24 | Decision

1.2K 185 115
                                    

Sebelumnya, Selamat Idul Fitri buat teman-teman yang merayakan. Mohon maaf atas kelaknatan tangan saya yang selalu membuat emosi kalian naik.

Who's ready for Ohana?

Happy reading semuanya.

24 | Decision

"Kau tahu sayang, berada di rumahmu sepertinya lebih baik daripada sendirian dirumah sakit" Sahut Jisoo dengan sangat manis. Perempuan itu bahkan mendongakkan kepalanya menatap pemandangan indah yang terhampar dari balkon rumah besar milik Mino. Semuanya terlihat hijau saat pagi, dan akan terlihat eksotis saat senja menyapa. Selalu indah dan Jisoo suka tempat ini. Perlahan ia mengeratkan pelukannya pada bantal sofa yang sedari tadi ia cengkeram. Menghirup udara pagi setelah sekian lama terkurung dalam pengapnya ruangan rumah sakit membuat paru-parunya yang sesak seolah kembali segar, menghirup udara pagi dan hangatnya sinar mentari.

Jisoo yang mendengar suara cangkir ditaruh kemudian menolehkan kepalanya kearah Mino yang sudah berganti pakaian dengan setelan formalnya. Bibirnya yang sejak tadi terhias senyuman memudar ketika melihat Mino sudah harus kembali bekerja.

"Kamu mau kemana?"

Mino yang baru saja duduk mendongak, menatap Jisoo selama sepersekian detik lalu melengos.

"Bekerja" Sahutnya pendek. Jisoo yang mendengarnya balasan pendek itu sedikit tersentak sebenarnya tapi ini masih terlalu pagi untuk bertengkar. Lagipula ia baru saja kembali dari rumah sakit dan harus menjaga mood nya agar katup jantungnya tidak kembali bermasalah.

"Kamu pasti lelah karena harus mengurusku, aku selalu membuatmu repot. Maafkan aku" Sahut Jisoo, ia jadi merasa bersalah karena sudah membuat Mino sibuk sepagi ini. Kepalanya menunduk tidak berani lagi menatap Mino yang kini terdengar menarik nafasnya.

"Jisoo ... Jangan begitu--"

"Seandainya aku bisa sembuh, aku pasti bisa mengurus diriku sendiri ...." Ucapnya terbata. Tapi sedetik kemudian hatinya berdesir ketika tangan Mino kembali mendarat dikepalanya, mengacak rambutnya penuh sayang. Jisoo mau tidak mau mengulas senyum. Mino memang begitu penuh kasih.

"Jangan seperti ini. Kamu harus sehat Soo ..." Ucap Mino yang kemudian menggantung kalimatnya. Kim Jisoo menaikkan dagunya menatap Mino dengan pandangan penuh kasih yang malah membuat Mino menjadi serba salah.

Ia harus mengkonfrontasi sebuah kebenaran pada perempuan ini tapi sepertinya ia harus menunggu sampai keadaan Jisoo sedikit tenang dan stabil.

Karena ia tidak bisa lagi terus menerus menemani Jisoo. Mino rasa sudah saatnya ia mengakhiri drama cinta tidak jelas ini dan bersiap mengejar kembali kehidupannya yang sudah hancur. Bagaimanapun juga kehidupan dan kebahagiaannya yang sebenarnya adalah bersama Irene dan kedua anaknya. Kebahagiaan yang benar-benar ia butuhkan

Bukan cinta sesaat yang sebetulnya berlandaskan sebuah keprihatinan.

"Aku ga mungkin sehat No ... Itu sesuatu yang mustahil, Tuhan ga sesayang itu sama aku" Bantah Jisoo yang semakin membuat hati Mino merasa bersalah. Perempuan ini begitu rapuh dan seolah akan hancur kalau tidak ada yang menopang hidupnya. Jisoo akan hancur kalau ia meninggalkannya.

Tapi hati Mino sudah tidak bisa lagi berada disampingnya. Pada akhirnya hanya Irene lah perempuan yang ia inginkan.

Bukan karena Jisoo penyakitan, bukan. Kasih sayangnya pada Jisoo tidak sedalam pada Irene.

Bagaimana ini?

"Jisoo-ya .... Kamu, perempuan kuat. Sudah bertahan sejauh ini dengan penyakit yang jahat ini. Kamu ... Kuat" Sahut Mino akhirnya, ia lelah. Dan kembali harus memberikan penghiburan pada perempuan ini. Jisoo yang kemudian beranjak memeluk erat pinggang Mino dan menumpukan kepalanya didada bidang pria itu.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang