Beberapa hari setelah pertemuan yang berakhir dengan argumen panas kemarin nyata nya membuat Irene berubah. Perempuan Bae itu lebih diam dari biasanya, ia hanya akan menyajikan makan malam atau makan pagi lalu kembali masuk kedalam kamarnya.
Mungkin lebih tepatnya mengurung diri. Dari dunia. Seperti yang Irene lakukan malam ini. Setelah menyajikan makan malam untuk kedua putranya perempuan itu langsung beringsut masuk kedalam kamar nya.
Jaemin yang sempat melihat Irene memasak menarik nafasnya dengan lelah. Pria Song muda itu menatap beberapa makanan yang disajikan dengan tatapan nelangsa.
"Jeno, ayo makan" Sahut nya. Setidaknya walaupun sakit melihat nya mereka harus tetap menghargai usaha sang mami yang masih mau memasak untuk mereka.
Song Jeno yang baru saja selesai mandi, keluar dengan rambut yang masih setengah basah. Pria muda itu langsung menarik kursi makan dan duduk lalu mendongak kearah Jaemin yang sedang menyiapkan piring untuk mereka.
"Mami mana Na?"
"Dikamar" Jawab Jaemin, pendek. Jeno yang mendengarnya hanya menghempaskan nafasnya lalu terdiam begitu Jaemin menyodorkan piring yang sudah terisi nasi.
"Ayo makan" Ajak Jaemin yang hanya dibalas anggukan pelan oleh Jeno.
Keduanya makan dalam diam, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Mereka berharap Irene kembali seperti kemarin, sebelum pertemuan dengan Mino. Ceria, dan masih bisa tertawa. Tapi keduanya sadar beban yang dipikul perempuan itu terlalu berat saat ini. Dan mereka sadar sudah seharusnya Irene melepaskan diri dari permasalahan ini.
"Habis ini aku mau kerumah bang Jaehyun, kamu ikut No?" Sahut Jaemin yang kemudian menaruh sendok dan garpunya diatas piring. Jeno yang baru saja selesai mendongak dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu bisa sendiri kan Na? Kasian kalo mami ditinggalin sendirian" Balas Jeno yang kemudian ikut merapihkan piring bekas makannya. Jaemin yang mendengarnya hanya mengangguk.
"Yaudah aku langsung berangkat ya, mumpung belum terlalu malam" Pamit Jaemin yang kemudian beranjak dengan piring kosong yang ada ditangannya. Jeno yang mendengarnya mengangguk tapi pria dengan eyesmile indah itu kemudian memanggil saudara kembarnya yang baru saja menyimpan piring kotor di wastafel.
"Aku aja yang beresin Na ... Kamu langsung aja berangkat" Sahut Jeno yang kemudian menaruh gelas air nya. Jaemin yang mendengarnya hanya menoleh dan tersenyum.
"Thank you No"
"Udah seharusnya kita saling bantu kan? Semoga Rosie-noona bisa kasih tau fakta yang sebenernya ya Na" Sahut Jeno pelan. Jaemin yang mendengarnya hanya menarik nafasnya.
Mungkin ini tidak akan berjalan dengan mudah tapi kalau ia diam saja dirumah sementara kedua orang tuanya semakin jauh malah semakin membuat Nana tidak tenang.
"Semoga ada Tuhan masih ada dipihak kita No"
"Huum ... Jangan malem-malem Na, hati-hati bawa sepeda nya" Tegur Jeno kemudian yang membuat Jaemin kembali membalikan tubuhnya, menatap saudara kembarnya itu dengan pandangan yang aneh.
Kenapa sih Jeno semakin aneh akhir-akhir ini. Ucapannya tidak seperti biasanya dan itu sedikit menganggu Jaemin.
Tapi Jaemin tahu daripada memperpanjang hal-hal yang belum jelas lebih baik ia segera pergi. Dengan satu anggukan dan seringai pria muda Song itu kemudian berlalu keluar meninggalkan Jeno yang menahan nafasnya.
Semoga saja Jaemin pulang dengan selamat. Entah kenapa perasaannya sedikit tidak nyaman malam ini.
🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf