Mencintai seseorang itu ibarat minum air laut dikala haus. Sampai kapanpun dahagamu tidak akan pernah terpuaskan. Air sebanyak apapun yang kau minum tidak juga membuat haus mu hilang, hanya akan semakin haus dan haus sepanjang hari.
Itu artinya mencintai seseorang itu tidak akan pernah membuatmu mengerti, mencintai seseorang tidak akan pernah membuatmu paham. Kenapa kau sampai bisa rela berkorban hanya untuk seseorang. Sampai kapan kau bisa rela disakiti hanya untuk terus bersama pilihan hatimu.
Hanya untuk bersama saja kau harus merelakan hatimu terus disakiti.
Diluar logika bukan?
Tapi itulah cinta. Tidak ada yang bisa mengukurnya. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana sakitnya.
Hanya bisa dirasakan.
Seperti yang Irene rasakan. Perasaannya, rasa cinta nya, rasa sayangnya pada Mino. Terlalu dalam, terlalu besar untuk ia hilangkan begitu saja.
Jung Leo benar. Sampai kapan ia bisa menyembunyikan semua perasaan ini? Sampai kapan ia bisa berjalan sendirian dengan perasaan yang terlalu dalam ini?.
Katakan Mino telah menyakiti hatinya begitu rupa. Mino sudah melakukan kesalahan fatal dalam hubungan mereka. Bukan hanya kesalahan biasa, kesalahan yang sebetulnya sangat tidak termaafkan. Kesalahan yang seharusnya membuat Irene berhenti mencintai pria itu.
Tapi apa Irene bisa? Sakit memang. Hancur rasanya, tapi cinta Irene sangatlah besar. Sesakit itu, sekecewa itu Irene pada kesalahan yang Mino lakukan.
Karena apa?
Karena ia terlalu mencintai Mino. Irene sendiri tidak bisa menjelaskan semua perasaan ini. Katakan ia dungu? Katakan ia bodoh?.
Tidak seharusnya ia memaafkan pria yang sudah berselingkuh bukan? Tidak seharusnya ia membuka hati untuk pria yang sudah berkhianat.
Tidak seharusnya Irene masih mencintai Mino setelah semua yang ia lakukan.
Tapi ia tidak bisa.
Jadi biarkan saja kata-kata bodoh dan dungu itu tersemat padanya. Pada kenyataan nya cinta nya memang terlalu besar untuk Mino.
"Aku selalu ingin kau bahagia Rene, dengan siapapun yang kau inginkan. Sekalipun harus dengan Jung Leo, kalau memang dia membuatmu bahagia. Aku rela"
Sore itu, setelah mereka bertiga selesai melakukan serangkaian tes uji coba untuk menjadi pendonor bagi Jaemin. Jeno yang langsung beristirahat meninggalkan kedua orang tuanya duduk diluar ruangan rawat inap Jaemin.
Bae Irene sebetulnya paham apa yang Mino katakan. Tapi ia memilih untuk mengunci bibirnya. Membiarkan Mino mendapatkan jawaban dari kalimat yang seenaknya ia asumsikan.
Irene paham, pria ini memang selalu mengambil asumsi sekehendaknya sendiri. Dan ia memilih membiarkan Mino menyimpulkan apa yang ia asumsikan.
Wajah pria Song itu mendung setelah kalimat itu ia ucapkan. Terlihat nada tidak rela tapi bagaimanapun juga semuanya memang sudah berakhir. Dan ia tidak pantas lagi berharap pada Irene.
Dan Irene hanya menatapnya sesekali dengan pandangan nelangsa.
Semoga saja Mino mengerti.
"Terima kasih, Mino" Balas Irene. Akhirnya.
Song Mino yang mendengarnya tersenyum, lalu menoleh kearah mantan istrinya itu, sebelum akhirnya tangannya terulur meraih pucuk kepala Irene dan mengusapnya dengan lembut.
"Aku benar-benar menyayangimu Rene, berbahagialah" Bisiknya yang kemudian beranjak masuk kedalam ruangan Jaemin. Meninggalkan Irene yang terdiam.
Aku ingin bahagia, denganmu -balas Irene. Dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf