XXIX. Menyusun Rencana

1.7K 267 19
                                    

"Langsung saja, nggak usah pakai salam pembuka."

Jeny menatap jengkel lalu menarik napas berusaha tenang dalam menghadapi orang menye ...

Tak ...

Galang menaruh sebelah kakinya di atas meja. Mengambil alih cemilan Jeny. Dan mengganti channel tv.

... Benar-benar orang yang menyebalkaaaaaaannn!!!

Tahan Jeny. Tahan.

"Luna mengirimkan lagi mimpinya kepadaku."

"Terus."

"Mimpi itu, adalah hari terakhir Luna menghubungimu."

Galang menghentikan kunyahannya. Ia menatap Jeny sepenuhnya.

"Luna ..., dia diculik oleh pria bertopeng badut saat di sekolah. Waktunya sore menjelang maghrib. Kau datang setelah mereka pergi."

Galang merubah posisi duduknya menjadi serius. " Lanjutkan."

"Ada saksi mata disana."

Kedua alis Galang menyatu. Tatapan matanya terpusat.

"Marta. Dia adalah saksi mungkin terakhir dan satu-satunya."

"Tunggu, apa?"

"Kami bertatapan saat pria bertopeng itu menculikku. Maksudku Luna."

"Tapi dia mengatakan, waktu itu dia ... Astaga ..." Galang mengusap wajahnya sampai ke belakang rambutnya. Mendongak frustasi. Memejamkan mata mencoba mengumpulkan ingatan. Dan memberi jeda untuk emosi yang perlahan ke permukaan.

"Ada yang lebih penting dari itu. Sepertinya ini akan sulit dan takkan mudah. Aku diperlihatkan sebuah tempat penyekapan Luna. Aku tidak tau itu dimana, karena yang aku ingat aku berada di dalamnya. Sebuah lorong gelap, penuh lukisan pembunuhan. Lorong itu menuju ke basemen. Di dalam basemen ada dinding yang menjadi pintu rahasia dimana Luna ditempatkan. Kau tau, hal yang menakutkan dari itu semua? Dia membunuh ibunya dan jasadnya dijadikan patung lilin. Bukan itu saja, kita berhadapan dengan seorang psikopat."

"Psikopat? Kau tidak sedang berhalu ini cerita thriller-romantis kan?"

"Jika pun ini novel maka aku akan memilih misteri-thriller dan aku akan menjadi psikopatnya lalu kau adalah korbannya!"

"Sudah ku tebak." Galang mengangguk seraya tersenyum mengejek, namun wajahnya berganti serius.

"Kau serius pria bertopeng itu adalah seorang psikopat bukan pembunuh biasa atau berantai?"

"Dilihat dari caranya memperlakukan korban, taktiknya membunuh, dia paham dimana titik-titik cctv di sekolah, dan raut tidak bersalah melihat ibunya sendiri yang dijadikan patung. Menurutmu itu menusiawi?"

Galang menatap Jeny seksama. Dahinya berkerut-kerut.

"Aku menyimpulkan dia psikopat. Itu berarti, kita harus lebih jenius dan cerdik darinya. Tapi, sayangnya aku tidak yakin."

"Kenapa?"

"Melihat dari segi otakmu yang isinya game, kata-kata sarkas dan hura-hura, lalu ditambah otakku yang isinya duit dan kebencian. Mungkin kita akan berakhir jadi, " Jeny menghela napas dan memandang Galang di matanya, "perkedel."

HIDDEN [Dark Series IV] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang