Part 16

1K 127 45
                                    

Happy Reading 💞💞💞

Sudah Arthur katakan bahwa Abigail selalu menjadi sosok misterius untuknya. Karena itu, secara diam-diam Arthur sering memperhatikan Abigail dalam segala hal yang dilakukan wanita itu. Perhatian yang selama ini diberikan Arthur lah yang membuatnya sedikit banyak bisa membaca setiap perubahan ekspresi yang ditunjukkan Abigail.

Abigail memang selalu menampilkan senyum dan tawanya, namun sorot mata wanita itu tidak bisa menutupi emosi yang disembunyikannya.

Setelah Arthur meninggalkan Abigail bersama ayahnya, rupanya Arthur tetap mengawasi Abigail dari kejauhan. Arthur bisa menangkap ekspresi tidak nyaman Abigail saat Morgan Jenner menghampirinya.

Puncaknya ketika Arthur melihat langsung saat Morgan menampar pipi Abigail. Disaat itulah Arthur bisa melihat jelas ekspresi kesakitan yang ditunjukkan wanita itu.

Arthur tidak bisa menutupi rasa khawatirnya pada Abigail, karena itu ia berniat mengikuti wanita itu. Benar saja, saat Arthur keluar dari ballroom, Abigail tampak pada posisi menyedihkannya, telungkup di lantai dengan dagu yang terluka.

Yang tidak bisa Arthur terima adalah perlakuan Andrew yang terlihat santai berdiri memandang Abigail tanpa membantunya sama sekali. Arthur sungguh menyayangkan, kenapa perasaan tulus Abigail harus diberikan pada Andrew yang justru selalu menunjukkan sikap kurang baik padanya.

"Nona, anda baik-baik saja?"

Arthur langsung membantu Abigail duduk sebelum mengambil sapu tangannya untuk menutupi dagu Abigail yang mengeluarkan darah. Ringisan yang keluar dari bibir Abigail seakan menyeret Arthur ikut merasakan kesakitannya.

"Ya Tuhan! Dagumu terluka, Abey. Kita harus ke rumah sakit sekarang!"

Suara itu milik Ashley White. Sejak tadi wanita itu menunjukkan kekhawatirannya. Mata Ashley berkaca-kaca siap menjatuhkan cairan bening yang menunjukkan kesedihannya. Sayangnya semua kepedulian Ashley tidak bisa dilihat oleh Abigail yang kini hanya terpusat pada Arthur.

Manik hijau Abigail menatap Arthur dengan sorot pilunya sementara bibirnya mengucapkan kalimat lirih yang sebelumnya tidak pernah Arthur dengar dari wanita itu.

"Aku mohon, bawa aku pergi dari sini, Arthur!"

Untuk pertama kalinya Arthur melihat Abigail menunjukkan sosok rapuhnya. Dan itu berhasil mengantarkan rasa tidak nyaman di hati Arthur.

Sekali lagi Arthur mengarahkan pandangannya pada Andrew yang masih tetap pada posisi awalnya. Jika dalam kondisi biasa, Arthur pasti akan menunggu perintah Andrew dulu karena ia tahu betapa atasannya itu tidak menyukai kehadiran Abigail yang selalu mengganggunya.

Tapi kali ini, Arthur tidak memerlukan persetujuan Andrew untuk membantu Abigail disaat atasannya itu tidak menunjukkan kepeduliannya pada Abigail yang sedang membutuhkan bantuannya.

"Maaf, saya tidak bisa mengikuti acaranya sampai selesai, Sir." ucap Arthur sebelum membawa tubuh ramping Abigail ke dalam gendongannya.

"Saya akan membawa nona Abigail ke rumah sakit. Anda tidak perlu khawatir, Nona!"

Arthur berharap ucapannya itu bisa sedikit memberikan ketenangan untuk Ashley. Arthur sungguh tidak tega melihat Ashley yang sangat mengkhawatirkan Abigail justru mendapat pengabaian dari Abigail. Arthur juga tidak bisa membiarkan Ashley mengikuti mereka karena sudah jelas Abigail tidak menyukai kehadirannya.

Beruntung Ashley langsung berhenti mengikuti langkah Arthur yang sudah berjalan pergi. Entah karena Ashley mengerti dengan ucapan Arthur atau karena tahanan yang diberikan Andrew yang sekarang mencekal lengannya. Entahlah!

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang