XXII. Sahabatku, Marta

2K 274 101
                                    

Jeny melirik sekelilingnya. Gelap. Tapi, dia bisa melihat bulan di atas sana. Sekali lagi, ia mengedarkan matanya dan sekelilingnya sontak berubah. Yang tadinya gelap tidak terlihat apapun kini menjadi sebuah jalan besar dengan deretan rumah-rumah orang. Dimana ini? Kenapa dia bisa keluar? Tunggu, terakhir tadi bukannya dia ... tidur?

Ini mimpi?!

Atau dia tidur sambil jalan?

Tidak mungkin. Jika ia tidur sambil berjalan sudah jelas dia akan jatuh dari tangga atau membentur pintu, karena setiap pintu rumah pasti di kunci.

Ini beneran mimpi atau salah satu ingatan Lu---

Mata Jeny menangkap seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Seorang gadis berpakaian seragam sekolahnya tengah memandangi bulan dengan tatapan kesedihan. Ketika gadis itu berbalik menatapnya, ia tersenyum dengan sisa sendu di ujung bibir dan matanya. Wajahnya cantik dan ayu. Seperti pernah lihat ...

Oh, dia gadis yang mendatanginya di rumah sakit angker itu.

Jeny kembali memandang gadis itu dan menemukan name tag di dadanya. Laluna Senja. Dan wajah Jeny membeku. Ia menatap mata Luna yang masih memandangnya dengan senyuman lembut di bibirnya. Mau apa? Apa dia mau menerornya lagi? Tapi Luna tidak dalam wujud menyeramkan. Cantik malah. Namun, kenapa dia waktu itu sering menampilkan wajah menyeramkan ya? Apa begitu cara hantu berkomunikasi?

"Mau apa?" Jeny mengambil langkah mundur, "aku tidak mau kau merasukiku lagi. Dan ... berhenti menerorku. Aku akan membantumu tapi jangan menakut-nakutiku."

Tidak ada jawaban. Luna hanya diam. Dan menoleh ke seberang. Tangannya menunjuk ke depan. Jeny mengikuti arah telunjuknya dan melihat sebuah deretan kossan kecil disana. Kemudian memandang Luna tak mengerti. Tanpa suara Luna melangkah. Berhenti. Kemudian menoleh menatap Jeny yang masih di tempat semula. Matanya seakan menghinoptis Jeny untuk mengikutinya. Dan entah kenapa, kakinya mengekori langkah Luna menuju kesana.

Mereka masuk ke dalam kossan paling ujung. Tempatnya kecil dan agak sempit. Disana hanya ada, satu sofa lalu ruang tidur, dapur dan kamar mandi. Luna menuju ke kamar saat Jeny mengamati sekeliling. Jeny lantas bergegas mengikuti Luna masuk ke kamar.

Dan saat masuk kesana, tidak ada siapapun. Jejak Luna seolah hilang. Keberadaannya lenyap. Namun, deretan foto yang terpajang di tembok kamar seakan berbicara banyak hal. Ia mengambil sebuah foto. Disana ada tiga orang, Marta, Luna dan Galang yang memakai seragam putih biru. Jeny terkejut. Ini mereka SMP kan?

Jeny segera melirik gambar lain. Dan semua gambar disana, berisi mereka bertiga ataupun berdua. Marta, Luna dan Galang. Belasan foto selfie Luna dan Marta. Lalu Foto berdua antara Galang dan Luna saat pacaran. Dan setiap foto berisi tanggal, dan membuat Jeny menyimpulkan bahwa Marta, Luna dan Galang sudah berteman sejak SMP kelas dua sampai kelas pertama SMA. Karena sejak di tahun kedua SMA hanya ada foto Galang dan Luna. Yang sudah pacaran sejak awal kelas dua. Setelah itu, Jeny melihat ada sebuah gambar yang terpisah dan dijadikan bingkai di atas meja kamar tidur. Ia melihatnya. Foto kelulusan SMP Marta, Luna dan Galang. Dan dibalik foto itu ada tulisan tangan Luna.

Aku kangen kita dulu ...

Seandainya aku tau, kamu mencintainya.

Aku akan mengalah ...

Kamu lebih berharga dari hubungan ini, sahabat.

Maafkan aku, Marta...

Hah?! Jadi, mereka dulunya sahabat? Terus pisah gara-gara Galang suka Luna. Dan jadian. Sementara Marta juga suka Galang dari dulu tapi dia berpikir Luna merebut Galang darinya. Dan Luna baru tau, Marta suka Galang karena Marta menjaga jarak darinya hingga pisah. Jadi Marta bunuh Luna? Kenapa aku tidak yakin? Tapi bisa saja, cinta bisa membuat seseorang buta.

HIDDEN [Dark Series IV] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang