43 | Propose

1.1K 152 27
                                    

Mungkin ini kiamat yang sesungguhnya. Akhir dunia yang sebenarnya bagi Jeno. Ia benar-benar terjebak dalam labirin gelap yang tidak akan pernah terlihat ujungnya. Ia tersesat dan kehilangan Jaemin sekarang.

Benar-benar akan kehilangan.

Mungkin.

Jeno mati-matian menyangkal nya, ia tidak mau menerima kenyataan kalau kondisi Jaemin sekarang bahkan lebih menyedihkan dibandingkan dengan saat pria muda itu kecelakaan. Tapi Jeno sadar, kegelapan itu baru dimulai hari ini.

Walaupun kali ini Jaemin tertidur tanpa luka, tanpa perban dan tanpa wajah mengerikan akibat kecelakaan Jeno tahu saudaranya ini entah kapan bisa kembali bangun. Entah kapan Jeno bisa kembali mendengar celotehan dan suara menyebalkannya lagi.

Selang yang terpasang di beberapa tubuh dan wajah Jaemin kini bahkan terlihat lebih menyeramkan dibandingkan bebatan perban yang dulu ia lihat.

Mengerikan.

Jaemin nya mungkin sekarang sedang berjuang dengan kehidupannya sendiri, sendirian. Tanpa ada yang bisa membantunya. Dalam gelap, dalam labirin yang tidak ada ujungnya, meraba mencari jalan tanpa ada yang menemani.

Sedih sekali rasanya.

"No ... "

Sapaan lembut itu kemudian membuat Song Jeno menarik nafasnya dengan berat. Song Mino kemudian mengulurkan satu tangannya meraih bahu Jeno yang semakin kukuh, seringai manis perlahan muncul sekilas di bibir Mino begitu sadar putranya ini sudah teramat besar. Jeno yang kini berdiri disampingnya bukan lagi Jeno yang suka menangis. Tapi pria muda yang suka sekali menahan tangis. Jeno yang kini ia rengkuh bukan lagi sekedar putra kecilnya tapi sudah seperti sahabat nya. Sahabat dalam kehidupan. Kehidupan yang kelam dan tidak berujung ini.

Berdiri bersisian diantara ruangan Intensive Care Unit (ICU) yang dilapisi kaca berwarna kehijauan membuat keduanya seolah membatu pada lantai rumah sakit.

Mereka tidak bisa melihat apapun selain lorong rumah sakit dan kaca-kaca ruangan yang dilapisi kain berwarna zamrud. Mereka bahkan tidak tahu apa yang kini sedang terjadi dalam sana. Didalam ruangan yang kini menjadi pertaruhan antara hidup dan mati seorang Song Jaemin dan proses donor sum-sum tulang belakang yang kini dilakukan oleh satu-satunya anggota perempuan di keluarga mereka.

Dua orang yang paling berharga yang berarti dalam hidup mereka. Dua orang yang kini sama-sama sedang berjuang menghadapi proses kehidupan yang seolah tidak pernah adil pada mereka. Kehidupan yang sepertinya tidak suka melihat mereka bahagia. Kehidupan yang selalu memandang sinis pada mereka. Kehidupan yang selalu kontra pada mereka.

Jeno mematung dengan mata berembun ketika pegangan tangan Mino menguat mencengkeram bahu nya. Keduanya seperti kehilangan separuh nyawa saat ini. Kehilangan separuh hidup secara bersamaan.

"Nana sama mami, bakalan baik-baik aja kan pi?" Tanya Jeno dengan suara parau. Jeno tahu dengan betul, bertanya pada Mino sama saja bertanya pada desau angin. Tidak akan ada jawaban pasti yang akan ia terima. Karena Jeno sadar Mino sendiri pun sama nelangsa nya dengan dirinya.

Tapi Jeno butuh seseorang yang bisa menguatkan hatinya. Dan ia berharap pada Mino saat ini.

"Iya. Mereka pasti baik-baik aja"

Jeno menyeringai, tersenyun miris mendengar jawaban itu. Seperti yang sudah ia tebak. Jawaban penuh semangat itu memang hanya sebuah pemanis belaka tapi tentu saja, ditengah kehidupan yang serba tidak pasti ini Tuhan selalu ada bagi mahluknya kan. Ditengah semua cobaan dan musibah, mereka selalu bisa berdoa dan berharap.

Karena itulah batas pertahanan terakhir setiap manusia. Saat tidak ada lagi yang bisa kau lakukan saat dunia mu runtuh, berdoa dan berharap menjadi satu-satu nya kekuatan terakhir yang bisa dilakukan.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang