"Benar kata Galang. Siapa tau Jeny disana atau ke tempat-tempat dia biasa sendirian dulu. Aku akan mengeceknya kesana."
"Ya sudah, aku ikut. " Pak Tomy menoleh ke arah Galang. "Kamu ke sekolah atau ke rumah teman-temannya Jeny siapa tau dia disana."
"Ayah, ini sudah gelap."
"Pokoknya ayah tidak mau tau!"
"Kenapa tidak telpon polisi saja?"
"Ini belum 24 jam."
"Siapa yang menetapkan peraturan bodoh seperti itu." Gerutu Galang.
"Galang." Panggil Pak Tomy lagi.
"Iya, iya, aku pergi."
***
Galang menatap bangunan didepannya. Untung sekolahnya tetap menghidupkan lampu saat malam walau tidak ada aktivitas belajar. Jadi tidak terlalu seram. Ia keluar dari mobil. Berdiri di depan pagar yang tergembok. Beruntung pak Trisno sedang berada di pos satpam.
"Oh, nak Galang. Kenapa Den?"
"Ini pak, aku mau mengambil bukuku yang tinggal. Soalnya besok ada ulangan."
"Oh, tunggu ya."
"Iya, pak."
Pak Trisno segera memutar kunci dan menggeser pagar.
"Misi, Pak."
"Iya, Den."
Galang berjalan memasuki lobby sekolah. Suasana lenggang sangat terasa sekali. Bunyi langkah kakinya dapat di dengar di setiap lorong ia lalui. Deretan pintu kelas menyambutnya saat ia semakin masuk ke dalam.
Galang menarik napas. Rasa dejavu tiba-tiba ia rasakan. Rasanya ini pernah terjadi. Oh, saat hari terakhir ia melihat Luna. Mendung sedih merambati hatinya. Segera ia enyahkan. Saat ini, ia harus mencari adik tiri menyebalkannya. Dimana sebenarnya anak itu.
Mengintip dari jendela kelas ke kelas lain. Namun, tidak ada apapun. Tepat saat diujung kelas berdekatan dengan toilet perempuan. Ketika Galang berbalik untuk pergi. Ia mendengar sesuatu. Pelan. Galang mendekat lagi. Terlalu kecil. Kakinya kembali melangkah di dekat pintu toilet yang tertutup.
Hiks ...
Tangisan.
Hiks... Hiks...
Dahi Galang berkerut. Mungkinkah Jeny?
Tangannya menyentuh knop pintu. Tunggu, ia mendengar suara lain.
Craaakkk ...
Srettt ...
Itu terdengar seperti cakaran tembok. Dan sesuatu yang di seret.
Galang meneguk ludah. Suara tangisan itu masih terdengar pelan. Namun, tangannya sudah melepaskan knop pintu. Firasatnya tak enak. Ia mulai berjalan mundur. Baru dua langkah, mendadak seluruh lampu padam. Sekolah gelap total. Galang menoleh ke belakang, tempat sedikit cahaya rembulan masuk. Di lapangan. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sontak ia merogoh handphone di sakunya. Tangannya gemetar dan mengetuk cepat layar. Menyalakan senter handphone. Ia menyenteri di depannya. Ke pintu toilet dan berteriak manakalah bukan papan nama toilet yang ditemukannya melainkan nama ... Ruang Mayat.
Cahaya senter bergerak tak beraturan seiring genggamannya yang gemetar. Bahunya ditepuk dari belakang. Suara teriakan Galang makin kencang. Kepalanya segera menoleh ke belakang berikut cahaya senternya. Dan ia menemukan wajah yang dikenalinya.
"Santai Galang."
Deruh napasnya terdengar keras. Galang menarik napas. Meneguk saliva dan kemudian berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN [Dark Series IV] [End]
Gizem / GerilimJeny pikir hidupnya sekarang akan berubah. Dengan memiliki Ayah dan juga kakak baru. Rumah yang megah dan keinginan yang selalu terpenuhi. Hidupnya benar-benar seperti seorang putri di rumah besar itu. Tapi ada sesuatu yang janggal disana. Ada sesua...