Beberapa jam sebelumnya.
Bae Irene mengusap rambut Jeno dengan penuh sayang. Ia rasanya ingin menangis sekencang yang ia inginkan tapi Irene tahu Jeno lebih terluka disini. Putranya ini pasti lebih sakit bahkan dari Irene sendiri. Dan rasanya bukan sesuatu yang bijak kalau ia menangis sementara ada hati lain yang harus ia kuatkan.
Ada putranya yang lain yang siap untuk jatuh.
Song Jeno menolehkan kepalanya kearah Mino yang kemudian berjalan keluar dengan Jisoo lalu kembali menoleh kearah Irene yang berusaha tersenyum kearahnya. Pria muda Song itu hanya mengerjapkan kedua matanya. Menahan untuk tidak menangis. Setidaknya didepan Irene.
"Mami yang sabar ya, Nana kuat ko ---" Ucapan Jeno bergetar, tapi pria muda itu kemudian terdiam begitu jemari Irene menempel pada bibirnya. Perempuan yang paling ia sayangi itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Mami tahu ko sayang, Nana kita, adalah pria yang kuat. Dan mami harap Jeno juga bisa bertahan" Ucap Irene dengan suara nya yang berat, hampir berbisik. Jeno hanya berusaha tersenyum mendengarnya.
Mami Irene benar, Nana bukan pria yang lemah. Nana nya, Nana yang sangat kuat. Sudah Jeno bilang kan, Nana hanya sedang tidur. Jadi dia pasti bangun nanti.
Nanti.
Yang entah kapan. Jeno sendiri tidak tahu.
Rasa sesak seolah memenuhi seluruh kepala mau tidak mau membuat Song Jeno berdiri dari duduknya. Ia tidak bisa duduk berdampingan dengan Irene seperti ini.
Ia ingin menangis dan Jeno tidak bisa melakukannya disini, disebelah mami Irene.
"Jeno .. Keluar dulu mi --" Ucapannya terhenti begitu senyuman Irene yang terlihat khawatir muncul dari wajahnya. Pria muda itu hanya menyeringai.
"Mami tenang aja, Jeno cuma mau cari angin aja sebentar" Lirihnya yang kemudian berdiri, berjalan dengan langkah gontai meninggalkan Irene sendirian didepan ruangan tempat Nana dirawat.
Perempuan Bae itu menghela nafasnya perlahan, mencoba menghilangkan beban berat yang seperti berkumpul diatas kepalanya. Kepalanya kemudian terdorong ke belakang, bersamaan dengan punggungnya yang menempel pada tembok. Kedua matanya yang mengerjap sesekali terpejam.
Sungguh Irene lelah sekali saat ini. Rasanya ia ingin sekedar berbaring sejenak dan tidur. Berharap kalau semua ini hanyalah mimpi dan ia akan kembali melihat kedua putranya besok dimeja makan dengan pertengkaran favorit nya.
"Bae ... "
Kedua mata Irene yang terpejam perlahan terbuka, kerjapan matanya kemudian berubah intens ketika ia bisa menangkap wajah lain disini. Bukan Mino.
Pria itu hanya mematung, menatapnya lalu tersenyum dengan sangat manis.
Entah sejak kapan pria ini bisa tersenyum semanis itu.
"Jung---"
Suara Irene terhenti ketika Leo kemudian berjongkok, ia menaruh bag paper yang ia bawa persis di kursi sebelah Irene yang kosong. Pria itu hanya menarik nafasnya dan kemudian menghela nya begitu rupa.
"Maaf aku terlambat" Balas nya, singkat seperti biasa. Tapi Irene yang kemudian duduk dengan posisi sempurna hanya bisa mengerjap ketika Jung Leo mengulas sebuah senyuman di bibirnya.
Senyuman yang entah kenapa sering kali Irene lihat.
"Ti-tidak masalah ... Anda pasti sibuk-"
"Bagaimana Nana?" Sela Leo dengan tatapan mata yang terus mengarah pada Irene yang kemudian gelagapan. Ia tidak biasa berada terlalu dekat dengan Leo. Entah kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OHANA [ FIN ]
FantasyKeluarga bagaikan cabang-cabang disetiap pohon, kita tumbuh ke arah yang berbeda-beda namun akar kita tetap satu -OHANA- a Minrene and Nomin story ©ziewaldorf