Part 23

1.5K 148 60
                                    

Happy Reading 💞💞💞

Suasana dalam kamar rawat Hanna seketika hening saat pintu terbuka menampilkan sosok Arthur yang masuk sembari mendorong kursi roda yang membawa seorang wanita.

Wanita dengan kacamata hitam serta masker yang menutupi sebagian wajahnya, membuat seluruh pasang mata disana dipenuhi tanda tanya. Terkecuali Andrew yang sudah jelas mengenalinya sebagai sosok Abigail.

"Arthur."

Sapaan Hanna terdengar. Senyum hangatnya memancar, walau matanya masih terus memandang bingung Abigail yang kini dibawa Arthur mendekat ke ranjangnya.

"Selamat Sore, Nyonya." Arthur mengangguk singkat sembari mendorong kursi roda Abigail yang sengaja diarahkannya mendekati Jeslyn yang duduk di sisi kanan Hanna.

Sementara Andrew yang berada di sisi kiri Hanna, tidak melepaskan sedikitpun pandangannya dari Abigail, mengamati setiap pergerakan wanita itu yang tampak tidak nyaman berada di atas kursi roda.

Mungkinkah Abigail tidak bisa berjalan lagi? Pertanyaan itu muncul begitu saja dalam benak Andrew.

"Bagaimana kabarmu, Aunty?"

"Abey."

Hanna dan Jeslyn secara bersamaan menunjukkan keterkejutannya setelah Abigail menurunkan masker serta melepaskan kacamata hitamnya.

"Ya Tuhan! Ini benar-benar kau, Abey?" ucap Hanna takjub sembari menyentuh rambut serta kedua pipi Abigail secara bergantian, membuat wanita itu terkekeh geli.

"Ya, Aunty. Ini aku. Memangnya ada berapa banyak wanita yang memiliki kecantikan seperti wajahku?"

"Abey...Abey...Kenapa kau baru datang sekarang?"

Mendengar nama Abigail, Aldrich yang sejak tadi fokus dengan mainannya di sofa seketika berlari kecil menghampiri Abigail dengan menampilkan wajah sumringahnya.

"Hei, Little Boy! Apa kau merindukanku?"

Aldrich mengangguk polos sebelum berkata, "Kenapa kau pergi lama sekali? Apa kau marah karena aku tidak membagi es cream ku padamu?"

Abigail mencubit gemas kedua pipi Aldrich yang menggembung. "Tentu saja tidak. Aku justru merindukanmu. Ayo, cium aku!"

Dengan patuh, Aldrich mengecupi pipi Abigail saat wanita itu sedikit menunduk mendekatkan wajahnya. Pemandangan yang membuat siapapun tersenyum melihatnya. Ya, terkecuali Andrew.

Tidak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan Andrew. Wajahnya tampak datar walau kepalanya sudah dipenuhi banyak hal yang sangat mengusiknya.

"Ayo temani aku bermain, Abey!"

"Abey ingin mengobrol dengan Grandma sebentar, Sayang."

Jeslyn menjawab ajakan Aldrich. Wanita itu tahu banyak hal yang ingin ditanyakan Hanna pada Abigail. Terlebih melihat kondisi Abigail yang sekarang berada di kursi roda.

"Tapi aku ingin bermain dengan Abey, Mom."

"Bukankah kau tadi ingin membeli es cream, Son? Ayo, daddy akan membelikannya untukmu."

Suara Willy dari arah sofa terdengar memberikan dukungan pada istrinya.

"Es cream?" Aldrich berseru girang penuh antusias. "nanti aku akan membaginya pada Abey. Bolehkan, Dad?"

"Tentu saja. Sekarang, ayo kita membelinya!"

Willy bergerak keluar disusul Jeslyn serta Aldrich yang mengikutinya dari belakang.

Hello, Miss.A!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang