Part 29

1.5K 167 33
                                    

Happy Reading 💞💞💞

Selama beberapa detik tubuh Andrew membeku bersamaan dengan matanya yang melebar tak percaya menyaksikan pemandangan di atas ranjang. Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya dibanjiri oleh rasa panas yang menggelegar. Detak jantungnya meningkat disusul dengan tatapannya yang menggelap.

Marah. Benar, satu kata itu menjadi alasan kuat yang membuat tubuh Andrew bergerak cepat menghampiri sepasang manusia yang masih saling memagut dengan mata terpejam.

“Apa yang kau lakukan, Huh?”

Tubuh Arthur terhuyung, nyaris membentur dinding akibat tarikan kasar Andrew yang ingin menjauhkannya dari Abigail. Napas Andrew terengah tajam dan mendapati ekspresi tenang yang ditunjukkan Arthur berhasil membuatnya semakin meradang.

Andrew mencengkeram kerah baju Arthur. Matanya menyorot tajam penuh amarah. “Aku tanya, apa yang kau lakukan, Bastard?”

Wajah Arthur tidak menunjukkan ekspresi apapun. Pria itu hanya terbatuk kecil akibat cengkeraman Andrew yang menekan kuat lehernya.

“Berciuman, Sir. Sebagai pria dewasa, anda pasti bisa melihatnya dengan jelas.”

“KAU!”

“Bisa anda jelaskan alasan kemarahan anda, Sir? Saya rasa, saya tidak melakukan kesalahan apapun yang melanggar batas saya sebagai bawahan anda.”

Andrew menggertakkan gigi oleh rasa murka yang besar. Brengsek! Ucapan Arthur membuat seluruh kosa kata dalam kepalanya menghilang menyisakan asap tebal. Ia sama sekali tidak bisa memikirkan jawaban terbaik atas pertanyaan yang seakan mengejeknya. Sebenarnya kenapa ia harus semarah ini?

Dulu, bibir itu yang selalu mencoba menggoda Andrew. Sekarang ia tidak bisa menerima jika ciuman yang dulu selalu diterimanya beralih pada pria lain. Hanya ia yang boleh merasakan manisnya bibir tipis Abigail.

Benar, manis. Rasa jijik dan muak Andrew pada Abigail dulu nyatanya tidak mampu menutupi rasa manis yang ditimbulkan setiap kali bibir Abigail menyentuh bibirnya.

“Dia marah karena kau sudah mematahkan keyakinannya, Arthur!”

Bukan Arthur yang menjawab, tapi Christy yang sudah melepas kasar cengkeraman tangan Andrew dari leher Arthur.

“Apa kalian tidak penasaran dengan keyakinan bodohnya?”

Christy tidak membutuhkan jawaban, karena selanjutnya ia langsung memberikan penjelasannya.

“Dia menganggap kau masih mencintainya, Abey,” Christy tertawa penuh ejekan, matanya menatap jijik Andrew yang sedang mengepalkan tangan, bergulat dengan amarahnya. “Sekarang kau bisa melihat jawabannya, bukan? Dasar pria bodoh menjijikkan!”

Andrew sama sekali tidak tertarik membalas ucapan Christy yang jelas mengejeknya. Ia lebih memilih meluapkan amarahnya yang sudah tidak mampu lagi dibendungnya.

“Apa kau tidak melihat Abey sedang sakit? Tidak seharusnya kau melakukan hal seperti tadi padanya.”

“Apa kau datang kemari hanya untuk melontarkan lelucon? Apa pedulimu padanya? Kau benar-benar menggelikan.”

Sindiran Christy sama sekali tidak mempengaruhi Andrew. Andrew bahkan semakin berani mendekati Abigail, duduk di hadapan wanita itu sembari memeriksa keadaannya.

“Abey, kau baik-baik saja, bukan? Katakan jika ada sesuatu yang menyakitimu!”

Tidak ada jawaban, hanya ada tatapan dingin Abigail yang terarah lurus padanya selama beberapa detik sebelum wanita itu membuang pandangannya pada Arthur yang masih berdiri tenang di sebelah ranjang.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang