34 | Angel

1.2K 176 34
                                    

Tiga pasang mata yang siaga, tiga nafas yang berpacu dengan hati yang berdebar tidak karuan. Tiga manusia, dengan kepala dan hati yang kini tengah merasakan hal yang sama.

Cemas.

Dan kalut.

Mereka bahkan diam membatu diluar ruangan Jaemin, terpaku dengan pemikiran masing-masing. Membatu bersama takdir yang siap membawa mereka kearah manapun yang ia mau. Entah itu takdir baik atau sebaliknya.

Jantung yang berdebar keras dan nafas yang berpacu seolah menjadi dominasi sampai pintu ruangan Jaemin kemudian terbuka.

Mino yang pertama sadar memburu, wajahnya menyiratkan perasaannya yang campur aduk. Sementara Irene dan Jeno sudah menunggu dibelakangnya.

Dokter tua itu melepaskan masker yang menutupi separuh wajahnya dan kemudian tersenyum.

"Selamat ... Dia bangun, kalian berhasil"

Wajah-wajah nelangsa itu memucat, lalu kemudian saling mengerjap bersamaan. Perubahan ekspresi yang begitu cepat. Irene bahkan tanpa sadar menghambur ke pelukan Mino.

Menangis.

Iya, tidak salah. Dia menangis, dalam pelukan Mino yang kemudian merengkuhnya dengan erat. Pria Song itu pun menangis tapi sebisa mungkin ia menahan isakan keluar dari bibirnya. Hanya satu tangannya yang terus mengusap ujung matanya.

Dokter tua itu mengulas senyum nya lalu berlalu sebelum akhirnya menepuk pundak Mino. Meninggalkan keluarga kecil itu dengan kebahagiaan sempurna mereka.

Song Jeno yang masih bertahan dengan air mata yang sebisa mungkin ia tahan buru-buru masuk. Meninggalkan kedua orang tuanya yang masih menangis.

Senyumnya perlahan mengembang begitu langkah kakinya sampai di ujung pintu ruangan masuk kamar Jaemin.

Kakinya berhenti seketika.

Jantungnya kembali berdetak kencang begitu kedua matanya dengan cepat menangkap Jaemin yang kini sudah duduk dengan wajah tirus.

Serta senyuman yang akhirnya bisa ia lihat kembali.

"Jeno .. " Panggil Nana dengan suara parau nya.

Song Jeno yang mendengarnya hanya kembali mengulas senyum nya dan berjalan pelan. Mendekati ranjang yang seolah sudah berapa kali menjadi saksi air mata nya yang jatuh.

"Kemana aja Na .. " Jawab Jeno yang kemudian duduk disamping Jaemin. Pria muda itu kemudian menumpukkan kedua tangannya dan mendongak, satu tangannya kemudian terulur meraih ujung rambut Nana yang sedikit melintang.

"Wajah kamu kusut, rambut aja lepek .. Jelek kamu Na" Gumam Jeno lagi yang kemudian dibalas senyuman tipis dari Jaemin.

Ketika Jeno melengos Jaemin hanya menarik nafasnya dengan haru.

"Kalo mau nangis, nangis aja"

"Aku ga nangis" Bantah Jeno

"Aku lupa, disini terang yah. Matiin aja lampunya jadi kamu bisa nangis ... Atau, aku pura-pura tidur lagi biar kamu bisa nangis---" Jaemin berhenti bicara ketika tangan Jeno menahan tangannya yang tersisa. Pria muda Song itu mendongak dan kembali mengulas senyum nya kearah Jeno yang mulai sembab.

"Makasih No .. Aku tau aku ga akan sendirian"

"Ngomong apa sih kamu Na!" Sentak Jeno sebal, ia menundukkan kepalanya membiarkan air mata akhirnya tumpah sementara Jaemin yang melihatnya hanya mematung.

Seumur hidup baru kali ini ia melihat Jeno menangis karena nya.

Ia tahu Jeno selalu ada untuknya. Jeno akan selalu bersamanya.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang