Halooo...
Aku kembali...
Selamat membaca kesayangan 💞💞
Semoga suka 🙏🙏Andrew sedang berkutat dengan laptopnya ketika mendengar suara gaduh dari arah pintu ruangannya. Tak perlu melihat, karena ia sudah sangat mengenal siapa orang dibalik kegaduhan itu. Andrew memejamkan mata, menarik napas panjang berusaha untuk tidak terusik dengan kegaduhan itu.
"Biarkan aku masuk, Arthur!"
Suara gaduh itu semakin kuat membuat Andrew terpaksa melirik singkat ke sumber suara dimana terlihat Arthur, asisten pribadinya berusaha menahan pintu agar si wanita pembuat keributan tidak memasuki ruangannya.
"Auchh."
"Aku sudah bilang agar kau tidak menghalangiku masuk. Sekarang, rasakan sendiri akibatnya!"
Suara ringisan Arthur rupanya dibalas tawa geli oleh wanita itu. Setelah menendang aset pribadi Arthur sebagai pria, wanita itu bahkan tega mendorong kasar tubuh Arthur keluar sebelum menutup pintu ruangan Andrew dan menguncinya.
"Aku rasa kau harus melatih asisten pribadimu lebih baik lagi, Hon! Kemampuan bela dirinya benar-benar buruk."
Andrew segera menjauhkan wajahnya saat wanita itu sudah berada di depannya dan mendekatkan wajahnya. Andrew sudah sangat mengenali gerakan cepat wanita itu yang selalu berusaha mencuri ciumannya.
"Apa kau tidak melihat aku sedang sibuk? Jangan menggangguku dengan semua tingkah absurdmu!"
"Justru aku datang untuk membantumu. Bukankah aku calon istri yang baik?"
"Aku tidak perlu bantuanmu. Menyingkirlah dari pangkuanku!"
Wanita normal lainnya pasti akan mengerti dengan penolakan kasar dari kalimat dingin Andrew itu. Tapi tidak untuk wanita sinting yang sekarang berada dipangkuan Andrew.
Dia adalah Abigail Janner, wanita bar-bar yang selalu memiliki semangat juang tinggi untuk menjadikan Andrew sebagai suaminya. Wanita gila yang selalu mengacaukan hari-hari seorang Andrew Reeve.
"Aku suka menyentuh bulu-bulu halus ini. Rasanya sangat menggemaskan hingga aku ingin menciuminya."
"Hentikan!" Peringat Andrew dengan suara dingin. Namun yang diperingati justru semakin meningkatkan level ciumannya di seluruh permukaan wajah Andrew. Tangan Abigail menangkup pipi Andrew agar tetap mengarah padanya.
"Aku bilang hentikan, Abigail Jenner!"
Bentakan itu menggema bersamaan dengan tubuh Abigail yang sudah terdorong kasar dari pangkuan Andrew.
"Kenapa kau terlihat semakin tampan jika marah seperti ini, Mr.Reeve?"
Abigail berdecak kagum. Dengan santai, wanita itu meraih gelas kopi dari meja Andrew lalu meminumnya.
"Aku bosan. Jadwal pemotretanku hari ini dibatalkan. Tadinya aku ingin mengajak aunty Hanna berbelanja, tapi mengingat dia baru saja keluar dari rumah sakit, aku tidak mungkin membiarkannya kelelahan. Jadi, satu-satunya cara untuk mengobati kebosananku adalah menemani calon suamiku bekerja."
Seperti biasa, kalimat panjang Abigail hanya dibalas oleh kebisuan Andrew yang memang tidak pernah berniat mengacuhkan kehadiran wanita itu.
"Aku lapar, Hon. Tadi pagi perutku hanya diisi oleh sepiring omelette ditambah sandwich dan segelas susu. Kurasa sudah waktunya bagi kita untuk makan siang."
Andrew sudah tidak heran dengan porsi makan Abigail yang selalu berlebihan. Jika biasanya wanita akan menjaga pola makannya untuk membentuk tubuh ideal, Abigail justru selalu memakan apapun yang diinginkannya untuk mengenyangkan perutnya yang sulit kenyang. Anehnya, hal itu sama sekali tidak mengubah keseksian bentuk tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Miss.A!
RomanceHidup itu pilihan. Tapi kenapa memilih terasa sulit? Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang Andrew Reeve. Pilihan sulit itu hadir saat dua wanita masuk ke dalam kehidupannya dan berhasil mengacaukan perasaannya. Siapakah yang akan Andrew pili...