"Gimana? Udah mikir mau tanggung jawab dengan cara apa?" tanya si lelaki berbadan besar.
Aileen menggeleng takut-takut, "Maaf Kak, saya nggak sengaja. Apapun yang Kakak minta selama saya bisa ngelakuin saya bakal tanggung jawab."
"Kalo gitu apa lo mau jadi pacar gue, Jalang?"
Mata Aileen yang masih berlinang air mata, menatap sang senior dengan sorot kaget bercampur tidak terima.
Karena tidak mendapat jawaban, Si badan besar itu berjongkok menyejajarkan wajahnya dengan wajah Aileen.
"Karena lo diem, gue anggep lo setuju dan mau jadi pacar gue. Yah, walaupun lo nggak cantik," bisiknya tepat di telinga Aileen.
Aileen yang sudah kaget dan hanya bisa mematung, makin dibuat terkejut dan marah ketika sang senior yang berjongkok di depannya bergerak untuk mencium pipi Aileen. Tangisnya menjadi semakin keras. Air mata berderai dengan deras. Aileen ingin menampar lelaki di depannya, namun apa daya ketika sindrom itu muncul tanpa diundang.
Visha hampir saja bergerak maju kalau Ge tidak mencegah pergelangannya. Visha menoleh menatap Ge, ia agak sedikit tak percaya ketika melihat ekspresi Ge yang terlihat begitu marah. Tatapannya nyalang ke depan, tepat di mana dua senior brengsek itu berada.
Karena tidak mau membuang waktu, Visha menepis tangan Ge kemudian pergi menghampiri Aileen. Gadis itu berjongkok di depan Aileen. Matanya berkaca-kaca melihat Aileen yang seperti ini.
Aileen tidak menyadari keberadaan Visha, ia masih saja sibuk memukul-mukul dadanya yang terasa amat sesak. Dia marah, dia tidak terima, tapi dia juga takut untuk melawan. Aileen mendongak sedikit ketika merasakan bahunya disentuh oleh seseorang. Ternyata Visha.
Tatapan Aileen kosong, Visha semakin dibuat khawatir. Ia mengguncangkan bahu Aileen dengan kencang. "Len, lo nggak papa?"
"Pergi," titah Aileen.
Visha menggeleng cepat, air matanya sudah meluruh sempurna. "Gue nggak bisa diem aja liat lo kayak gini, Len."
"Gue bilang pergi ya pergi?!" Aileen menjerit emosi.
Visha sempat terkejut, tapi ia paham keadaan Aileen saat ini. Gadis itu bergerak untuk menyentuh pundak Aileen agar dia merasa lebih tenang. Namun Aileen adalah Aileen, ia menepis tangan Visha dengan keras. Matanya memerah antara marah dan khawatir.
Visha mematung kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Aileen. Gadis itu langsung ditarik paksa oleh Ge ketika salah satu senior mendekat ke arah Aileen. Visha hanya bisa pasrah, ia memandang Aileen dengan nanar.
"Tadi itu temen lo? Cantik juga," katanya dengan nada santai. "Karena lo udah punya si Dandi, gimana kalo temen lo buat gue?"
Untuk pertama kalinya, Aileen memberanikan diri menatap senior berambut coklat itu. Ia tersenyum sinis, "Jangan harap muka lo yang jelek itu bisa dapetin temen gue."
Si rambut coklat jelas tidak terima. Ia mendekat pada Aileen, "Lo bilang gue jelek? Kalo gitu lo apa dong?" tanyanya sambil kembali menjambak rambut Aileen keras.
Aileen memejamkan matanya menahan sakit. Di saat-saat seperti ini, ia hanya bisa beraharap pertolongan itu datang lagi.
"Gian, tolong gue..." gumamnya pelan dengan suara yang sedikit serak.
Seperti menjawab panggilannya, Gian berjalan membelah kerumunan. Aileen tau lelaki itu pasti akan datang. Gadis itu tersenyum manis saat Gian menatapnya.
Gian sendiri sudah benar-benar dilahap amarah ketika melihat Aileen sehancur itu. Ia tidak pernah merasa semarah ini. Dulu waktu Aileen menghadapi hal yang sama, Gian hanya khawatir akan tanggung jawabnya. Tapi sekarang, dia benar-benar khawatir akan keadaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...