Happy Reading 💞💞💞
Andrew keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan mandinya. Kegiatan mandi yang seharusnya membuat tubuh segar sama sekali tidak bisa dirasakannya lagi ketika tadi malam ia hanya mengabiskan waktu dua jam untuk tidur.
Sekujur tubuh Andrew kini dipenuhi rasa pegal dan lelah. Matanya masih terasa begitu berat. Namun saat memikirkan pekerjaan menumpuk yang siap menyambutnya di kantor, terpaksa ia harus melawan semua kelelahan itu.
Andrew berjalan menuju ranjang dengan handuk yang masih melingkar di pinggangnya. Entah karena pikirannya yang tidak fokus atau karena sudah terbiasa tidak pernah menyiapkan pakaian kerja lagilah yang membuat Andrew tampak kebingungan sesaat melihat ranjang kosong.
Biasanya setiap pagi Abigail selalu menyiapkan segala keperluan Andrew. Setelah mandi, Andrew tidak perlu repot memilih pakaian lagi karena Abigail sudah menyiapkannya di atas ranjang. Wanita itu bahkan bersikeras untuk selalu memakaikan dasinya.
Hell! Lagi-lagi Abigail. Bahkan ketika wanita itu tidak ada disinipun bisa membuat Andrew kesal.
Dengan langkah lunglai, Andrew berjalan menuju walk in closet untuk memakai pakaiannya.
Andrew memandangi wajahnya di depan cermin. Wajahnya tampak mengerikan dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tapi tetap saja itu tidak bisa mengurangi ketampanannya sedikitpun.
Bunyi ponsel menyentak Andrew yang langsung merutuki kekonyolannya. Seharusnya ia tidak menghabiskan waktunya lagi di depan cermin mengingat waktunya yang sudah terlambat ke kantor.
Secepat bibir Andrew tersenyum melihat nama yang tertera di layar ponselnya secepat itu pula kepanikan menguasainya setelah suara dari sambungan ponselnya terdengar.
"Jika kau memang tidak berniat menjemputku maka jangan berjanji!"
Shitt! Andrew melupakan janjinya. Seharusnya pagi ini ia menjemput Ashley. Efek kurang tidur benar-benar mengerikan.
"Maafkan aku, Ashley. Apa kau masih di apartemen? Aku akan menjemputmu."
"Tidak perlu! Kau membuat waktuku terbuang hanya karena menunggumu."
Andrew menghela napas panjang walau jauh di lubuk hatinya ia senang mendengar Ashley menunggunya.
"Tunggu sebentar lagi! Aku akan segera kesana. Aku tidak ingin kau menggunakan taksi."
"Aku bilang tidak perlu! Ryan sudah datang menjemputku."
"Ashley⸻"
Panggilan terputus sebelum Andrew menyelesaikan ucapannya. Andrew mengacak rambutnya frustrasi. Sial! Ia benar-benar bodoh. Kenapa kesempatan baik ini justru disia-siakannya? Kini semangat kerjanya benar-benar tak tersisa lagi.
***
Malam ini mansion keluarga Reeve terasa begitu ramai dengan kehadiran cucu semata wayang Hanna, Aldrich Rutter. Balita berusia dua tahun itu mampu menghidupkan suasana mansion dengan segala sikap menggemaskannya.
Seperti saat ini, Aldrich terlihat begitu lincah berlarian menendang bolanya sementara Abigail dan Hanna yang menemaninya terus tertawa ketika bibir mungil balita itu merengut kesal karena sesekali menendang ke arah yang salah.
Tadi siang, Willy dan Jeslyn menitipkan Aldrich kesini karena mereka harus pergi ke Kanada untuk pertemuan bisnis. Sebenarnya, bisa saja Willy pergi sendiri tanpa Jeslyn, namun pria itu memang terlalu manja hingga tidak bisa jauh dari istrinya walau hanya sehari.
Tadinya mereka ingin membawa Aldrich, namun Hanna sudah jelas melarangnya dengan alasan tidak ingin cucunya kelelahan dalam perjalanan. Lagipula besok mereka sudah kembali, jadi lebih baik Aldrich tinggal disini sekaligus untuk mengobati kerinduan Hanna pada cucunya itu. Beruntung Aldrich tidak pernah rewel walaupun orangtuanya tidak bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Miss.A!
RomanceHidup itu pilihan. Tapi kenapa memilih terasa sulit? Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang Andrew Reeve. Pilihan sulit itu hadir saat dua wanita masuk ke dalam kehidupannya dan berhasil mengacaukan perasaannya. Siapakah yang akan Andrew pili...