Happy Reading 💞💞💞
Andrew sama sekali tidak bisa memejamkan mata hingga dini hari. Seluruh ketenangannya seakan terusik oleh segala hal tentang Abigail.
Ada hubungan apa Abigail dengan Arthur? Bagaimana bisa Abigail tidak mengacuhkannya? Sebenarnya sudah seberapa jauh kondisi Abigail saat ini? Mungkinkah Abigail berhenti dari pekerjaannya karena kondisinya yang semakin memburuk?
Sialan! Andrew sungguh benci mengalami kegusarannya ini. Bagaimana bisa Abigail mempengaruhinya sangat kuat?
Andrew bergerak duduk, pandangannya jatuh pada Willy yang sudah terlelap di kursi dengan kepala bersandar di ranjang ibunya. Hanya Andrew dan Willy yang bermalam di rumah sakit sementara Jeslyn dan Aldrich sudah pulang lebih dulu ke rumah atas anjuran Hanna.
Setelah memastikan adik dan ibunya terlelap, Andrew memutuskan untuk keluar kamar. Suasana lorong yang sepi segera menyambut penglihatan Andrew setelah membuka pintu kamar.
Tak heran mengingat sekarang sudah pukul tiga dini hari. Hanya terlihat beberapa perawat yang berjaga di nurse station. Senyum tipis Andrew terukir sebagai balasan atas sapaan perawat yang melihatnya.
Seharusnya Andrew keluar untuk mencari udara segar seperti yang biasa dilakukannya setiap kali menjagai ibunya di rumah sakit ini. Namun sekarang kakinya justru melangkah menuju lantai dimana Abigail dirawat.
"Sepertinya dokter Sean menyukainya."
Obrolan ringan suara wanita terdengar begitu Andrew keluar dari lift. Pemandangan dua perawat berseragam biru tampak sedang mengobrol sembari mengerjakan laporan di depannya. Suasana yang sepi membuat suara kecil kedua wanita itu bisa terdengar jelas di telinga Andrew.
"Benar. Aku tidak pernah melihat dokter Sean sedekat itu dengan pasiennya. Beberapa kali aku bahkan pernah melihat dokter Sean menemaninya di taman rumah sakit."
Andrew terdiam di tempatnya, tampak antusias mendengar obrolan kedua perawat yang masih belum menyadari kehadirannya. Walau Andrew tidak mengetahui siapa orang yang dimaksud dalam obrolan itu, namun terselip rasa penasaran yang membuatnya tertarik untuk mendengarnya.
"Selain cantik, dia memang sangat baik dan ramah. Wajar saja dokter Sean menyukainya. Aku sangat sedih setelah mengetahui kondisinya sekarang. Sayang sekali dia harus melepaskan karier modelnya karena penyakitnya. Namun bagaimanapun, aku tetap akan menjadi penggemarnya."
Model? Dokter?
Rahang Andrew mengeras kala kepingan kebingungannya telah menjadi kesatuan utuh. Kedua tangan yang berada dalam kantong celananya terkepal tanpa disadarinya.
Ingatannya tertarik pada pemandangan di taman yang dilihatnya kemarin, dimana Abigail tampak bercengkerama dengan pria muda berjas putih. Tidak salah lagi, yang dimaksud mereka pastilah Abigail Jenner.
"Kurasa dia juga menyukai dokter Sean. Jika mereka menjalin hubungan, aku yakin mereka pasti akan menjadi pasangan yang paling serasi. Dokter tampan dan pasien cantik."
Segaris senyum sinis tercetak di wajah Andrew. Kilatan matanya menggelap bersamaan dengan rasa panas yang mendadak menjalar di hatinya.
Abigail menyukai dokter itu?
Tidak. Abigail tidak menyukai dokter itu. Tidak juga menyukai Arthur atau pria lain manapun. Abigail Jenner hanya menyukai seorang Andrew Reeve. Ya, Andrew bisa pastikan itu.
"Selamat pagi, Sir. Ada yang bisa saya bantu?"
Sapaan seorang perawat menyentak Andrew dari pergulatan hati dan pikirannya. Perawat itu baru saja keluar dari kamar pasien dan sapaannya berhasil menyadarkan kedua rekannya akan kehadiran Andrew yang masih berdiri tepat di depan pintu lift.
![](https://img.wattpad.com/cover/168665766-288-k894222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Miss.A!
RomanceHidup itu pilihan. Tapi kenapa memilih terasa sulit? Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang Andrew Reeve. Pilihan sulit itu hadir saat dua wanita masuk ke dalam kehidupannya dan berhasil mengacaukan perasaannya. Siapakah yang akan Andrew pili...