Jisoo tahu ada yang tidak beres dengan kekasihnya. Sesantai apapun mimik wajah Mino saat ini ia tahu pria Song ini tengah menyimpan kemelut luar biasa didalam hatinya. Dan Jisoo bukan anak gadis kemarin sore yang bisa dengan bodohnya dibohongi.
Song Mino benar-benar payah dalam urusan berbohong.
Tapi Jisoo kembali dibuat bingung dengan hal ini. Sebenernya apa yang tengah Mino sembunyikan darinya? Bagaimana bisa pria ini berubah sikapnya hanya dalam waktu 12 jam saja semenjak mereka bertemu kemarin pagi.
Apa mungkin ada sesuatu yang besar yang sudah merubah sikap Mino.
Atau memang ini hanya perasaan Jisoo saja, hanya ketakutan yang tidak beralasan? Tapi ketakutan karena apa? Rasanya semua ketakutan Jisoo tidak mungkin terjadi. Oh come on mereka hanya tidak bertemu selama seharian, bukan satu minggu ataupun satu bulan. Rasanya tidak mungkin kan Mino kembali pada Irene dalam waktu sesingkat itu?.
Karena jelas ketakutan utama pada Jisoo adalah kemungkinan Mino kembali pada Irene. Bagi Jisoo saat itu terjadi maka itulah saat dimana hubungannya dengan Mino berakhir.
Dan karena Jisoo sama sekali tidak ingin ini berakhir lah akhirnya perempuan Kim ini memberanikan diri bertanya. Setelah mereka berdua selesai menyantap steak favorit nya, setelah berusaha membujuk Mino agar pria itu mau menemaninya makan malam.
Perempuan Kim yang kini tengah melap ujung bibir dengan tissue itu perlahan meraih gelas wine nya dan menyesapnya secara elegan. Ujung matanya melirik kearah Mino yang masih mengiris sirloin nya secara ogah-ogahan, dan Jisoo tahu itu bukan ciri khas seorang Song Mino.
"Can you just tell me, how's youre day baby?" Tanya Jisoo membuka sesi investigasinya. Senyuman tidak lepas dari bibirnya, menandakan kalau ia hanya ingin bertanya saja.
"Everything's okay Soo ..." Jawab Mino, satu tangannya kembali sibuk mengiris sirloin yang sepertinya begitu tidak menggugah selera. Mino bahkan hanya menusuk satu dari beberapa potong daging dan memakannya secara tergesa, melap ujung bibirnya lalu ikut meraih gelas wine nya.
"You're a bad liar Song ..."
Mino yang mendengarnya menyeringai. Ia memang paling tidak bisa berbohong, terlebih pada seorang perempuan. Dan usahanya untuk menutupi segala kegundahan yang menggerogoti jiwa nya kali ini bahkan berhasil dibaca oleh Jisoo.
"Aku hanya ... Lelah" Jawab Mino sekena nya. Hanya itu yang ia fikirkan, toh itu tidak ada salahnya juga. Ia memang lelah, secara batin dan psikis. Lelah menghadapi amarah Jeno dan lelah memikirkan bagaimana caranya agar Irene tidak lagi bekerja dengan si brengsek Jung Leo.
Jisoo yang mendengar alasan klasik itu mengulum senyuman manis diujung bibir. Song Mino yang payah dalam urusan berbohong bahkan membuat Jisoo semakin penasaran.
"Kau merindukan Nana? Atau .... Merindukan aku?" Tanya nya, mencoba mengalihkan lamunan Mino yang sepertinya mulai tidak tentu arah. Mino yang mendengarnya kembali mendongak dan tersenyum.
"Keduanya"
"Jadi kapan kita jemput Nana ...? Tidak baik lama-lama membiarkan Nana tinggal bersama Irene sayang"
"Tidak baik? Apa maksudnya?"
Kim Jisoo menyentuh ujung telapak tangan Mino dan mengelus punggung tangan pria tampan itu. Mino yang mendapat perhatian sekecil itu hanya melempar senyuman khas nya. Jisoo hanya membalas senyuman singkat itu dengan mimik ekspresi serius.
"Bukan begitu sayang, kasihan Irene. Apa dia tidak akan kesulitan mengurus dua anak sekaligus? Apalagi dengan kondisi nya saat ini, dia juga butuh waktu untuk dirinya sendiri kan?" Kata Jisoo yang sukses membuat Mino sontak menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf