Happy Reading 💞💞💞
Abigail mendesah lelah. Sungguh! Rasa lelah di tubuhnya masih belum hilang, namun kehadiran pria paruh baya yang sedang berjalan ke arahnya, kini semakin menambah rasa lelah di batinnya.
Morgan Jenner, beberapa jam yang lalu ayahnya itu memang memiliki pertemuan penting dengan rekan bisnisnya di hotel ini. Abigail mengetahui fakta itu dari Christy, sebelum acara jumpa fansnya dimulai tadi.
Abigail ingin menghindar seperti yang biasa dilakukannya setiap kali Morgan berusaha menemuinya, sayangnya kondisi tubuh Abigail sekarang sangat tidak mendukungnya.
"Sepertinya aku perlu ke toilet sebentar, Abey."
Tidak ingin mengganggu, Christy membuat alasan terbaiknya. Christy memberikan sapaan singkatnya pada Morgan sebelum meninggalkan pria paruh baya itu berdua bersama putrinya.
"Kali ini masalah apalagi yang kau buat, Abey?"
Morgan menarik salah satu kursi ke hadapan Abigail agar bisa leluasa memandangi wajah putrinya itu. Sementara yang dipandangi justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Ini bukan hal baru bagi Morgan. Ia sudah sering mendapatkan sikap dingin Abigail seperti ini.
"Setelah mengacaukan semua kontrakmu tanpa alasan yang jelas, sekarang kau justru berani menawari para penggemarmu dengan hadiah yang bahkan kau sendiri belum memilikinya."
Helaan napas berat Morgan terdengar. Sebenarnya semua itu bukanlah menjadi masalah besar untuknya, hanya saja ia ingin melihat putrinya memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya.
"Kau sudah dewasa, Abey. Berhentilah bertingkah kekanakan seperti ini!"
Seperti halnya seorang ayah menasehati putrinya, begitulah yang Morgan lakukan walau putrinya masih belum mau memandang ataupun meresponnya.
"Seharusnya kau bisa mencontoh kakakmu, Ashley. Dia selalu bisa mempertanggungjawabkan apapun yang dikerjakannya."
Tangan Abigail terkepal. Pendengarannya terasa berdengung hebat kala satu nama terucap dari bibir Morgan.
"Dari awal, sudah Daddy bilang pekerjaan seperti ini memang tidak cocok untukmu."
Morgan menyuarakan ketidaksukaannya. Sejak awal, ia memang sangat menentang keputusan Abigail untuk masuk dalam dunia hiburan. Morgan ingin Abigail bisa seperti Ashley yang dikenal bukan hanya karena kecantikannya namun juga karena kecerdasannya.
Kali ini Abigail menoleh, menatap Morgan penuh kebencian. Selalu seperti ini. Ashley yang sempurna dan Abigail yang kekanakan dan bodoh.
Kebencian itu rupanya berhasil mengembalikan kekuatan Abigail secara penuh. Abigail berdiri hendak meninggalkan Morgan ketika tiba-tiba saja tangannya diraih ayahnya itu.
"Apa masih sakit?"
Usapan lembut terasa di punggung tangan Abigail yang beberapa hari lalu terkena tumpahan kopi panas. Luka itu memang belum sepenuhnya menghilang walau rasa sakitnya sudah lama hilang.
"Kau harus lebih berhati-hati, Abey! Daddy tidak ingin kau terluka lagi!"
Suara itu terdengar penuh kekhawatiran yang kentara. Pasalnya, sudah beberapa kali Morgan mengetahui Abigail terluka karena kecerobohannya sendiri.
"Apa karena ini kau menghentikan acara tanda tangan itu? Apa rasanya sakit sekali?"
Pertanyaan Morgan sebenarnya terdengar sangat konyol. Sudah jelas luka di tangan Abigail terlihat hampir memudar, bagaimana bisa pria paruh baya itu masih menganggapnya terasa menyakitkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Miss.A!
RomanceHidup itu pilihan. Tapi kenapa memilih terasa sulit? Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang Andrew Reeve. Pilihan sulit itu hadir saat dua wanita masuk ke dalam kehidupannya dan berhasil mengacaukan perasaannya. Siapakah yang akan Andrew pili...