*kalo kode nya 00 itu artinya flashback ya..
Bae Irene
Kim Jisoo
Kang Seulgi
Bersahabat dekat. Begitu erat, hubungan persahabatan yang lebih kental daripada sebuah hubungan kekerabatan atau keluarga. Berteman lebih dari beberapa tahun membuat ketiganya mengenal akrab satu sama lain.
Saling mengisi, saling mendukung satu sama lain. Pada awalnya.
Kalian tahu tidak, dalam setiap persahabatan yang terdiri dari jumlah yang ganjil pasti akan ada salah satu yang tersisihkan.
Dan itu benar adanya. Jisoo yang merasakan semuanya. Sakit memang tapi keduanya adalah sahabat terdekatnya. Baginya, Irene dan Seulgi sudah menjadi saudara perempuannya juga. Anak maminya juga beda darah tapi dekat dengan hati. Dan bahkan mereka memanggil mami pada ibu masing-masing. Bukan tante atau bibi.
Sedekat itu hubungan mereka sampai satu sama lain seolah tidak menyimpan rahasia.
Pada awalnya.
Tapi tidak ada yang namanya hubungan yang sempurna. Bahkan sebuah ikatan pertemanan. Selalu ada masalah dan perselisihan.
Irene dan Seulgi tinggal di satu komplek yang memungkinkan keduanya untuk saling bertemu lebih rutin. Sementara Jisoo, tinggal jauh dari keduanya. Jadi otomatis kedekatan Irene dan Seulgi lebih intim dibandingkan dengan Jisoo. Perempuan Kim itu kadang merasa kalau ia sudah menjadi orang ketiga diantara Irene dan Seulgi.
Ia sering diabaikan. Ia bahkan sering hanya duduk diam di sudut kantin ketika Seulgi dan Irene sibuk bergosip. Jisoo tahu perhatian yang ia dapatkan tidak sebanyak mereka, apa yang bisa Jisoo banggakan.
Ia hanya seorang anak perempuan dengan penyakit jantung bawaan yang selalu membuatnya harus menghabiskan waktu dirumah sakit atau diruang rawat inap.
"Jis... Sore nanti bisa dateng kerumah aku kan?" Tanya Seulgi disuatu hari setelah mereka menyelesaikan kelas terakhir. Irene yang ada disamping Jisoo perlahan mengalungkan tangannya memeluk erat bahu Jisoo. Mempermainkan ujung rambut Jisoo dengan tangan mungilnya.
Kim Jisoo yang melihatnya menggelengkan kepalanya. "Sorry Seul, aku pengen banget tapi nanti sore itu jadwal cek up rutin aku" Balas nya dengan suara penuh tekanan. Rengkuhan di pundaknya menguat ketika ucapan itu keluar dari bibirnya. Perlahan ia melirik kearah Irene dan mengulas senyum nya.
"Ga apa-apa Jisoo sayang, kamu harus rutin kan cek up. Semangat yaa" Ucap nya. Lembut sekali. Jisoo yang mendengarnya hanya menganggukan kepalanya. Sementara Seulgi yang ada dihadapannya kemudian menganggukan kepalanya kaku.
"Oh iya. Yaudah ga apa-apa deh, nanti kita aja yang kerumah kamu ya Soo"
"Lah ... Mau ngapain?" Tanya Jisoo. Irene dan Seulgi saling melirik tapi kemudian menyeringai.
"Rahasia" Bisik Irene dengan wajah penuh misteri.
🌼
"Hasilnya masih sama, tapi kemungkinan untuk sembuh itu akan selalu ada. Kau harus semangat Jisoo-yaa.."
Kim Jisoo menyeringai. Bosan, sudah biasa ia mendengarnya. Dokter Park kemudian mengusap ujung kepalanya dengan lembut sebelum ia akhirnya beranjak meninggalkan Jisoo yang kemudian menarik nafasnya.
Ia tahu tidak ada kemungkinan untuk sembuh ko, lagipula yang ia lakukan selama ini hanya menunggu saja. Menunggu waktunya untuk mati dan pergi dari dunia ini.
Gelapnya malam seolah menjadi teman setia bagi Jisoo. Begitu kakinya melangkah masuk ia bahkan tidak terkejut saat mendapati rumah yang selalu kosong, sepi dan gelap. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing. Tapi baginya itu bukan masalah. Mereka bekerja mati-matian demi Jisoo dan kesembuhannya. Perawatan penyakit ini tidak murah dan ia cukup tahu diri untuk tidak menuntut ini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf