Part 12

899 113 22
                                    

Happy Reading 💞💞💞

Hari yang buruk. Itulah yang Andrew alami sepanjang hari ini. Bagaimana tidak? Andrew harus mengerjakan pekerjaannya yang banyak dengan kondisi tubuhnya yang jauh dari kata baik. Ditambah lagi dengan kemarahan Ashley yang diterima Andrew, tidak hanya semakin memperburuk kondisi tubuhnya namun juga mengacaukan suasana hatinya.

Ashley benar-benar marah. Terbukti wanita itu tidak mengangkat panggilan ataupun membalas pesan Andrew. Bahkan ketika Andrew menghubungi telepon kantor yang tersambung ke sekretarisnya, Ashley juga menolak berbicara dengan Andrew dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.

Jika saja bisa, Andrew ingin menemui langsung Ashley ke kantornya. Andrew akan melakukan apapun untuk mendapatkan kata maaf dari wanita itu. Sayangnya tidak semudah itu untuk Andrew bisa melakukannya disaat pekerjaan dan kondisi tubuhnya tidak mendukungnya.

Sekarangpun Andrew bisa pulang pukul sembilan malam ini karena Hanna mengatakan Aldrich sedang berada di mansionnya dan terus memintanya untuk segera pulang. Lagi pula kondisi tubuhnya tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan pekerjaan disaat semua angka dan huruf yang dilihatnya di layar tampak berputar-putar di kepalanya yang berdenyut.

Andrew berjalan menuju ruang keluarga setelah pelayan mengatakan ibu dan keponakannya sedang berkumpul disana. Suara tawa segera menyambut Andrew begitu ia membuka pintu. Matanya menangkap pemandangan dimana Abigail sedang menggelitiki tubuh mungil Aldrich di atas karpet sementara Hanna terlihat memandangi mereka di atas sofa dengan tawa bahagianya.

Andrew tidak menyangka bisa melihat keberadaan Abigail lagi di mansionnya. Tadinya ia pikir wanita itu benar-benar sudah pergi mengingat tidak ada lagi yang merecokinya di mansion ini sejak tadi malam.

Bahkan hari ini Andrew sama sekali tidak mendapati gangguan dari Abigail baik di ponsel maupun di kantornya. Ternyata Andrew terlalu naïf memikirkan jika mungkin saja Abigail sudah mulai lelah mengganggu ketenangan Andrew dan menemukan pria lain yang bisa dijadikannya mainannya.

Benar, mainan. Menurut Andrew, segala pernyataan cinta Abigail dan keinginan besar wanita itu yang ingin menikah dengannya hanyalah sebuah permainan untuk kepuasan pribadi wanita itu. Apapun itu, yang pasti sangat mustahil ada wanita yang tiba-tiba saja mengungkapkan cinta dan mengajaknya menikah di pertemuan pertama mereka. Benar-benar wanita yang perlu dipertanyakan kondisi kejiwaannya.

Untuk sesaat Andrew membiarkan dirinya berdiri di ambang pintu menikmati pemandangan indah yang membuat bibirnya mengukir senyum kecil. Bagaimana tidak? Keponakannya tampak begitu ceria bermain bersama Abigail sementara ibunya terlihat sangat bahagia memandangi mereka. Rasa lelah Andrew seakan lenyap bersamaan dengan tawa yang dilepaskan oleh ibu dan keponakannya itu.

"Grandma, lihat! Aku melayang di udara."

Senyuman Andrew semakin lebar kala suara ceria Aldrich kembali terdengar. Kini tubuh mungil itu sudah berada di atas kedua kaki Abigail yang sengaja mengayun-ayunkannya. Oh, lihatlah betapa mereka sangat fokus dengan kesenangan mereka hingga tidak menyadari kehadiran Andrew yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.

Entah bagaimana pandangan Andrew kini terfokus pada wajah Abigail saat tiba-tiba saja wanita itu menghentikan tawanya. Wajah Abigail tampak meringis menahan kesakitan. Itu seakan membunyikan alarm pertanda bahaya dalam kepala Andrew.

Abigail adalah wanita yang ceroboh. Mengingat bagaimana seringnya wanita itu terjatuh dan melukai dirinya sendiri, jadi mungkin juga baginya untuk melukai orang lain karena kecerobohannya.

Benar saja. Andrew merasa napasnya hampir berhenti ketika tiba-tiba Abigail menjatuhkan kakinya hingga membuat tubuh Aldrich nyaris terpelanting jatuh jika saja Andrew tidak cepat meraihnya.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang