"Kalau kau bertanya padaku bagaimana keputusanku! Jawabannya adalah tidak, kau seharusnya mengerti Song Mino! Oh tapi, sepertinya kau tidak akan pernah perduli bagaimana jawabanku kan? Terlebih dia, Kim Jisoo. Kau .. Tentu akan selalu mengabulkan keinginannya bukan? Karena dia ... Kim Jisoo"
Song Mino terdiam ditempatnya. Jisoo yang mengerti ada area yang tidak bisa ia masuki perlahan mundur dan berlalu masuk kedalam ruangan rawat inap milik Jaemin.
Perempuan Kim itu tahu betul sepasang mantan suami istri itu butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya.
Padahal dokter sudah setuju dengan niatannya. Selain penyakit jantung bawaan catatan kesehatan Jisoo sebetulnya baik-baik saja. Apalagi yang harus dia donorkan kalau memang sesuai adalah sum-sum tulang belakang dan kontur tulangnya selama ini kondisinya baik.
Tapi Jisoo tahu, mungkin Irene teramat sakit hati atas apa yang sudah ia dan Mino lakukan. Padahal demi Tuhan Jisoo kali ini murni hanya ingin membantu kesembuhan Jaemin. Bukan demi Mino.
Tapi sudahlah. Terkadang niat baik memang tidak selalu mendapatkan reaksi yang baik juga kan?.
"Rene .. Bukan begitu"
"Jangan berkelit Mino. Demi Tuhan No, Jisoo? Dia bahkan memiliki penyakit jantung bawaan, terlepas dari rasa benciku padanya apa kau tega membiarkan orang yang memiliki penyakit menjadi calon pendonor untuk Jaemin?" Seru Irene yang berada pada sisi frustasi nya.
Perempuan itu bahkan kemudian hanya terdiam begitu kedua tangan Mino menyentuh kedua bahunya. Mengusapnya dengan lembut dan menggerakan bahunya hingga kini keduanya saling berpandangan.
"Tidak ada salahnya dicoba, jangan melihat dari sisi buruknya. Tapi siapa tahu memang Jisoo bisa membantu menjadi pendonor bagi Jaemin"
"Aku tidak bisa menerimanya No" Keluh Irene akhirnya. Perempuan itu bahkan menarik nafasnya dengan berat. Mencoba menjelaskan pada Mino apa yang tengah ia rasakan tapi rasanya sulit sekali.
"Fikirkan Nana, ini demi kebaikan Nana Rene .. Bahkan kalau memang ada orang jahat dan brengsek yang bersedia menjadi pendonor sum-sum tulang belakang dan cocok kurasa kita juga harus menerima opsi tersebut"
"Tapi bukan Jisoo orangnya"
Song Mino mendesah gamang ditempatnya. Ia bingung, harus dengan cara apalagi membujuk Irene. Bukan karena Jisoo semata sebetulnya. Mino hanya tidak ingin Irene menjadi pendonor tunggal untuk Jaemin.
Mino tidak siap kalau ia juga harus kehilangan Irene. Dan ia sendiri tidak mau kalau perempuan itu harus mengorbankan dirinya sejauh ini.
"Rene .. Fikirkan lagi"
"Mino, aku memang membenci Jisoo. Iya, kau benar .. Aku membencinya. Aku benar-benar tidak menyukai Jisoo. Karena semua yang sudah dia lakukan padaku, karena semua yang sudah kalian lakukan padaku. Aku ... Benci... Perempuan itu. Tapi bukan karena itu aku menolak niat baiknya" Sahut Irene nelangsa. Perempuan Bae itu mendudukan tubuhnya diatas kursi tunggu dan menarik nafasnya dengan lelah. Mino yang kemudian menatapnya ikut menurunkan tubuhnya, berjongkok didepan perempuan itu dan mendongak menatap Irene yang kini memandangnya.
"No, kalau seandainya aku berselingkuh saat menjadi istrimu, seandainya saat itu aku berselingkuh dengan -sebutlah Jung Leo misalkan, dan posisinya saat ini adalah Leo mengajukan diri menjadi calon pendonor bagi Jaemin. Apa kau rela?" Tanya Irene lagi.
Mino yang mendengarnya hanya diam. Ia menimang sesuatu dalam fikirannya. Sebetulnya Mino paham sekali apa yang Irene maksud.
Tapi tetap saja dalam kondisi seperti ini logika harus diutamakan diatas rasa kebencian dan perasaan. Nyawa Jaemin dan kesembuhannya menjadi taruhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf