part 12

11.1K 428 6
                                    

Fecya sedang duduk di meja makan rumahnya. Dihadapannya sudah ada suaminya yang menatap Fecya sejak tadi. Fecya masih setia menundukkan kepalanya tak berani menatap sang suami.

"Jadi? Apa kamu berniat selingkuh Fecya?" Lucas menatap tajam istrinya.

Lucas tak habis pikir bisa-bisanya istrinya itu makan berdua dengan laki-laki, jika dengan sahabatnya masih tidak apa-apa. Tetapi ini beda, fecya makan berdua bersama dosen kampusnya.

"Apa kamu akan diam terus?" Lucas masih menatap Fecya yang menundukkan kepala sejak tadi.

"Saya sungkan pak nolaknya." Ucap Fecya.

Lucas menghela napasnya, "Saya tidak suka kamu seperti itu lagi."

"Saya juga baru kali ini pak, lagian gak ada maksud apa-apa kok." Fecya kali ini berani menatap mata suaminya itu.

"Kalau saya bilang tidak suka berarti kamu tidak melakukannya Fecya. Mau sekali dua kali intinya tidak boleh." Tegas Lucas.

"Bapak aja boleh jalan-jalan berdua sama sahabat bapak. Kenapa saya ga boleh?" Fecya menatap kesal Lucas.

"Quinsha sahabat saya, Cia." Balas Lucas.

"Tapi tetap aja sahabat bapak itu lawan jenis. Apalagi sahabat bapak jelas-jelas tertarik sama bapak." Ucap Fecya menaikkan suaranya.

"Kamu mulai melantur, Fecya." Geram Lucas.

"Bapak yang melantur! Mending mulai sekarang bapak urus hidup bapak sendiri dan saya bakal urus hidup saya sendiri." Ucap Fecya.

"Saya gak bakal peduli mau bapak punya pacar atau apalah. Tapi bapak juga harus ngelakuin hal sama." Ucap Fecya dengan suara bergetar.

Setelah itu Fecya pergi menuju kamar meninggalkan Lucas yang menatap Fecya demgan tatapan bersalah. Lucas membiarkan Fecya untuk menenangkan diri dulu, dirinya juga butuh untuk menenangkan fikiran.

Fecya menangis dikamar, perempuan itu kesal pada suaminya yang seenaknya sendiri.

Saat dirasanya ada yang membuka pintu kamar, Fecya memejamkan matanya. Hingga dirasakan seseorang menaiki kasur dan berbaring disampingnya.

Fecya merasakan sebuah lengan memeluk perutnya dari belakang kemudian menariknya untuk merapat. Merasakan hal itu Fecya tidak bisa menahan isakannya.

"Maaf." Gumam Lucas menciumi puncak kepala Fecya.

Laki-laki itu terus bergumam hal yang sama dan masih menciumi kepala Fecya. Kemudian lucas membalik badan Fecya agar menghadapnya. Diusapnya pipi istrinya, jarinya beralih pada air mata istrinya yang masih mengalir.

"Saya minta maaf Cia." Lucas memeluk Fecya.

"Tolong jangan berkata seperti itu lagi. Kita sudah menikah, sudah sepantasnya kita mengurus kehidupan satu sama lain. Maaf kalau saya egois." Jelas Lucas.

"Saya hanya cemburu kamu berjalan dengan lelaki lain. Maaf saya menyakiti kamu." Lanjut Lucas.

Fecya membalas pelukan suaminya lalu menangis kencang. Fecya tidak tau kenapa tapi hatinya sakit saat mengingat bahwa suaminya itu selalu menuruti kemauan sahabatnya. Tapi ia juga merasa bersalah karena telah bertindak seperti tadi.

Lucas mengusap lembut punggung Fecya, sesekali mencium kepala istrinya.

"Saya cinta kamu." Ucap Lucas membuat jantung Fecya berdetak lebih cepat.

Fecya melonggarkan pelukannya lalu menatap suaminya, lucas membalas tatapan istrinya. Menghapus bekas air mata istrinya lalu mencium mata istrinya.

"Sudah lama saya menunggu kamu untuk bertumbuh dewasa agar bisa saya nikahi." Lucas terkekeh.

"Maksudnya?" Fecya menatap bingung suaminya.

"Kamu ingat anak laki-laki yang kamu temui di rumah sakit 10 tahun yang lalu? Mungkin kamu sudah lupa." Ucap Lucas.

"10 tahun yang lalu?" Tanya Fecya.

Lucas mengangguk, "Kamu mungkin masih sd, saat itu kamu akan menjalani operasi gagak ginjal. Kita bertemu di taman rumah sakit. Kamu tiba-tiba mendatangi saya yang sedang menangis."

Fecya masih menatap suaminya, menunggu lanjutannya.

"Saat kamu mendatangi saya, kamu bertanya apa saya sakit?" Ucap Lucas.

"Saya masih tidak menghiraukan kamu, kemudian kamu memanggil saya. Kakak tampan kenapa kok menangis? Saya menolehkan wajah saya, saya sedikit terhibur saat kamu mengucapkan saya tampan." Lucas terkekeh, tak sadaf suaranya mulai terasa serak menahan tangis.

"Kamu menatap saya dengan wajah pucat dan menggunakan baju pasien. Tapi ekspresi wajahmu sangat ceria dan bersinar. Kamu berkata lagi, bahwa kamu sedang sakit tapi kamu tidak tau sakit apa. Kamu terus bercerita tentang keseharianmu di rumah sakit. Keceriaanmu membuat saya sedikit melupakan kesedihan saya." Ucap Lucas mengusap pelan rambut Fecya.

"Kemudian kamu bertanya, apa yang membuat kakak sedih? Saya jawab saya kehilangan seseorang. Kamu mengangguk lucu sekali, kemudian kamu berkata bahwa kamu juga pernah kehilangan kelincimu karna kabur. Jawabanmu membuat saya tertawa. Tapi kata-katamu selanjutnya membuat saya termenung, kamu berkata mungkin kelincinya terlalu tersiksa sehingga ia memutuskan untuk pergi." Jelas Lucas.

"Saat itu saya kehilangan pacar saya awalnya saya tidak terima, tapi setelah mendengar jawaban kamu saya paham. Pacar saya pasti sangat tersiksa dengan penyakitnya sehingga ia memutuskan untuk pergi. Seharusnya saya senang karna ia tidak merasakan sakit lagi, bukan malah menangis berharap ia kembali." Jelas Lucas dengan suara semakin serak bahkan bulir air mata sudah menggenang dikelopak matanya.

"Fecya, setelah itu kamu berkata lagi, saat kamu sembuh dan berhasil menjalani operasi kamu mau menggantikan pacar saya agar saya tidak sedih. Saya dengar kabar kamu koma setelah operasi, dan ternyata orang tua saya adalah rekan kerja orang tua kamu." Ucap Lucas.

"Setelah itu saya berkata pada orang tua saya, bahwa kelak kalau kamu dewasa, saya mau melamar kamu." Lucas meneteskan air matanya.

"Apa kamu tidak ingat?" Lucas bertanya.

Fecya mengangguk, "Bapak itu...kakak laki-laki yang memberi saya boneka gantungan kan?"

Lucas mengangguk cepat, "Itu saya dapat sehari sebelum pacar saya meninggal."

Fecya menutul mulutnya seakan tidak percaya, "bapak gak lagi bohongin saya kan?"

Lucas terkekeh, "apa saya terlihat seperti berbohong."

Fecya menggeleng lalu memeluk suaminya itu.

"Saya minta maaf pak, gak seharusnya saya kekanakan sampai berbicara seperti tadi." Ucap Fecya dalam pelukan Lucas.

"Bukan salah kamu sayang." Ucap Lucas lembut. Laki-laki itu mengeratkan pelukannya.

"Sepertinya kamu kelelahan karna menangis dari tadi. Tidurlah, nanti saya bangunkan." Ucap Lucas dibahas anggukan.

Lucas ikut memejamkan mata, sebelum kehilangan kesadarannya. Laki-lakinitu berbisik, "Saya bersyukur karna bertemu kamu, Cia."

Fecya tersenyum dalam tidurnya.

Catch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang