Bel pulang sekolah telah berdering di seluruh penjuru SMA 60. Semua murid sudah bersiap pulang termasuk kelas XI IPA 1. Setelah guru mata pelajaran terakhir telah pamit undur diri, satu persatu dari mereka keluar kelas. Entah untuk mengikuti ekstrakurikuler atau langsung pulang untuk beristirahat di rumah.
Seperti biasa, Aileen dan Visha pastinya akan memilih yang kedua. Pulang dan beristirahat. Karena dari kelas X mereka ini paling malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang membuat keduanya pulang lebih lambat. Padahal SMA 60 mewajibkan seluruh siswanya untuk mengikuti minimal satu ekstrakurikuler. Lalu mengapa mereka selalu pulang tepat waktu?
Oh, tentu saja mereka sudah mendaftar salah satunya, yaitu ekskul bahasa inggris. Tetapi hanya mendaftar. Tidak pernah hadir dalam kegiatan itu bahkan satu kali saja. Sampai ketua ekskul pun lelah mengingatkan mereka untuk tidak absen.
Tapi apa boleh buat kalo orang yang diingatkan adalah Aileen? Jelas tidak akan mudah, kawan. Sebenarnya Visha itu lebih beradab ketimbang Aileen, tapi semua orang pun tau mereka sudah diciptakan sepaket. Jadi wajar saja jika Aileen dan Visha selalu bersama dan tak pernah terpisahkan.
Eaaa.
"Len, langsung pulang kan?" tanya Visha memastikan.
"Iya, sore ini gue mau bantu ibu nganter-nganterin laundry," jawab Aileen sambil membereskan semua barangnya.
Ibunya memang memiliki laundry kecil-kecilan untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik yang gajinya tak seberapa. Jadi seiring waktu berjalan, sang Ibu memutuskan untuk membuka usaha laundry tersebut.
Biasanya Aileen membantu Ibu untuk menyetrika atau mengantar pakaian ke rumah pelanggan dengan menggunakan sepedanya. Bagaimana lagi, Aileen tidak bisa naik motor. Jadi transportasi yang bisa digunakan hanya sepeda.
Usai membereskan semua barangnya, Aileen melangkah terlebih dahulu. "Yuk, Vish."
Visha mengangguk, kemudian mengekor Aileen. Di depan kelas mereka jalan berdampingan.
"Lo gak mau gue anterin pake motor?" Visha menawarkan bantuan.
"Apanya?"
"Ya, nganter laundry nya lah nyet."
Aileen menggeleng pasti. "Nggak usah kali, gue mah pake sepeda udah berasa hoki banget." Aileen menolak. Sebab ia tidak suka menyusahkan orang lain, yah walau Visha adalah sahabat Aileen. Namun tetap saja, Aileen lebih suka berusaha sendiri.
Visha mengangguk-anggukkan kepala. Ia sudah menebak jawaban Aileen. Hanya saja Visha ingin memastikan, siapa tau kali ini Aileen mau. "Makannya lo tuh belajar naik motor."
"Nanti aja wak--AWW SAKIT ANJIR!!" Tiba-tiba Aileen mengaduh kesakitan ketika seseorang menjambak rambutnya dari belakang. Ia berbalik badan, amarah terpampang jelas pada raut wajahnya.
Ekspresinya semakin garang ketika tau bahwa orang itu adalah Gian.
"NGAPAIN SIH LO, KASAR BANGET?!" sentak Aileen tidak terima dijambak oleh lelaki brengsek seperti Gian.
"Nggak usah marah gitu kali, makin jelek tu muka." Gian menyahut dengan wajah lempeng.
Kemarahan Aileen dipastikan akan semakin memuncak jikalau Visha tak menepuk bahunya pelan. Gadis itu mencoba menenangkan Aileen.
Dengan wajah yang sedikit melunak, Aileen bertanya, "Mau ngapain?"
"Lo harus ngawasin anak yang piket hari ini biar gak pada kabur."
"Bukannya itu tugas ketua kelas, ya?"
"Gue ada urusan, nanti kalo udah kelar gue balik lagi."
Aileen masih tidak terima. Ia ingin menolak tapi Visha malah menganggukkan kepala tanda bahwa Aileen harus menuruti kemauan Gian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...