4 | Move

2.1K 309 69
                                    

Sebagai seorang perempuan Bae Irene sebenarnya tidak sekuat yang ia tampilkan. Hati nya lemah, bagaimanapun juga perceraian ini bukan hanya sekedar membuat keluarga kecilnya berantakan. Bukan hanya menciptakan jarak yang begitu terbentang diantara seorang ibu dan anak. Tapi juga menciptakan jarak diantara seorang kakak dengan adiknya. Irene sadar. Irene tahu. Keluarga nya hancur, keluarga nya rusak dan sudah tidak bisa ia perbaiki kembali.

Bukan. Irene bukannya tidak ingin bertahan. Mungkin perempuan lain, diluar sana, dibelahan dunia yang lain bisa dengan ikhlas nya memaafkan setiap kesalahan atau perselingkuhan yang dilakukan suaminya demi keutuhan sebuah mahligai rumah tangga. Demi anak-anak.

Irene bukannya tidak berfikir kearah sana. Ia tahu betul ko. Irene juga sempat berfikiran ingin bertahan, ingin mencoba melupakan semua perselingkuhan yang dilakukan Mino. Berusaha menganggap kalau perselingkuhan itu hanya sekedar khilaf belaka.

Bicara memang mudah. Nyata nya dikehidupan nyata itu teramat sulit ia lakukan. Hati Irene tidak sekuat itu. Mungkin perempuan lain bisa memaafkan. Irene ..... Tidak bisa.

Hatinya terlalu sakit. Kepercayaannya seperti dikoyak dan dihancurkan dengan semudah membalikan telapak tangan. Bagaimana cara Mino menjelaskan perselingkuhan yang terjadi malah semakin membuat Irene merasa seperti dilempar kotoran didepan wajahnya sendiri oleh tangan pria yang begitu ia kasihi.

Seumur ia menikah, selama ia menjadi istri Mino. Irene berusaha melepas kehidupan nya. Mencoba melebur bersama kehidupan Mino yang berbeda jauh dari kehidupannya. Selama ia menjadi seorang istri Irene selalu menjaga diri, agar tidak membiarkan pria lain mengusik hatinya.

Irene bertahan dengan cintanya. Ia memuja suaminya. Irene, berusaha setia semampu yang bisa ia lakukan.

Dan saat kau sudah melakukan apa yang sudah seharusnya kau lakukan. Saat kau berusaha menjadikan hatimu hanya milik seseorang begitu kau sadar hati yang kau jaga bisa dengan mudahnya berpaling.

Itu .... Rasanya sungguh sakit.

Tarikan nafas Irene malam ini tidak sesakit biasanya. Sudah dua minggu setelah perceraian mereka terlewati dan sudah dua minggu pula setiap malam ia menangis. Menyisakan lara di sepertiga malam yang sunyi. Berusaha menahan semua kepedihan seharian penuh hanya untuk membuat Jeno tenang.

Irene tahu ia tidaklah sekuat yang Jeno lihat tapi setidaknya ia bisa menumpahkan semua nya dikala malam mendera.

Perlahan kedua tangannya memutar kran air dari wastafel dapur dan membiarkan air mengalir dengan deras. Satu tangannya kemudian terulur membasuh wajahnya. Menghilangkan buliran air mata yang kembali jatuh.

Rasanya lega. Dan Irene mungkin bisa sedikit tertidur dengan nyenyak dimalam ini. Sudah cukup jiwanya yang selalu sesak akan berguncang oleh tangisan setiap malam. Sudah cukup dua minggu ia menangisi pernikahannya. Menangisi hidupnya.

Menangisi Mino. Yang ternyata masih begitu Irene cintai.

Irene tidak ingin munafik disaat kesendirian melanda. Ia masih benar-benar mencintai pria itu. Pria yang memasukan hidupnya kedalam surga dan mengakhiri nya dengan neraka. Pria yang merubah kehidupannya dengan begitu menakjubkan. Pria yang sudah memberinya dua malaikat yang selalu menjadi alasan dan semangatnya untuk hidup.

Irene masih mencintai pria itu. Sampai detik ini. Ia hanya bisa menangis. Kenapa dunia semakin tidak adil padanya. Kenapa Mino begitu tega pada dirinya.

Kenapa---

"Mami"

Bae Irene yang tengah melamun buru-buru mencuci wajahnya dengan air wastafel yang masih mengucur. Ia membilas wajahnya sesantai mungkin dan menekan kedua matanya mencoba menghilangkan jejak air mata yang mungkin bisa dilihat oleh Jeno. Setelah yakin semuanya sirna perempuan Bae itu membalikan tubuhnya dan kemudian terkesiap begitu pria itu menghambur kearahnya. Merengkuhnya dengan begitu kuat.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang