Ucapan Irene memang sepenuhnya benar, tidak ada yang salah sama sekali dengan kalimat perempuan itu. Ucapannya, sesuai dengan porsinya.
Apalagi memangnya saran terbaik yang harus diberikan pada pria yang sedang kalut karena kekasihnya kini sedang hamil?
Menikah bukan?.
Irene tidak ingin membuat semua nya menjadi semakin sulit. Kalau ada opsi yang sangat tepat maka itulah yang akan dia ucapkan. Terlepas dari betul atau tidaknya berita kehamilan Jisoo bagi nya tanggung jawab Mino sangat dibutuhkan untuk saat ini. Dan ia tidak mau lagi ikut campur.
Masa bodoh dengan kehamilan Jisoo. Ia tidak ingin perduli. Buat apa? Itu tidak ada urusannya sama sekali dengan hidupnya lagi kan.
Semuanya menjadi jelas sekarang. Ia benar-benar harus menyingkir dari kehidupan Mino secepatnya. Irene perempuan, dan masih memiliki harga diri.
Ia masih sanggup melanjutkan hidupnya tanpa Mino.
Toh Mino memang tidak akan pernah menjadi miliknya. Pria Song itu ... Tidak akan pernah berakhir bersama nya.
"Mami ko gitu" Usik Jeno, pria Song muda itu rupanya masih terlalu terkejut dengan ucapan Irene barusan. Jaemin yang duduk disisi Irene yang lain sontak menaikkan satu alisnya.
Kembali emosi mendengar ucapan bodoh Jeno.
"Gitu gimana? Emang apa yang dibilang sama mami salah? Salah dimananya No?" Balas Jaemin yang malah menjadi tidak terima. Irene memejamkan kedua matanya sementara Mino menarik nafasnya dengam berat.
"Boys ... Biarkan mami kalian bicara dulu" Tegur Mino, sungguh ia semakin frustasi dengan pertengkaran kedua pemuda ini.
Jeno yang mendengarnya hanya mendecak tidak terima, tapi ia tahu tidak bisa lagi membantah ucapan Mino sementara Jaemin hanya mendengus.
"Mami ga harus bicara banyak-banyak pi, mami bener ko. Kalo bibi Jisoo hamil ya kewajiban papi cuma menikahi dia. Terlepas itu fakta atau engga, itu bukan urusan mami. Saran mami bener ko. Lagian kalo misalkan Nana atau Jeno yang ada di posisi papi sekarang papi juga bakalan ngomong hal yang sama. Sebagai laki-laki hal pertama yang harus dilakukan saat pacarnya hamil ya menikah. Tanggung jawab" Ketus Jaemin. Emosi. Jeno melirik kearah saudara kembarnya itu dan menggelengkan kepalanya sementara Mino hanya menghempaskan nafasnya dengan kasar.
"Kamu mau ngomong apalagi No?" Tanya Irene akhirnya. Mendongakkan kepalanya menatap Mino yang kini menunduk, nafasnya terhela dengan begitu berat dan Irene tahu ini pukulan yang luar biasa bagi Mino.
"Nana sama Jeno bisa keluar dulu, biarin papi kalian bicara" Tegur Irene pada kedua putranya yang kini saling memandang tidak terima.
Jeno yang paham kalau kedua orang tuanya butuh tempat untuk bicara kemudian beranjak bangun dan melempar pandangan kearah Jaemin yang masih bertahan ditempatnya. Pria muda itu mengedikkan bahunya.
"Ayo Na"
Jaemin yang mendengarnya mendecak. Ia melirikan kepalanya kearah Irene dan mendengus lalu mendongak kearah Mino dengan pandangan kecewa.
"Cukup sampai disini papi nyakitin mami. Kalau papi udah nikah sama bibi Jisoo jangan pernah ganggu hidup mami atau Nana yang akan maju buat lawan papi" Sentaknya dengan emosi yang benar-benar siap untuk melebur saat itu juga. Irene menahan nafasnya sementara Mino hanya mematung mendengarnya. Pun ketika akhirnya Jaemin bangun dengan gerakan yang tidak santai sama sekali.
Pria Song muda itu, benar-benar marah sekali.
"Ayo bicara" Sahut Irene, pelan sekali. Mino yang berada dihadapannya hanya mendongak dan buru-buru meraih kedua jemari Irene. Meremasnya sekuat ia bisa sementara Irene terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf