Author note : Thank you buat readernim yang masih setia dengan cerita yang menguras emosi ini. 🥰🥰 sending love to you guys
Song Jaemin, itu namanya. Ia lebih suka dipanggil begitu oleh Jisoo. Jujur saja Nana sebetulnya tidak rela perempuan ini memanggil namanya seakrab itu. Mereka bahkan tidak seakrab yang dia fikir. Dan seingat Nana dia tidak pernah mengizinkan perempua Kim ini memanggil namanya seperti itu.
"Nana ...." Ulang Jisoo. Kali ini suara nya tercekat, seperti maling yang baru saja tertangkap basah oleh si pemilik rumah. Raut wajahnya menandakan kalau ia sendiri terkejut melihat Nana ada disini. Mendengarkan semua yang ia katakan, dari bibirnya sendiri.
Tuhan memang adil. Kejahatan memang selalu akan terbongkar dengan cara nya sendiri. Kebohongan serapat apapun pasti akan terbuka dengan cara yang tidak disangka-sangka kan.
Siapa yang menyangka Nana hanya berniat meminta tolong pada Rosie-noona justru mendapatkan jawabannya langsung dari bibir perempuan Kim itu.
"Nana ... Bu--bukan begitu maksudnya sayang" Ralat Jisoo terbata. Jaemin masih berdiri kaku memandangnya. Ingin rasanya ia menyeringai atau mendecak tapi ia malas.
Jadi Jaemin hanya mematung dengan wajah kaku. Membiarkan Jisoo tertekan dengan ekspresi nya yang datar.
Atmosfer seketika berubah disini. Rose yang sejak tadi melongo melirik kearah Jaehyun yang hanya mematung. Perempuan Park itu kemudian mengulurkan satu tangannya meraih tangan kekasihnya memberi isyarat kalau mereka seharusnya tidak ada disini saat ini.
"Kami keluar dulu, kalian bicaralah. Na, abang pergi dulu ya sebentar" Pamit Jaehyun yang buru-buru meraih tangan Rose. Mengajak perempuan itu keluar dari sana.
Sepeninggal keduanya Kim Jisoo beranjak bangun, berjalan pelan mendekati pria muda yang kini masih saja mematung. Satu tangannya kemudian terulur meraih tangan Jaemin yang kemudian disentakkan begitu saja oleh pria muda itu.
"Na .... Bibi minta maaf" Sahut nya. Wajahnya memerah, dan jujur Jisoo saat ini takut sekali.
Jaemin yang kemudian mendecak menghempaskan nafasnya secara kasar lalu berbalik menatap Kim Jisoo yang kini memandangnya dengan tatapan nelangsa.
"Itu bukan urusan Nana, kenapa harus minta maaf?"
"Bibi tahu ini keterlaluan, tapi please Na... Sekali saja kamu mengerti posisi bibi saat ini"
Jaemin yang mendengarnya terdiam. Dan Kim Jisoo yang melihat kediaman Jaemin menganggap kalau pria itu menyetujui ucapannya.
"Papi dan mami kalian sudah bercerai, mereka sudah memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Dan sekarang apa salah kalau Bibi juga mengharapkan kebahagiaan bibi?"
Jaemin memandangnya. Menatap kedalam mata perempuan itu lalu memaki dirinya sendiri dalam hati.
Apa Jaemin perduli? Tentu saja tidak. Perduli setan dengan masalahnya. Tapi kali ini Jaemin akan berbaik hati mendengarkan keluh kesahnya. Ia jadi penasaran sendiri, seterluka apa perempuan ini sampai bisa melakukan hal-hal konyol seperti ini.
"Apa bibi begitu mencintai papi?" Tanya Nana akhirnya, Kim Jisoo mematung mendengar pertanyaan yang sama sekali diluar dugaannya itu.
Perempuan itu menarik nafasnya kuat-kuat lalu mengusap bahu Jaemin dengan lembut.
"Na ... Kamu sendiri pasti tahu jawabannya. Kamu dan Jeno bukan anak kecil lagi, kalian pasti bisa melihatnya tanpa harus bertanya"
"Bibi kayanya bukan cinta sama papi. Bibi ... Terobsesi sama papi"
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf