Malam ini rasanya panjang sekali, kegelapan yang seolah tidak ada akhirnya. Seolah malam yang tidak akan pernah bertemu dengan fajar yang biasanya hangat menyapa.
Disela bisikan angin malam yang menggoyangkan helaian daun mapel Kim Jisoo mematung diatas kasur nya. Memeluk kedua lututnya dan kembali menangis.
Jisoo takut. Hati nya bahkan tidak tenang saat ini. Entah apa yang akan terjadi pada Jaemin nanti Jisoo tidak ingin membayangkannya.
Tapi Jisoo benar-benar takut saat ini. Kilasan ingatan ketika Tuhan mengambil kedua orang tuanya benar-benar mengganggunya. Dan sekarang ia kembali merasakan ketakutan yang sama.
Takut kalau Tuhan juga mengambil Jaemin.
Jisoo tidak ingin ini terjadi. Ia tidak ingin menjadi pembunuh. Perempuan itu kemudian terisak, dalam keheningan malam.
Isakan yang benar-benar mengoyak batin nya.
Bisa kah ia berdoa pada Tuhan agar Jaemin segera siuman? Apa Tuhan masih mau mendengarkan doa nya saat ini?
Sungguh Jisoo rasanya hancur melihat bagaimana Irene yang mematung seperti mayat hidup.
Seumur ia mengenalnya baru kali ini Kim Jisoo melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana hancur nya seorang Bae Irene.
Bukan kehilangan Mino yang membuatnya hancur. Tapi ketakutan kehilangan buah hatinya yang nyata-nyata membuat hidup Irene seperti diambang batas.
Dan Jisoo seperti ditampar oleh takdir. Ia seperti diperlihatkan oleh kenyataan kalau hidup Irene begitu menyedihkan.
Hidup Irene yang dulu selalu membuatnya iri, hidup Irene yang ia inginkan. Ternyata tidak seindah yang ia bayangkan.
Jisoo ... Bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kalau ia berada pada posisi Irene saat ini.
Satu kata.
Mengerikan.
🌼
Sudah dua hari terlewati. Dua hari yang rasanya seperti dua bulan lamanya bagi tiga manusia dengan beban yang menghimpit dada.
Mino bahkan membiarkan pekerjaannya terbengkalai begitu saja. Ia sama sekali tidak beranjak dari sini. Dari tempat dimana Jaemin nya masih setia memejamkan kedua matanya.
Mino takut. Kalau Jaemin sadar, bukan Mino yang ia lihat. Mino tidak ingin Jeno kehilangan kepercayaan padanya.
Irene yang baru saja berganti pakaian menarik nafasnya ketika melihat Mino masih saja duduk terpekur disamping ranjang Jaemin. Pria itu terjaga semalaman dan bersikeras meminta nya dan Jeno untuk tidur.
Irene yang awalnya menolak mau tidak mau menyetujui permintaan Mino karena memang Irene sendiri sudah letih. Dan ia tahu harus bisa menjaga kondisi tubuhnya disaat-saat sulit seperti ini.
Suara tepukan halus mengusik Mino yang kemudian menoleh. Pria Song itu mendongak dan mengulas senyuman hangatnya pada Irene yang kini menatapnya.
"Kamu istirahat No .. Gantian aku yang jaga" Sahut Irene. Mino yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya tapi suara Jeno kemudian mengusik keduanya.
"Jeno aja yang jagain. Mami sama papi, dipanggil ke ruangan dokter"
Irene dan Mino saling menoleh lalu serempak menatap Jeno yang sudah ada di belakang mereka. Pria muda itu baru saja kembali dari rumah, berganti pakaian dan mandi.
"Ah baiklah" Balas Mino singkat, pria itu kemudian bangun dari duduknya dan menoleh kearah Irene, memberi isyarat pada mantan istrinya itu untuk berjalan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf