Part 5

1.1K 113 30
                                    

Happy Reading 💞💞💞

Andrew berusaha terus memfokuskan kegiatannya pada tangan Abigail disaat mata wanita itu tidak berhenti memandanginya. Jangan lupakan juga senyum malu-malu yang tercetak di wajah wanita itu yang membuat perut Andrew seketika bergejolak merasakan mual.

Jika bukan karena paksaan ibunya, Andrew tidak akan mungkin mau mengobati luka Abigail. Luka seperti ini tidaklah sebanding dengan kecerobohan wanita itu. Jika bisa, dibandingkan mengobatinya, Andrew lebih memilih mematahkan tangan ini agar berhenti mengganggunya.

"Sempurna."

Gumaman kecil Abigail masih bisa terdengar jelas di telinga Andrew. Orang normal lainnya seharusnya meringis saat diobati seperti ini mengingat lukanya yang tidak bisa dikatakan ringan. Tidak hanya memerah, sebagian sisi tangan Abigail bahkan melepuh. Namun tidak sedikitpun rintihan kesakitan keluar dari bibir wanita itu.

"Bahkan dari jarak sedekat ini, aku masih tidak bisa mendapatkan celah dari wajah tampanmu, Hon." ucap Abigail takjub saat wanita itu semakin memajukan wajahnya mendekati wajah Andrew.

Hembusan napas hangat Abigail langsung menerpa wajah Andrew. Aroma vanilla yang lembut semakin menyeruak di penciumannya.

"Aku yakin semua malaikat pasti tersenyum saat melihat Tuhan memahat wajahmu." Andrew menulikan telinganya. Tangannya semakin bergerak cepat agar ia bisa cepat selesai mengobati tangan Abigail. Wanita itu pasti akan terus mengeluarkan ocehannya yang tidak berguna.

"Sekarang aku tahu, kenapa aku begitu mencintaimu." Andrew merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. Hal yang sering ibunya lakukan sebagai ungkapan rasa sayang. "Aku semakin yakin untuk menikah denganmu, Hon."

Andrew bersumpah, jika sampai saat ini, ia tidak pernah tahu alasan yang membuat Abigail ingin segera menikah dengannya. Andrew tidak tahu dan tidak pernah ingin tahu.

"Selesai!"

Tanpa menunggu respon Abigail, Andrew segera merapikan perlengkapan obatnya sebelum bergerak bangkit dari duduknya. Masuk kamar dan tidur adalah hal yang paling diinginkannya saat ini.

"Hon!"

Langkah Andrew tertahan oleh gerakan Abigail yang memegangi lengannya. Andrew menoleh, melemparkan tatapan tajamnya pada Abigail. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tertahan oleh bibirnya yang terkunci rapat.

Andrew menggeram dengan rasa tidak sabar. Sejak tadi Abigail hanya memandanginya tanpa mengatakan apapun. Sebenarnya Andrew tahu akhir dari sikap diam Abigail ini. Salah satu sikap menyebalkan Abigail yang sialnya menarik perhatian Andrew.

Ada sesuatu yang disembunyikannya.

Begitulah isi benak Andrew setiap kali mendapati sikap Abigail ini. Ada kalanya wanita itu terlihat misterius dengan tatapannya yang dalam. Hanya saat seperti inilah Andrew bisa melihat netra hijau yang selalu bersinar itu meredup walau tetap tidak mampu melunturkan senyum dari wajah cantik Abigail.

Cupp...

"Terimakasih karena sudah mengobati lukaku, Hon. Aku mencintaimu."

Benar! Seperti inilah akhirnya. Abigail memandangi Andrew lalu berakhir dengan ciuman dan ungkapan cintanya. Pandangan Andrew terarah lurus pada punggung Abigail yang sedang berlari menaiki tangga dengan sisa tawanya yang masih terdengar.

Sungguh tipe wanita yang sangat jauh dari impian Andrew.

***

Abigail bersenandung kecil memasuki gedung perusahaan yang sudah sebulan ini menjadi tempat utamanya berkunjung. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum sembari membalas ramah sapaan para karyawan Andrew yang dilewatinya.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang