7 | Temperate

1.9K 269 91
                                    

"Brengsek"

Kim Jisoo yang tengah menikmati hamparan bunga canola yang sedang mekar dengan indahnya menolehkan kepalanya begitu nada kesal itu bisa dengan jelas ia dengar. Perempuan Kim itu kembali menghela nafasnya yang bosan untuk kesekian kalinya.

Ia fikir dengan bercerai hidup Mino akan sedikit tenang dan bahagia. Nyata nya itu salah. Hidup pria ini bahkan lebih semrawut dari sebelum ia bercerai dan Jisoo yang melihatnya jujur merasa semakin muak dengan drama-drama memusingkan yang kerap kali terjadi diantara ayah dan anak ini.

Oh come on, Jisoo juga manusia biasa. Satu kali, dua kali bahkan berkali-kali ia menahan sabar, mencoba menahan rasa kesal yang sebetulnya kerap kali naik keatas kepalanya. Tapi Jisoo berusaha menahan semua nya. Demi kebahagiaan Mino. Ia tidak ingin semakin menambah beban hidup Mino dengan sikap-sikap kekanakan.

Mino butuh penenang di sisinya. Dan mungkin itu fungsinya Jisoo saat ini.

Kim Jisoo menghela nafasnya dan kemudian bangkit perlahan, berjalan mendekati Mino yang kemudian memasukan ponselnya kedalam saku mantel tebalnya dengan sikap gelisah. Perempuan Kim itu menepuk pundak Mino dengan pelan.

"Aku mau melihat-lihat kebun yang ada dibelakang ya No, Sakura nya lagi mekar--"

Tubuh Jisoo mungkin akan terpelanting kalau saja Mino tidak buru-buru merengkuhnya. Pria Song itu memeluknya dengan sikap gelisah sementara Jisoo yang kemudian menarik nafasnya hanya bisa mengusap bahu pria itu dengan satu tangannya yang tersisa.

"Kamu butuh waktu sendiri atau?"

Mino buru-buru menggelengkan kepalanya dan kemudian melepaskan tubuh Jisoo. Satu bibirnya terangkat membentuk seringai yang Jisoo bahkan tahu kalau pria ini tengah kalut.

"Bisa kita pulang sekarang Soo?"

"Tapi..."

"Nana ..."

"Hm ayo kita pulang" Sela Jisoo tanpa alasan lagi. Mino yang mendengarnya mengangguk dengan senyuman hangat yang akhirnya tercipta.

Ia tahu Jisoo memang selalu bisa diandalkan.

🌼

"Kalian tinggal disini?" Tanya Jaemin yang kemudian mendapat hadiah pukulan pada bahunya, pria Song muda itu meringis dan hendak membalas pukulan tersebut kalau saja tidak terdengar pintu  dibuka dengan pelan.

"Kenapa? Tidak suka?"

"Bodoh, aku kan belum selesai bicara"

"Yasudah makanya diam. Dan nikmati saja, kalau mau hidup enak, kau kan tahu harus kembali pada siapa"

"Ah brengsek sekali kau" Decih Jaemin begitu keduanya berjalan masuk menuju pelataran rumah. Lampu-lampu sudah dinyalakan dan semakin menambah kehangatan yang tercipta. Jaemin bahkan sesekali mendongakkan kepalanya melihat tampilan rumah yang bahkan lebih menakjubkan dibandingkan rumah besar mereka.

Feels like coming home. Dan Jaemin terharu sekali rasanya.

Suara langkah kaki membawa keduanya menuju pintu, Jeno bahkan sudah melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah sementara Jaemin perlahan mengikutinya. Kedua saudara kembar itu berjalan masuk sampai sebuah pelukan menghambur kearah Jaemin. Jeno yang melihatnya hanya mengurai senyuman kecil diujung bibirnya. Pria muda itu kemudian berlalu menuju dapur tapi tarikan tangan Irene pada satu tangannya menghentikan langkahnya.

"Nana ... " Bisik Irene pelan, suaranya yang parau menjadi saksi kalau air mata kembali membanjiri wajahnya. Jaemin yang kemudian melepaskan pelukan Irene hanya mengulas senyuman nya.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang