part 27

8K 270 0
                                    

Fecya membuka matanya perlahan, tangannya terasa kebas karena diikat. Mata Fecya menyusuri ruangan tempat ia berada.

Seseorang membuka pintu ruangan membuat fecya menatap pintu dan melihat siapa yang datang.

"Hai, sudah sadar rupanya." Ucap orang tersebut sambil menyeringai.

"K-kak Quin?" Fecya menatap tidak percaya Quinsha.

"Jangan terkejut. Aku sudah merencanakan ini dari lama sekali." Quinsha terkekeh membuat Fecya menatapnya tajam.

"Pasti Lucas sedang dalam perjalanan kesini, dengan surat cerai yang dibawanya." Ucap Quinsha tersenyum mengejek pada Lucas.

"Kak Lucas gak mungkin kayak gitu! Dia mencintaiku dan anaknya!" Fecya Berteriak.

"Ah begitu ya? Kau yakin dia mencintaimu setelah mantannya kembali?" Quinsha berucap santai.

"Dia sudah tidak mencintainya!" Geram Fecya.

"Kau Yakin?" Quinsha mengeluarkan beberapa lembar foto ditangannya.

Itu foto Lucas dengan Abel didepan kamar hotel. Terlihat sedang berpelukan, difoto selanjutnya mereka masuk ke kamar hotel.

Fecya menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Kau berbohong, tidak mungkin!" Ucap Fecya tegas.

"Begitulah kenyataannya, ouh aku seperti ini untuk membantu Lucas bebas dari perempuan seperti kamu." Ucap Quinsha.

"Akan lebih mudah jika anak dalam kandunganmu dilenyapkan terlebih dahulu. Bagaimana?" Bisik Quinsha membuat Fecya berteriak histeris.

"TIDAK! AKU MOHON JANGAN SENTUH ANAKKU!"  Fecya berteriak sambil menangis.

"Ssh ssh, diamlah." Quinsha menatap wajah Fecya.

"Jangan sentuh anakku." Wajah Fecya menyiratkan permohonan.

Quinsha mengeluarkan sebuah pisau lipat, perempuan itu menatap Fecya lalu tersenyum.

"Sebentar lagi kau akan bercerai, akan susah menjadi single parent bukan? Bagaimana aku bantu untuk meringankannya?" Quinsha mendekatkan pisau lipatnya pada perut Fecya.

●●●

Flashback on.
Quinsha sedang menelpon seseorang. Perempuan itu tersenyum saat panggilannya terjawab.

"Halo?" Lucas bingung karna tidak ada jawaban.

"Kasian, istri tercintamu hilang ya?" Ucap orang tersebut kemudian tertawa mengejek.

"Quin?" Ucap Lucas dibalas kekehan lawah bicaranya.

"Gak mungkin kamu kan ini?" Lucas berbicara dengan nada tidak percaya.

"Sayangnya ini emang aku." Ucap Quinsha.

"Kenapa?" Suara Lucas terdengar lirih.

"Kenapa? Karna aku sayang kamu lah, kamu pasti tersiksa kan sama perempuan manja itu? Aku bantuin kamu sayang biar bisa lepas dari perempuan itu." Ucap Quinsha santai.

"Jangan sentuh Fecya sedikit pun Quin." Ucapan Lucas terdengar serius.

"Ada syaratnya." Ucap Quinsha berbisik.

"Apa itu? Aku bakal lakuin, tapi tolong biarkan istriku bebas Quin." Ucap Lucas frustasi.

Quinsha tersenyum penuh kemenangan.

"Ceraikan Fecya." Ucap Quin tegas.

"Kau gila Quin! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan istriku!" Ucap lucas tajam.

"Kalau begitu ucapkan selamat tinggal pada istri dan calon anakmu." Ucap Quin santai.

"Kau!!! Baiklah. Aku butuh tanda tangan Fecya." Ucap Lucas.

"Akan ku kirimkan alamat tempat ini. Jangan membohongiku Lucas, atau kau tidak akan bisa melihat istri tercintamu selamanya." Ucap Quinsha lalu mematikan panggilan.

Flashback off.

●●●●

"Tidak tidak tidak." Fecya menangis menatap Quinsha.

Bunyi ponsel membuat Quinsha mengalihkan pandangannya dari Fecya, perempuan itu berjalan menjauh sebentar untuk mengangkat panggilan.

Fecya menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan ikatan kakinya. Digerak-gerakkannya kakinya hingga tali itu longgar dan memudahkan Fecya untuk melepaskan ikatan itu.

Quinsha kembali ke tempat Fecya, senyum sinis keluar dari bibirnya.

"Jadi sampai mana kita tadi?" Tanya Quinsha dengan pisau lipatnya.

Saat Quinsha berada tepat didepannya, ditendangnya tangan Quinsha hingga pisaunya terlepas kemudian Fecya menendang perut perempuan itu hingga tersungkur.

Fecya berusaha melepas ikatan tangannya, perempuan itu masih menangis. Matanya mengawasi Quinsha yang meringis memegangi perutnya.

Terdengar gedoran pintu membuat Fecya dan Quinsha menoleh. Fecya yakin itu pasti orang suruhan Quinsha, Fecya semakin panik saat pintu didobrak-dobrak.

Quinsha sedang berusaha bangkit tapi masih memegangi perutnya. Merasa tangan Fecya gagal terlepas, Fecya menggerakan kursi menggunakan kaki untuk menjauhi Quinsha dan pintu.

Pintu terbuka dan terlihat seseorang yang sangat Fecya kenal.

Lucas. Laki-laki itu berada disana dan berlari kearahnya.

"Kak Lucas?" Tanya Fecya tapi tangisnya belum reda.

"Ssh iya sayang, tenang ya stop nangisnya." Ucap Lucas berusaha melepas ikatan Fecya.

Quinsha menatap marah pada Lucas dan Fecya. Quinsha berjalan kearah Lucas setelah mengambil pisau lipat yang terlenpar tadi.

"Lucas! Beraninya lo bohongin gue."

Belum sempat Quinsha menusukkan pisau itu, suara tembakkan membuat mereka kaget.

Quinsha terjatuh dengan kaki berlumuran darah.

Dipintu terlihat Kenan dan juga beberapa polisi, polisi itu mendekati Quinsha lalu menarik paksa perempuan itu.

"Apa-apaan ini? LEPASIN!" Teriak Quinsha.

"Awas lo Fecya!" Teriak Quinsha yang dibawa paksa oleh para polisi.

Kenan mendekat kearah mereka.

"Astaga, syukur deh kalian gapapa. Kirain gue telat." Ucap Kenan.

"Thanks ya ken." Ucap Lucas. Laki-laki itu menggendong Fecya.

"Kamu kesini naik apa?" Tanya Lucas pada Kenan.

"Saya bawa mobil pak." Ucap Kenan.

"CIAAAAA!" Teriakan seseorang membuat mereka yang disana menoleh ke sumber suara.

Terlihatlah Violet dengan air mata yang sudah banjir di wajahnya.

Violet berjalan kearah mereka.

"Kau baik-baik saja? Oh Tuhan terimakasih. Lalu perempuan itu bagaimana? Dia tidak akan mengganggu lagi bukan?" Violet bertanya berturut-turut.

"Tanya satu-satu sayang." Ucap Kenan mengedipkan matanya.

"Kita bicarakan dirumah." Ucap Lucas dibalas anggukkan oleh Violet.

Mereka akhirnya meninggalkan tempat itu dan kembali menuju rumah. Violet dan Kenan mengikuti mobil Lucas dari belakang.

Catch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang