Gian telah sampai di depan rumah Kalya yang besar dan mewah. Ia melepas helm kemudian turun dari motor. Gerbang rumah Kalya ditutup dan dikunci. Ia tidak mungkin mengucap salam dan bilang bahwa tujuannya kemari adalah untuk mencari Aileen. Karena pasti keluarganya pun tidak akan tau kalau Agra memang menyembunyikan Aileen.
Dengan terpaksa Gian memilih untuk memanjat pagar rumah Kalya. Tak perlu waktu yang lama baginya untuk bisa mendarat di halaman rumah tersebut. Setelah itu Gian langsung melangkah cepat tanpa suara. Ia tak mau kalau sampai Aileen semakin terluka hanya karena dia terlambat menyelamatkan gadis itu.
Gian terus berkeliling mencari pintu yang kemungkinan ada Aileen di dalamnya. Tapi sampai napasnya terengah-engah, ia masih tidak menemukan ruangan itu. Gian bahkan sudah sampai di ujung paling belakang rumah tersebut. Namun tetap saja hasilnya nihil.
Gian semakin marah, lelaki itu makin tidak bisa berpikir jernih. Ia menendangi apa saja yang ada di sana. Sampai tendangan Gian meruntuhkan tumpukan kayu dekat tembok rumah. Gian langsung terpaku. Di sana ada sebuah lorong kecil yang sangat gelap. Gian mendekat kemudian menendang sisa kayu yang masih berdiri kokoh. Saat sudah tidak ada kayu yang tersisa, Gian bisa melihat bahwa di sana ada tangga yang menuju ke ruangan di bawah tanah.
Tanpa berpikir panjang Gian langsung menuruni tangga tersebut. Walau gelap Gian tidak takut sama sekali. Yang ia takutkan hanya satu, yaitu apabila Aileen nya terluka.
Tangga sudah habis. Di depannya masih ada satu pintu lagi. Gian mencoba membuka namun sepertinya pintu itu dikunci dari dalam. Gian mundur lalu bergerak untuk mendobrak pintu tersebut. Percobaan pertama gagal, Gian tidak menyerah. Ia mundur lebih jauh, kemudian menendang pintu itu dengan seluruh tenaganya. Berhasil. Pintu terbuka.
Ruangan yang dimasuki Gian saat ini sangat luas namun gelap dan pengap. Gian mengamati sekeliling, irisnya langsung jatuh pada sosok gadis yang kini tengah terduduk lemas dengan tangan dan kaki yang terikat. Di sana memang gelap, tapi Gian bisa melihat kalau gadis itu adalah Aileen. Gian langsung berlari ke arah di mana Aileen berada. Setibanya ia langsung berjongkok.
Aileen tidak menyadari keberadaan Gian. Gian menyentuh pipi Aileen dengan lembut. Gian dapat merasakan bahwa pipi Aileen sangat dingin.
Mendapat sentuhan seperti itu, Aileen akhirnya mendongak menatap tepat di mata Gian. "Gian?" Aileen bertanya ragu dengan suara yang begitu pelan.
Gian mengangguk dan tersenyum sendu, "Iya ini gue."
"Lo nggak harus ke sini Gian. Biarin gue mati, gue nggak mau jadi beban lo." Suara parau Aileen juga matanya yang sangat sayu membuat Gian ikut tersayat.
"Lo nggak boleh mati, udah gue bilang kan kalo lo nggak boleh lari dari gue?" Setetes air mata jatuh begitu saja tanpa Gian sadari.
Gian tidak pernah merasa bahwa hanya dengan melihat seorang gadis dengan tatapan sendu mampu membuat hatinya ikut tersayat begitu dalam. Dulu ia tak pernah peduli dengan manusia yang dinamakan perempuan. Tapi untuk saat ini, Gian lebih memilih untuk tidak peduli pada dirinya sendiri.
"Pergi dari sini. Gue mohon, gue nggak mau lo kenapa-kenapa." Aileen mengelus wajah Gian dengan senyum yang terpantri di wajahnya.
Bukannya pergi Gian malah memeluk tubuh Aileen dengan erat. "Gue nggak akan pergi andaipun gue harus mati di sini."
"Jangan peluk gue. Gue kotor banget soalnya. Belum mandi." Aileen tertawa pelan. Tawa yang terdengar amat menyedihkan.
Gian lagi-lagi tak bisa menahan air matanya. Ia menangis tanpa suara di pelukan Aileen. Aileen benar-benar mengubah hidup Gian. "Maafin gue. maafin gue, Aileen." Gian berujar dengan suara seraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...