41 | White Love

1K 149 53
                                    

Bagi Song Mino, Bae Irene bukan hanya sekedar mantan istri. Mantan teman hidup, ataupun mantan pasangan.

Tidak. Bae Irene nyatanya segalanya. Belahan jiwa nya yang sudah dengan sangat bodohnya ia lepaskan. Nafsu sesaat yang membutakan hati dan fikiran nyata nya membuat Mino akhirnya menyesal setengah mati.

Benar. Mino menyesal, sudah melepaskan perempuan seperti Irene. Sudah membiarkan nafsu membutakan kedua matanya dan membuatnya lupa, kalau selalu ada wanita yang akan selalu ada untuknya. Akan selalu ada perempuan yang rela berkorban untuk nya, untuk anak-anak nya.

Dan perempuan itu tidak pernah pergi, barang sedetik pun. Irene, selalu ada. Irene, selalu bersamanya. Irene, selalu melihatnya.

Mungkin Irene selalu ada disaat ia bahkan hampir saja lupa pada perempuan itu.

Dan sekarang Mino tahu, ia tidak bisa kehilangan perempuan itu. Tidak lagi. Irene boleh melepaskan diri darinya, Irene boleh memilih pergi jauh dari sisinya. Irene, boleh menyerah atas hubungan mereka.

Tidak apa-apa. Asal Mino masih bisa melihatnya. Asal Mino selalu bisa memandangnya, asal Mino selalu merasakan kehadirannya.

Mino mengerti betul, keputusan yang perempuan itu ambil adalah keputusan paling bodoh yang pernah ia dengar. Menjadi pendonor tunggal? Mino lebih baik mencari pendonor yang cocok untuk Jaemin dimana saja, bahkan dibelahan dunia mana saja asal jangan sampai Irene melakukannya.

Mino, tidak sanggup membiarkan perempuan itu mengorbankan hidupnya hanya untuk menjadi pendonor tunggal. Bagi Mino, ini terlalu mengerikan.

Nyata nya, ia tidak sanggup membayangkan kalau ia juga harus melihat Irene tidak berdaya.

Berbekal kenekatan yang entah dari mana datangnya, berbekal pemikiran sinting yang mungkin hanya akan menjadi cemooh belaka Song Mino siang ini sudah berdiri kukuh didepan sebuah bangunan perkantoran yang terletak disalah satu wilayah prestisius kota Seoul.

Kedua tangannya melepaskan jas kerja nya dan menentengnya begitu saja, sementara tarikan nafasnya kemudian terasa mencekik leher begitu ia mulai melangkah. Lee Seunghoon sudah mengabarinya kalau orang yang akan ia temui hari ini sudah menunggunya di salah satu cafetaria perusahaannya.

Langkah Mino terasa ringan sekalipun jantungnya berdegup-degup tidak karuan. Sumpah demi Tuhan ia bahkan tidak menyangka akan datang ke tempat ini, ke tempat yang dulu pernah sangat ia benci.

Tempat musuh besarnya.

Tapi siapa yang menyangka, kehidupan yang berubah seratus delapan puluh derajat ini pada akhirnya membuat Mino akhirnya meluluh lantakkan ego nya.

Demi seorang perempuan.

Demi Irene nya.

"Kau terlambat satu menit Song" Sapa nya dengan kekehan dingin dari ujung bibir. Mino yang mendengarnya hanya mendengus lalu menarik salah satu kursi rotan dan mendudukan tubuhnya tepat dihadapan Jung Leo.

Iya. Jung Leo. Musuh abadinya. Sekutunya. Rival beratnya.

Lucu sekali, sepasang musuh bebuyutan akhirnya saling duduk berhadapan disalah satu cafetaria layaknya sepasang kekasih.

"Maaf membuatmu menunggu Jung, yeah walaupun hanya satu menit. Kurasa tender dan saham mu tidak akan merosot hanya karena kau menungguku selama satu menit" Sahut Mino yang kemudian menyeringai, ia mendongak menatap Jung Leo yang kemudian melambaikan satu tangannya kearah seorang pelayan yang rupanya sudah menunggu.

Pria Jung itu hanya menyeringai lalu menoleh kearah Mino. "Espresso dingin, kurasa seleramu belum berubah" Ucapnya yang kemudian memberikan satu buah menu yang sudah ia tandai pada pelayan muda itu.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang