00 | Flashback ( storm )

904 132 225
                                    

Note : baca dengan kepala dingin, atau sediakan es untuk kepala kalo mulai pening ^^ happy reading


Bagi Irene, Mino adalah pria yang sempurna. Dihatinya. Mino adalah refleksi nyata dari tipikal pria idaman yang bisa ia temukan di dunia. Cara Mino menyayanginya, cara Mino melindunginya dan cara Mino memperlakukan Irene setiap hari begitu berkesan dihati Irene. Dulu, ketika masih berpacaran Mino begitu posesif padanya. Tapi tidak apa-apa, Irene suka ko. Sikap berlebihan yang ditunjukan Mino menjadi sebuah pengecualian karena bagi nya sikap itu Mino lakukan karena Mino menyayanginya.

Dan ketika mereka sudah menikah sikap Mino dua kali lipat naik posesifnya.

"Mulai saat ini jangan pake rok pendek-pendek ya, aku ga suka aset aku bisa dilihat sama cowok-cowok" Sahut Mino, suatu hari.

Irene? Hanya tertawa. Cara Mino mengatakannya sungguh lucu. Bibirnya terpout sempurna dan hidung bangirnya akan mendengus menunjukan ketidak sukaannya.

"Ya ampun suami, ko jadi makin posesif sih"

"Aku suami kamu ya Rene, kalo bisa aku kurung aja kamu dirumah biar ga kemana-mana"

"Mino...."

"Iya iya maaf .... Abis aku cemburu, si Bogeum liatin kamu sampe sebegitunya"

"Dia kan cuma basa basi aja nganterin kado"

"Halah kamu ga tau aja, dia itu sebenernya naksir sama kamu" Omel Mino. Mereka baru saja satu minggu menikah dan masih ada saja yang mengantarkan kado pernikahan. Irene yang mendengarnya buru-buru memeluk leher suaminya. Menekannya dengan lembut dan mengecup pelan pucuk kepala Mino. Penuh sayang.

"Udah dong ih. Jangan marah-marah" Bujuknya, sembari mendusel kepala Mino dengan hidung kecilnya. Mino? Tentu saja tidak tahan dengan perlakuan menggemaskan itu. Ia buru-buru menarik tangan Irene dan memaksa perempuan itu duduk dipangkuannya. Mendongakkan kepalanya mencari bibir cherry milik Irene yang entah sudah berapa kali ia lumat. Manis. Mino suka, kalau bisa ia minum kopi sembari melumat bibir istrinya karena manisnya melebihi kadar gula.

Ciuman itu berubah tempo, yang awalnya manis lama-lama semakin menggebu. Bukan sekedar melumat, Mino bahkan sudah menekan bibir istrinya memaksa Irene membuka mulutnya, membiarkan lidah panas dan kasat milik Mino masuk begitu saja. Mengabsen apa yang ada didalam mulutnya. Berkeliat mengular menggapai langit-langit mulut sampai kemudian saling membelit dengan lidah Irene. Ciuman yang panas dan penuh nafsu.

Oh jangan lupakan tangan Mino yang tidak tahan untuk tidak bergerilya. Naik mengusap setiap lekuk tubuh istrinya, pinggangnya, punggungnya dan memutar sampai tiba didepan kedua bagian sensitif milik Irene. Fantasi Mino berjalan, meliar tidak tentu arah bersamaan dengan nafsu yang selalu melecut ketika aroma tubuh Irene kembali bisa ia hirup. Ciumannya sudah berhenti, berganti dengan jilatan lidah Mino pada leher dan daun telinga. Sesekali ia meniup leher itu dan kembali membuat hickey disana padahal, bekas yang ia buat masih segar dilihat.

"Sshhh"

Lenguhan itu lolos dari bibir Irene, Mino semakin tidak kuasa. Oke istrinya ini memang suka sekali mendesah dan itu sering membuatnya blank begitu saja. Ia bahkan kembali high dengan desahan pendek itu. Kembali menggila, kembali melempar nafsu yang selalu bersembunyi didalam tubuh.

Kalau ia tahu menikah senikmat ini, kenapa juga ia tidak mengajak Irene menikah sejak dulu.

"Kita ke kamar" Sahut Mino. Mereka memang sedang ada di ruang makan apartemen, saling mengobral nafsu sepagi ini. Irene yang sudah terengah mengangguk membiarkan suaminya menggendongnya masuk ke tempat tidur. Kembali mengadu gairah untuk yang kesekian kali.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang