part 25

8.7K 294 0
                                    

Lucas sekarang sedang berada di perusahaannya. Laki-laki itu sibuk dengan beberapa berkas ditangannya. Terdengar ketukan pintu membuat Lucas mendongak.

"Masuk." Ucap Lucas.

Begitu mengetahui siapa yang masuk ke ruangannya, Lucas menajamkan matanya. Menatap tidak suka siapa yang memasuki ruangannya.

"Mau apa lagi kamu kesini? Belom puas nyakitin istri saya?" Tanya Lucas dingin.

"Maaf, aku kesini mau minta maaf." Ucap orang tersebut penuh penyesalan.

"Kamu kira saya akan dengan mudah memaafkan kamu? Saya akan tuntut kamu abel." Ucap Lucas tegas.

Abel menatap Lucas dengan pandangan memohon dan menyesal.

"Tolong maafin aku Lucas. Aku cuma diajak Quinsha! Beneran aku ga ada niatan buat merusak rumah tangga kamu, aku menyesal. Aku hanya kesal karna kamu sudah melupakan aku." Jelas Abel.

"Jangan mencari kambing hitam. Tidak mungkin Quinsha seperti itu. Memang dari awal kamu licik, kamu bahkan menyembunyikan keberadaanmu dengan pura-pura meninggal. Hebat sekali." Sarkas Lucas.

"Lucas tolong percaya sama aku. Aku--aku sudah dijodohkan dan aku sudah menikah. Dan kematian itu, itu bukan kemauanku. Quinsha yang memalsukkan segalanya, dia membawaku paksa ke luar negri saat itu. Dan perempuan itu memalsukkan segalanya, makanya kenapa kamu tidak boleh melihat jasadku di rumah sakit. Quinsha itu kakakku Lucas, kakak kembar. Tidak mirip bukan? Tapi aku berani bersumpah, aku tidak ada niatan buruk. Aku disuruh Quin, dia mengancam rumah tanggaku. Quin iri dengan kedekatanmu padaku padahal dia yang mengenalmu lebih dulu. Kami pisah rumah, Quin tinggal bersama papa. Sedangkan aku tinggal bersama mama, saat itu demi mencukupi kehidupan kami, mama terpaksa menjodohkan aku dengan anak sahabatnya." Jelas Abel.

"A-apa? Kakakmu?" Lucas tampak tidak percaya.

"Tolong jangan membohongiku bel." Ucap Lucas.

"Apa aku terlihat berbohong? Aku mohon Lucas jangan laporkan aku, bagaimana rumah tanggaku nanti? Suamiku? Sungguh ini murni karna aku diancam Quin." Abel terlihat putus asa.

"Tolong pergi, saya butuh waktu untuk percaya." Ucap Lucas.

Abel mengangguk, "Aku harap kamu gak ketipu sama sikap baik Quin."

Setelah itu Abel langsung meninggalkan kantor Lucas.

Lucas mengusap wajahnya kasar, bingung apa benar yang dikatakan Abel. Tapi ia yakin Quin tidak mungkin melakukan hal itu, mereka sahabat bahkan sudah seperti saudara sendiri. Tapi wajah Abel juga menunjukkan bahwa dia sedang tidak bercanda ataupun berbohong.

Fecya sedang belajar memasak bersama mbok tum didapur. Fecya bersyukur mbok tum dipekerjakan disini sehingga ia tidak merasa bosan.

Sebenarnya mbok tum tidak memperboleh Fecya untuk belajar memasak karna perintah dari Lucas, tapi memang Fecya keras kepala jadi dia merayu Mbok Tum agar mengijinkannya belajar memasak.

"Nah kalau udah mendidih gini sayurnya masukin non." Jelas Mbok Tum membuat Fecya mengangguk.

"Ini ayamnya?" Tanya Fecya.

"Ayam itu lebih cepat matang jadi kita masukinnya agak nanti aja." Jelas mbok tum.

"Bumbunya juga dimasukkin sekarang aja non." Ucap Mbok Tum.

Fecya segera memasukkan bumbu-bumbuan yang sudah mereka siapkan tadi.

Suara pintu rumah terbuka membuat Fecya menghentikkan pekerjaannya dan melangkah menuju pintu. Terlihatlah Lucas yang baru pulang.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Lucas karena melihat Fecya berjalan dari dapur.

"Belajar masak." Ucap Fecya santai.

"Istirahat Cia, jangan banyak gerak." Ucap Lucas kesal.

"Aku kan bosen kak, lagian masak aja kan gamasalah. Aku ga bakal capek." Balas Fecya dengan wajah memelas.

"Yaudah boleh belajar masak." Lucas menghela napas merasa kalah dengan rajukan istrinya.

"Udah mateng belom?" Tanya Lucas yang berjalan menuju dapur.

"Belom, kamu udah laper?" Tanya Fecya dan terlihatlah Lucas yang mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mandi dulu gih sambil nunggu makanannya jadi." Ucap Fecya.

"Baju rumahnya udah aku taruh diatas kasur." Ucap Fecya lagi.

"Iyaa, aku mandi dulu." Ucap Lucas lalu berjalan menuju kamar.

"Mbok, besok kita bikin masakkan kesukaannya Lucas ya." Ucap Fecya yang menghampiri Mbok Tum yang sedang mengaduk masakan mereka.

"Sip non. Kita bikin yang uenak." Ucap Mbok tum membuat Fecya tertawa geli.

"Mbok Tum kerja ditempatnya Lucas udah lama?" Tanya Fecya.

"Mungkin dari den Lucas smp ya." Ucap Mbok Tum sedikit ragu.

Fecya mengangguk-anggukkan kepalanya, "berarti mbok Tum kenal abel?" Tanya Fecya.

"Kenal sih non, cuma non Abel jarang dibawa ke rumah sama den Lucas." Jelas Mbok Tum.

"Kalau Quinsha mbok?" Tanya Fecya.

"Kenal juga, kalau non Quin sih sering ke rumah." Ucap Mbok Tum.

"Terus-terus Lucas suka sama Quin?" Tanya Fecya.

"Wah mbok kurang tau, tapi kalaupun suka pasti sekarang udah ngk. Kan udah ada Non Cia yang cantik." Goda Mbok Tum membuat Fecya jadi malu.

"Ah mbok Tum bisa aja." Ucap Fecya merona.

"Eh dagingnya lupa." Ucap Fecya membuat Mbok Tum kaget.

Fecya segera menuangkan daging ayam itu. Setelah itu mereka menyelesaikan acara belajar memasak mereka.

Lucas dan Fecya sedang berada dikamar, hari sudah malam tetapi Fecya tidak bisa memejamkan matanya.

Fecya memutar badannya dan menatap Lucas yang tertidur dengan memeluknya.

"Kak." Panggil Fecya pelan.

"Hmm." Terdengar gumaman Lucas.

"Kak aku pengen nasi goreng." Bisik Fecya.

"Sekarang?" Tanya Lucas dengan mata terpejam.

"Iya, tapi kamu yang bikinin ya." Ucap Fecya membuat Lucas membuka matanya.

"Mana bisa aku bikin nasi goreng yang? Nanti kalo gak enak kan kasian kamu sama babynya." Ucap Lucas mengusap pipi istrinya.

"Gapapa kak, aku pengen bangett." Rajuk Fecya.

"Yaudah deh. Kamu ikut atau nunggu disini?" Tanya Lucas.

"Ikut." Ucap Fecya.

Mereka keluar dari kamar menuju dapur.

"Aku bisanya pakek bumbu instan, gimana?" Tanya Lucas.

"Iya boleh." Balas Fecya yang menunggu dimeja makan.

Lucas segera melakukan kegiatannya, matanya sesekali menatap istrinya yang sudah mulai mengantuk.

Selesai dengan masakannya, terlihat Fecya yang sudah tertidur di meja makan.

"Cia, ini udah jadi. Kamu ngantuk banget?" Tanya Lucas.

"Sudah kak? Lumayan tapi aku laper." Ucap Fecya lalu mengambil piring yang berisi nasi goreng.

Fecya mencoba nasi goreng suaminya itu.

"Enak?" Tanya Lucas dengan wajah khawatir.

"Enak kok, besok pagi bikinin aku sarapan juga ya kak." Ucap Fecya dibalas anggukkan oleh Lucas.

"Babynya pengen dimasakin papanya ya?" Ucap Lucas yang duduk disebelah Fecya sambil mengelus perut istrinya.

"Iya papa, babynya suka masakan papa." Ucap Fecya seperti anak kecil membuat Lucas terkekeh.

Catch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang