XXIV. Aksa Si Misterius

1.9K 270 38
                                    

Karena insiden pagi itu, keduanya kompak tidak sekolah hari ini. Dan harus memulihkan tenaga akibat pertengkaran konyol mereka. Galang harus pasrah melihat wajahnya ditampal handsaplash sana-sini. Sementara Jeny pipinya memerah karena membersihkan pipinya terlalu kencang. Siang itu, mereka berakhir di ruang keluarga. Dengan kursi berjauhan. Dan tv yang mempertontonkan Spongebob. Sedangkan kedua orang tua mereka pergi. Paman Tomy pergi karena ada meeting yang tidak bisa dibatalkan dan ibunya menemani. Sebelum pergi, Paman Tomy sudah memberi peringatan bahwa harus di rumah. Kalau sampai rumah berantakan, barang-barang pecah, luka-luka ditubuh mereka, atau teriakan, maka pembantu-pembantu disini akan segera melapor. Jeny dan Galang sudah dipastikan akan mendapatkan hukuman perjanjian ditambah tambahan dari Paman Tomy sendiri.

Jeny dan Galang terlibat perang dingin lagi. Mereka sibuk mendiamkan masing-masing. Jeny dengan cemilan dan Galang menatap kosong layar tv. Bermenit-menit berlalu seperti itu. Hingga Jeny meletakkan cemilannya yang hampir habis dan menengadahkan kepala sambil berseru bosan. Dan mendapat tanggapan decakan Galang.

"Bisa diam tidak?"

"Ini negara demokrasi, Bung!"

"Kalau bosan pergi sana!"

"Aku mau disini!"

Baru akan membalas Jeny, rasanya tak lega kalau belum membuat gadis cerewet ini diam. Tapi, handphonenya tiba-tiba berdering.

"Apa?"

Jeny menoleh, melihat Galang sedang menerima telpon dari seseorang.

"Iya, gue bolos. Ada insiden."

"..."

"Hmmm ..."

"..."

"Iya, di rumah. Kenapa?"

Galang langsung duduk tegak. Ia menengok ke belakang, "kalian didepan rumah?!" Lalu matanya mengarah ke arah Jeny.

"Ya bukan gitu, kenapa harus tiba-tiba ..."

"..."

"Ya ya ya, gue ke depan."

Setelah mematikan panggilan, Galang berdiri mendekati Jeny.

"Bangun."

"Apa?" Tanya Jeny ketus.

"Bangun. Pokoknya kau harus di kamar sampai teman-temanku keluar. Selama temanku disini, kau nggak boleh keluar. Nggak boleh ada yang tau kau adik tiriku."

"Siapa juga yang mau jadi adikmu, sinting!" Jeny menendang tulang kering Galang kemudian segera berlari sebelum Galang berhasil menangkapnya.

"Anak itu benar-benar!" Erang Galang seraya mengusap tulang keringnya yang berdenyut.

***

"Sepi amat bro rumah lo." Nuha melirik sekitar ruang tengah.

"Biasa-biasa juga ginikan." Jawab Galang.

"Iya sih." Nuha mengangguk-angguk.

"Lo betah banget di tempat-tempat sunyi, heran gue." Kali ini Denis yang menyindir.

"Lo berdua bacot banget dari tadi. Coba kayak Aksa sehari, kan dunia sedikit berkurang dengan polusi suara kalian." Galang menengok Aksa dibelakang mereka yang hanya diam.

"Allah itu menciptakan manusia beragam bro. Biar ada beraneka ragam agar saling melengkapi. Kayak kita. Ada Aksa yang pendiam. Denis yang mesum. Lo yang dingin tapi sekali ngomong menusuk sampai ke punggung. Dan gue yang ganteng." Ujar Nuha percaya diri.

"Wkwkwk bisa aja lo kutu!" Denis menepuk keras punggung Nuha hingga seempunya membalas lebih keras.

Sementara Galang memasang ekspresi datar.

HIDDEN [Dark Series IV] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang