"Rene ayo menikah .... ----lagi"
Beberapa tahun yang lalu, Mino juga pernah mengatakan hal yang sama pada Irene. Perempuan itu ingat sekali saat itu hujan turun dengan derasnya padahal mereka sudah sepakat untuk bertemu disalah satu cafe favorit mereka. Irene yang saat itu sudah sampai terlebih dahulu hanya diam mematung dengan kepala mendongak menatap langit yang terus saja menumpahkan air hujan.
Ia sudah bersiap untuk kecewa, karena Mino pasti tidak datang. Dan Irene sendiri tidak ingin pria Song itu memaksakan diri untuk tetap bertemu ditengah hujan lebat seperti ini.
Hujan nya, benar-benar deras dan rasanya tidak mungkin Mino sampai rela menerabas hujan sebesar ini hanya untuk datang menepati janjinya.
Toh mereka bisa bertemu lain kali. Masih banyak waktu untuk bisa sekedar menghabiskan waktu bersama, demikian fikir Irene. Itulah kenapa gadis itu kemudian membuka layar ponselnya mencari aplikasi mesengger dan mencoba mengetikkan sesuatu sebelum akhirnya ia sadar meja yang dekat dengan kursinya terpercik air hujan. Perempuan itu mendongak begitu percikan air hujan menciprat ke ujung permukaan lengannya tapi kemudian ia menghela nafasnya dan tersenyum kearah Mino yang datang dengan pakaian basah kuyup.
Pria ini. Kekasihnya ini memang keras kepala. Sangat keras kepala.
"Aku baru mau mengirim pesan"
Mino menyeringai lalu kemudian mengulurkan lengannya yang sejak tadi tersimpan di belakang punggung. Bae Irene termangu ketika pria itu membuka telapak tangannya yang basah dan bergetar perlahan terbuka, menampakkan satu buah cincin diatas nya.
"Mino ---"
"Bae Irene, ayo .. Menikah"
Saat itu Irene ingat sekali bagaimana rasanya. Berbunga-bunga, seolah itu adalah hari terbaik yang Tuhan ciptakan hanya untuknya. Hari dimana pada akhirnya hidupnya sempurna.
Pria yang ia cintai, melengkapi hidupnya.
Tapi ... Itu dulu dan kini rasanya tidak sama lagi dengan yang dulu terjadi. Ajakan Mino kali ini tidak lagi membuat hati Irene berbunga-bunga. Perempuan itu hanya terpaku, mematung dengan mata mengerjap tanpa tahu harus menjawab apa.
Semuanya terlalu tiba-tiba. Jauh didalam hatinya ia memang masih begitu mencintai Mino. Pria itu masih ada dalam hatinya. Cinta nya masih sama seperti dulu. Dan rasanya sulit untuk sekedar melupakan.
Ajakan Mino kali ini mau tidak mau membuat Irene terdiam. Separuh hatinya bersorak bahagia tapi logika dengan keras menentangnya.
"Rene ... ??"
Bae Irene mendongak dan kemudian mengerjapkan kedua matanya dengan lambat.
"Mino .. Ini, terlalu tiba-tiba. Aku .. Butuh waktu" Sahut Irene akhirnya. Perempuan itu menundukkan kepalanya seolah tidak sanggup menatap mata Mino yang pasti kecewa.
"Ah baiklah, aku mengerti. Jangan difikirkan, kau bisa memikirkannya dulu. Aku... Akan menunggunya"
"Mino --"
"Tenang saja, aku tahu ini mengejutkan. Tapi.. Ini benar-benar sesuatu yang ingin kulakukan sejak aku tidak bisa menahan rasa cemburuku setiap Jung Leo berada dekat denganmu Rene ---aku, tidak sanggup melihatmu bersama dengan pria lain. Aku tidak bisa membayangkan kalau ada orang lain yang hadir mengisi hatimu" Balas Mino dengan senyuman haru nya. Tapi Irene tahu pria itu berusaha menutupi rasa kecewa nya dengan senyuman.
"Terima kasih ---Mino" Balas Irene terbata.
🌼 Ohana 🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf