25 | Born to be

1.2K 172 99
                                    

Butuh beberapa menit bagi Bae Irene untuk mengenali situasi yang sesungguhnya terjadi. Tapi ia tahu ia sudah melakukan hal yang diluar batas. Tangannya kebas, wajahnya memerah sementara kedua mata kini membeliak dihadapannya. Pipinya merah, menandakan pukulan yang Irene layangkan barusan nyatanya sanggup membuat kepalanya bahkan terlempar begitu saja ke arah samping. Deru nafas kemudian memburu, bersamaan, saling bersahutan, saling menderu menandakan genderang perang kini ditabuh.

Perang yang sebenarnya.

Kim Jisoo perlahan memegang pipinya yang terasa panas. Sakitnya tidak seberapa tapi sakit hatinya melebihi rasa sakit yang ia terima. Kedua matanya kemudian menoleh lagi, menatap Irene dengan kekuatan penuh kebencian yang ia kumpulkan.

Ia sungguh-sungguh benci pada perempuan ini. Persetan dengan tali persahabatan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, persetan dengan yang namanya pertemanan. Tetap saja perempuan Bae ini jahat padanya.

"Kau puas?" Tanya Jisoo lagi, Irene yang masih mengangkat tangannya kembali menggerakan tangannya bermaksud kembali melayangkan pukulan lagi kalau saja sebuah tangan tidak menahannya. Jisoo yang sudah memejamkan kedua matanya perlahan mengernyit mengintip lalu membuka kedua matanya ketika tangan seorang pria kemudian menyentakkan tangan Irene begitu saja.

"Jangan kotori tanganmu Bae" Tegas sepasang obsidian nyalang yang kini menjadi penghalang diantara dua perempuan dengan emosi yang hampir naik keatas kepala.

"Jangan bersikap suci! Pukul saja lagi!" Tantang Jisoo yang semakin menjadi. Irene mendelik kearahnya sementara Jung Leo yang kemudian meraih jemari Irene meremasnya dengan kuat, lalu menyembunyikan tangan itu dibelakang punggungnya.

"Sebaiknya anda pergi Nona" Ucap Leo dengan suara rendahnya, sebisa mungkin tidak terdengar mengusir atau membentak karena sudah mulai ramai lalu lalang para pekerja disini. Irene yang kemudian memberontak mencoba melepaskan tangannya tapi Leo kemudian menatap kearahnya dengan mata tajamnya. Memberi isyarat pada perempuan itu kalau diam adalah keputusan yang terbaik untuk saat ini.

"Tentu saja aku akan pergi, dan kau ... Kau sebaiknya jaga wanitamu. Kalau dia sudah memiliki kekasih alangkah baiknya kalau dia tidak mengganggu kekasihku lagi" Sahut Jisoo dengan suara paraunya. Irene mendelik kearahnya tapi remasan tangan Leo mengusiknya.

Jung Leo hanya memandangnya tanpa ingin membalas apa yang Jisoo katakan, perempuan Kim itu kemudian menutup bibirnya lalu membenahi tatanan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

"Ayo masuk Bae ... Waktunya bekerja" Gumam Leo yang memaksa Irene untuk pergi dari hadapan Jisoo. Remasan pada tangannya berubah menjadi rengkuhan pada pinggang perempuan itu yang membawanya menjauhi Kim Jisoo yang kini mendecak melihatnya. Nafas perempuan Kim itu menderu, penuh emosi dan kemarahan yang sempurna.

"Brengsek!"

🌼

"Hari ini papi mau pindah"

Song Jeno yang sedang membalikan halaman buku yang ia baca mendongakkan kepalanya dan menatap Jaemin dengan pandangan acuh, lalu kembali fokus pada bukunya.

"Kamu ga bantuin?" Tanya Jaemin, sekali lagi bertanya pada adik kembarnya. Jeno yang mendengarnya kemudian menutup bukunya perlahan, menyimpannya ditempat seharusnya lalu beranjak menuju sisi paling luar dari kamarnya.

"Mau aja"

Jawaban Jeno singkat, namun sanggup membuat Jaemin menaikkan satu alisnya dengan heran. Kemana perginya Jeno yang super cuek dan galak? Kemana perginya Jeno yang biasanya tidak akan perduli pada apa yang dilakukan oleh papinya.

"Serius No?" Tanya Jaemin lagi. Pertanyaan nya memang menyiratkan keinginan tahuan yang luar biasa karena sikap Jeno yang sedikit aneh akhir-akhir ini tapi pandangan mata Jeno justru menampilkan hal yang sama terhadapnya.

OHANA [ FIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang