Part 8

1K 104 25
                                    

Holaaa...
Aku kembali 💃💃💃

Aku mau ngucapin,
Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi teman-teman yang merayakannya.
Mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏🙏


Happy Reading 💞💞💞

Suasana di ballroom itu perlahan mulai lengang seiring dengan matahari yang nyaris menyembunyikan wujudnya. Ballroom hotel tepatnya di sebelah studio Abigail. Tadinya ballroom itu disesaki oleh para fans yang terlihat begitu bersemangat bisa bertemu langsung dengan idolanya.

Setelah selesai dengan acara bincang-bincang, kesempatan untuk minta tanda tangan dan foto bersama yang hanya dibatasi oleh seratus orang beruntung tidak mereka sia-siakan walau harus berdesak-desakan dan menunggu waktu yang lama. Rasanya semua itu sangat pantas untuk bisa memenuhi kecintaan mereka akan Abigail Jenner.

Tiga jam sudah berlalu, Abigail masih terus menampilkan senyum termanisnya pada para penggemarnya. Masih ada sepuluh orang yang tersisa untuk berfoto dan mendapatkan tanda tangannya.

Sebenarnya dalam dua bulan terakhir ini Abigail sudah menolak acara jumpa fans seperti ini baik di dalam ataupun di luar negeri. Namun karena acara ini sudah terencana sejak empat bulan yang lalu, jadinya Abigail terpaksa mengikutinya. Bagaimanapun ia tidak ingin mengecewakan para penggemarnya.

"Woah, kau terlihat sangat tampan disini."

Bibir Abigail tidak pernah berhenti mengungkapkan pujian setiap kali ia selesai berfoto. Tidak heran sikap ramah Abigail itu bisa menarik semakin banyak para fans yang mencintainya. Bukan hanya wanita namun juga para pria, baik yang masih remaja ataupun dewasa.

"Aku akan memamerkan foto ini pada teman-temanku." ucap remaja yang tadi berfoto dengan Abigail penuh kebanggaan. Hal itupun membuat Abigail tertawa kecil sembari mengacak gemas rambut pirang remaja itu.

"Kemarikan!"

Abigail mengulurkan tangannya, memberi isyarat agar remaja itu memberikan benda yang harus ditandatanganinya. Dengan cepat, remaja itu mengambil stick game dari ranselnya lalu mengulurkannya pada Abigail.

"Kuharap waktu belajarmu lebih banyak dibandingkan memainkan stick itu, Boy."

Ini juga menjadi salah satu kelebihan Abigail yang membuatnya semakin dicintai. Abigail selalu menganggap para penggemarnya adalah orang terdekatnya hingga ia tidak akan segan-segan memberikan nasehat yang menurutnya bisa memberikan pengaruh baik.

Abigail ingin meraih stick itu, namun entah bagaimana tangannya justru menjulur ke arah yang salah. Beberapa kali Abigail menggeleng berusaha memusatkan fokusnya, namun lagi-lagi ia masih belum berhasil meraih stick itu. Abigail mengangkat wajahnya memberikan senyum gelinya berpura-pura jika sedari tadi ia sedang melakukan sebuah lelucon. Beruntung pada kali ketiga, Abigail berhasil meraih benda itu.

Christy yang langsung mengerti dengan gelagat aneh Abigail langsung mendekat, menarik kursi untuk diduduki Abigail lalu menyerahkan spidol ke tangan sahabatnya itu.

Abigail menarik napas panjang, mengumpulkan banyak pasokan oksigen untuk tubuhnya yang mulai terasa lelah. Sungguh, Abigail ingin merutuki tubuhnya sekarang, kenapa tubuh ini harus berbuat ulah sebelum ia menyelesaikan urusannya.

Masih ada beberapa orang lagi yang sekarang sedang mengantri di belakang remaja pria itu, namun Abigail masih belum bisa mengembalikan fokusnya. Tangannya yang tadi akan menandatangani stick itu justru bergerak mencoret kain yang menjadi alas meja.

Abigail sudah berusaha beberapa kali. Bukannya berhasil, tangan Abigail sekarang justru bergetar. Secara perlahan, Abigail menurunkan tangannya, menyembunyikan tangan yang sedang bergetar itu dari pandangan orang-orang di sekelilingnya.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang