Part 14

1.1K 108 29
                                    

Happy Reading 💞💞💞

"Uncle..uncle..Abey tidak ada di kamarnya."

Andrew membuka mata saat suara terbukanya pintu disusul dengan suara melengking anak kecil memasuki kamarnya. Tapi bukan sumber suara itu yang pertama kali menarik perhatian Andrew, tapi sosok cantik yang kini tampak nyenyak dalam pelukannya.

Seingat Andrew sebelum mereka terlelap, Abigail lah yang memeluknya erat, tapi kenapa saat terbangun justru Andrew lah yang terlihat memeluk tubuh ramping itu?

"Abey kemana, Uncle? Aku ingin ber⸻Grandma...Grandma..Abey ada disini."

Andrew baru menyadari kehadiran Aldrich saat keponakannya itu sudah berdiri di samping ranjangnya. Belum sempat Andrew memberi penjelasan, Hanna yang berdiri di belakang Aldrich segera menunjukkan anggukkan kecil sembari tersenyum sebelum menggendong tubuh Aldrich dan membawanya keluar kamar walau balita itu merengek dalam gendongannya.

Sungguh! Bukan itu maksud Andrew. Ibunya itu pasti sudah mengambil pemahaman yang salah. Lagi pula, kenapa pagi-pagi sekali Aldrich sudah bangun? Itu membuat mata Andrew segera menatap jam dinding. Dan betapa terkejutnya ia mendapati waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

"Shit!" Bagaimana bisa Andrew kesiangan seperti ini? Sepertinya ini efek tubuhnya yang kurang sehat hingga membuat tidurnya begitu lelap.

Perhatian Andrew kini tertuju pada wanita yang masih tertidur pulas dalam pelukannya. Lihatlah! Betapa damainya wajah cantik itu. Benar, cantik. Tak ada yang bisa memungkiri jika Abigail adalah wanita yang sangat cantik, termasuk juga Andrew yang mengakuinya.

Rambut kecoklatan dengan semburat emas yang panjang bergelombang, sepasang mata hijau yang selalu bersinar, hidung mungil dan mancung, bibir tipis dan merah, lesung pipi yang manis saat tersenyum, kulit putih dan mulus serta bentuk tubuh yang proporsional. Abigail seakan memiliki semua kecantikan yang selalu dimimpikan semua wanita.

Hanya saja sikap Abigail menutupi semua kecantikan itu di mata Andrew. Bagi Andrew, kecantikan yang sejati bukan hanya dari wajah, namun juga dari hati dan pikiran seperti kecantikan yang ditunjukkan oleh seorang Ashley White. Ah, mengingat wanita itu membuat Andrew begitu merindukannya. Semoga saja bunga yang dikirimkannya tadi malam bisa semakin mendekatkan hubungan mereka.

"Selamat pagi, my future husband. Apa tidurmu nyenyak?"

Sialan! Seberapa larut Andrew dengan segala macam pemikirannya tentang Abigail tadi hingga tidak menyadari jika wanita itu sudah terbangun? Andrew bahkan belum sempat melepaskan pelukannya.

"Sudah tidak panas lagi, syukurlah," ucap Abigail penuh kelegaan setelah menyentuh kening Andrew. "bagaimana perasaanmu, Hon? Apa sudah lebih baik?" lanjutnya tanpa bergerak dari posisinya yang nyaman dalam pelukan Andrew.

Rasanya Abigail rela terus berada di ranjang ini bersama Andrew yang memeluknya. Tapi tunggu! Seketika netra hijau Abigail berbinar takjub menyadari jika sekarang ia berada dalam pelukan Andrew.

Ya Tuhan, Abigail masih mengingat jelas jika tadi malam ia lah yang memeluk pria itu. Tapi sekarang, mereka terlihat seperti pasangan bahagia yang baru saja terbangun setelah menghabiskan malam panjang.

Sayangnya Abigail hanya bisa merasakan kebahagiaan itu sebentar, karena beberapa saat kemudian Andrew langsung melepaskan pelukannya.

"keadaanku sudah lebih baik. Kau bisa keluar dari kamarku!"

Abigail bergerak mengikuti Andrew yang sudah duduk. "Kau tidak boleh bekerja dulu, Hon! Kau masih memerlukan istirahat sampai benar-benar pulih."

"Hmm.." Kali ini Andrew tidak membantah. Walau keadaannya sudah jauh lebih baik dari tadi malam, namun tubuhnya masih terasa lemas.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang