimana perempuan yang ia  kenal sebagai sahabat karib Irene itu memulai hubungan terlarangnya dengan Mino. Yang notabene ayahnya.

Iya, Jeno adalah saksi. Bagaimana perempuan itu masuk begitu saja kedalam hubungan kedua orang tuanya. Bagaimana akhirnya Mino terlena, dan bagaimana Irene yang rapuh dihancurkan secara perlahan oleh kepercayaan tinggi yang ia alamatkan pada orang-orang yang salah.

"No?!"

"Aku ga tau, kamu tanya aja sama papi"

"Males" Balas Jaemin singkat. Jeno yang mendengarnya hanya mendecih ditempatnya.

"Udah tau males ngapain penasaran. Bikin susah aja--"

"Song Jeno?!" Seru Jaemin emosi. Menghadapi Jeno yang sedang dalam mode menyebalkan membutuhkan kesabaran ekstra dan Jaemin benar-benar malas dibuatnya.

"Ya kamu fikir aja sendiri Na, kalo dia ga serius ga mungkin dia nunggu papi jadi duda" Balas Jeno dengan nada kesal, pria Song muda itu bahkan kemudian beranjak bangun dari duduknya dan kemudian berjalan menuju balkon kamar. Menatap hamparan langit sore yang terlihat indah dikala senja.

"Iya sih No, Bibi Jisoo udah setia dari semenjak papi masih nikah sampai akhirnya papi cerai, jadi ga mungkin kalo Bibi Jisoo ga cinta sama papi, tapi kan siapa tahu aja Bibi Jisoo cuma pengen rumah tangga mami berantakan?"

Jeno menyeringai mendengarnya. Nada suara Jaemin terdengar putus asa ditelinganya dan ia senang mendengarnya. Toh memang itu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Setelah bercerai justru hubungan yang awalnya disangkal mati-matian itu akhirnya berjalan begitu jelas. Begitu nyata. Bahkan mereka tidak malu menunjukkannya.

Dan Jeno bahkan ingat sekali ketika Song Mino bersumpah dengan nyawa nya sendiri kalau tuduhan Irene atas perselingkuhan yang ia lakukan dengan Jisoo adalah bualan semata. Sekarang, waktu membuktikan semuanya. Membawa fakta yang tertunda.

"Tapi aku yakin ko kalo papi masih sayang sama mami, kita liat aja" Decak Jaemin tidak terima. Jeno yang mendengarnya hanya mendecih malas. Pria dengan hidung bangir itu kemudian menunduk menatap sebuah mobil yang berhenti tepat didepan gerbang pintu rumah mereka.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang