XXIII. Edisi Jilid Pertengkaran Sampai Mampus

1.8K 262 32
                                    

Disaat Jeny masih sibuk berpikir dengan wajah pucat. Duduk di kursi mobil yang bergerak. Dan Galang disampingnya menyetir.

"Jelaskan."

"Apa?" Kedua alis Jeny bertaut menatap Galang.

Galang menarik napas, menyentak stir kemudinya dengan tenaga berlebihan. Dengan wajah tak sedap dipandang, "Kenapa bisa di sekolah?"

"Mana ku tau." Jawab Jeny bingung.

Galang mendengus, "Jadi, ini semua ulah Jin. Kau sebenarnya tidur di rumah tapi tiba-tiba bangun di sekolah?" Ia tersenyum mencemooh, "hanya orang gila yang percaya."

"Memang seperti itu kejadiannya!"

"Kau tau, ibumu menangis di rumah. Ayahku panik gara-gara mengurusi orang ceroboh sepertimu. Dan pagiku rusak, hanya karena mencari adik tiri yang tidak penting dan suka menyusahkan. Semua orang di rumah khawatir. Dan kau dengan polosnya mengatakan, aku tidak tau, Ibu. Tiba-tiba aku bangun di sekolah. Mungkin aku tidur sambil berjalan. Hah! Kenapa tidak sekalian jatuh ke sungai atau jalan besar agar langsung ditabrak? "

"Apa?!" Jeny menatap Galang tak habis pikir, "kau!"

"Apa?"

"Kau pikir aku juga mau tiba-tiba terbangun disana?! Asalkan kau tau ya, dulu hidupku aman-aman saja tapi semenjak tinggal denganmu dan hantu itu, hidupku kacau! Kau pikir aku mau menjadi adikmu dan punya kakak menyebalkan sepertimu!"

"Ya, sudah. Tinggal pergi. Mudahkan? Aku juga dari dulu ingin mengusirmu. Tapi karena ayahku, aku mengurungkannya dan menunggu kau yang keluar sendiri."

"Tenang saja, aku akan pergi. Asal kau tau ya, tidak ada satupun orang yang bertahan tinggal dengan orang kasar sepertimu, Galang. Makanya kau selalu sendiri. Karena tidak ada satupun orang menyukaimu!"

"Aku tidak butuh mereka. Dan sesama orang penyendiri dan tidak disukai banyak orang, tidak usah menghina. Kau hanya membuat dirimu tambah menyedihkan." Galang menarik satu sudut bibirnya tersenyum mengejek.

Jeny mengatupkan bibirnya. Memandang Galang kesal, "Aku punya teman!"

"Hanya teman sekelas." Galang melirik dari ujung matanya, " yang tahun dan kelas berganti bisa menjadi asing. Mereka juga tidak tau siapa kau, hanya sebatas nama dan tugas sekolah."

Sial! Kenapa benar?!

"Dasar menyebalkan." Jeny memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

"Kau juga menyusahkan."

"Bisa diam?"

"Kau juga bisa diam?"

"Aku tak keberatan kalau mau berkelahi sekarang."

Galang mencibir, "Sok kuat. Kau itu wanita, dan sekuat-kuatnya wanita tidak bisa melebihi kekuatan laki-laki. Apalagi gadis barbar sepertimu."

Gigi Jeny terkunci rapat. Ia mendelik, "Mau bukti? Aku bisa membenturkan kepalamu sekarang ke kaca jendela."

"Lakukan. Kau pikir aku takut? Paling hanya gertakanmu, karena jika kau lakukan maka mobil ini akan kehilangan kendali dan kita akan kecelakaan. Lalu mati." Galang membelok kemudinya ke kanan, "gadis itu kebanyakan penakut dan cengeng."

"Kalau begitu, " Jeny melepas seatbelt. Merenggangkan tubuh. Meremas kesepuluh jemarinya, dan menatap Galang tajam, "ayo mati bersama."

Galang menoleh. Dan belum sempat melihat reaksi Jeny, rambutnya sudah dicengkeram sangat kuat hingga oleng ke kiri. Dan tertunduk. Matanya tidak bisa melihat kedepan. Tapi tangannya masih memegang kendali kemudi.

"Jeny! Kau gila! Lepas! Kita bisa mati bodoh! Hei, idiot! Lepaskan!!!"

"Ayo mati bersama Galang! Biar populasi orang menyebalkan sepertimu berkurang di bumi!"

HIDDEN [Dark Series IV] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang