Happy Reading 💞💞💞
Suara dingin Abigail sontak melepaskan pelukan Andrew dan Ashley yang langsung sigap berdiri dengan wajah panik. Mata keduanya melebar menyaksikan Abigail sudah duduk bersandar di ranjang.
“Abey, kau sudah bangun!”
Getaran dalam suara Ashley jelas menunjukkan ketakutan wanita itu. Sementara Andrew, segala umpatan sudah memenuhi hatinya. Rasanya sia-sia saja usaha Andrew selama ini untuk memperbaiki hubungannya dengan Abigail. Sekarang karena kebodohannya, Abigail pasti akan semakin membencinya. Bukan hanya ia, tetapi juga semakin membenci Ashley.
Sial! Seharusnya Andrew bisa menahan diri. Tapi sungguh, melihat Ashley menangis bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Karena itu, ia berusaha melakukan apapun yang diharapkannya bisa mengurangi kesedihan wanita itu.
“Jangan salah paham, Abey! Kami tidak memiliki hubungan apapun. Aku bersumpah.”
Ashley mulai memberikan penjelasan. Seharusnya setiap orang bisa mendengar kesungguhan dalam penjelasan itu. Sayangnya Abigail justru tampak tidak peduli dengan apapun yang dikatakan wanita itu.
“Aku bilang keluar!” ucap Abigail dengan tatapan penuh kebencian.
“Semua yang dikatakan Ashley benar, Abey. Kami tidak memiliki hubungan apapun. Ashley hanya terlalu bersedih melihat keadaanmu seperti ini dan aku hanya ingin menenangkannya.”
Andrew tampak semakin kalut. Bibirnya yang sejak tadi bungkam pun mulai ikut memberikan penjelasan yang diharapkan bisa menghilangkan kesalahpahaman Abigail. For God Sake, Andrew tidak mau Abigail masih menganggap ia berhubungan dengan Ashley. Andrew tidak mau wanita itu semakin membencinya.
“Kalian menjijikkan!”
Lirih, namun mampu mengantarkan sengatan listrik bertegangan tinggi bagi Andrew dan Ashley hingga keduanya membisu kehilangan kata-kata.
“Ashley White, semenyedihkan itukah aku dimatamu?” Netra hijau Abigail menyorot tajam sementara kedua tangannya mengepal kuat hingga bergetar karena amarah. “Tidak cukupkah ibumu dan ayahmu saja yang dulu melakukan sandiwara di hadapan ibuku? Tidak cukupkah kau mengambil semua kepunyaanku?”
“Abey.”
Isakan Ashley terdengar begitu memilukan. Lagi-lagi yang bisa dilakukannya hanya menyakiti Abigail. Demi Tuhan, Ashley hanya ingin memberikan yang terbaik untuk adiknya, tapi ia justru tidak bisa melawan keinginan hatinya yang terbuai dalam dekapan hangat Andrew. Sekarang, untuk menjawab pertanyaan Abigail yang begitu menamparnya pun, Ashley tidak bisa.
“Aku tahu, aku gadis menyedihkan. Aku tidak seperti mu yang selalu mendapat pujian karena kelebihanmu. Aku tidak sepertimu yang memiliki banyak orang yang mencintaimu. Ibuku meninggalkanku, ayahku membuangku, pria yang kucintai membenciku, bahkan sekarang penyakit ini juga menunjukkan bahwa tubuhku enggan bersahabat denganku,”
Abigail menjeda ucapannya. Tangannya mengusap kasar bulir bening yang sudah tidak mampu lagi dibendungnya. Wajahnya kian memucat menahan serangan nyeri yang sangat menyakitinya. Akhir-akhir ini Abigail memang lebih sering menangis. Entah itu karena penyakitnya, ayahnya ataupun Andrew.
“Jika bisa, aku juga ingin segera pergi dari dunia ini seperti yang selama ini kalian harapkan. Aku juga ingin penyakit ini segera membunuhku agar kalian tidak melihatku yang selama ini kalian anggap sebagai pengganggu kehidupan kalian. Tapi tidak bisa. Aku tidak memiliki kuasa untuk melakukan semua itu,”
Ashley menggeleng keras bersamaan dengan air matanya yang mengalir semakin deras. Tuhan tahu bukan itu yang Ashley inginkan. Hanya membayangkan kepergian Abigail saja, Ashley tidak bisa melakukannya. Ashley terlalu mencintai adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Miss.A!
RomanceHidup itu pilihan. Tapi kenapa memilih terasa sulit? Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang Andrew Reeve. Pilihan sulit itu hadir saat dua wanita masuk ke dalam kehidupannya dan berhasil mengacaukan perasaannya. Siapakah yang akan Andrew pili...