Sejak awal Aileen datang dari toilet, ia tidak pernah berani mengangkat wajah karena di depannya ada Gian yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu dengannya. Aileen tidak menjawab sewaktu ditanya bagaimana kabarnya, ia terlalu kaget.
Gian di depannya terlihat lebih dewasa juga semakin tampan. Entah kenapa Aileen ragu kalau perasaan mereka masih sama seperti dulu, khusunya perasaan Gian. Di Paris pasti banyak gadis cantik yang bisa memikat hati Gian. Aileen? Dia bukan apa-apa. Bahkan Gian meninggalkannya tanpa ikatan hubungan. Aileen tidak berhak merindukan Gian.
Makanan datang membuat semua orang langsung antusias termasuk Aileen. Dia bisa saja menganggap Gian tidak ada di sana, tapi untuk mie ayam, Aileen selalu menganggap makanan itu adalah hal paling berharga di dunia ini. Terlihat dari senyum cerah gadis itu saat mulai menyantap mie nya tanpa canggung.
Gian diam-diam tersenyum kecil melihat itu. Aileen tidak berubah walau hari demi hari dunianya mulai berubah. Gadis itu sudah menjadi mahasiswi sekarang, tapi kesukaan nya terhadap mie ayam tidak pernah bisa hilang.
Tak sampai lima menit Aileen makan, mie ayam nya sudah tandas tak tersisa. Aileen langsung tersenyum ke arah Ge penuh arti.
Ge yang sadar ditatap seperti itu oleh Aileen, mengangkat kepalanya, "Apaan senyum-senyum gitu?!" sewot Ge yang sepertinya paham maksud Aileen.
"Tambah boleh nggak?" tanya Aileen mengedipkan sebelah matanya genit.
Ge bergidik jijik, "Heh nggak usah sok imut ya?! Wajah lo itu kayak sarang tawon, nyeremin."
"Ge, nggak boleh gitu! Dia sahabat gue loh." Visha menegur sambil mendelik tajam.
"Ya, lagian sok imut banget sih."
"Dia kan cuma mau minta tambah, Ge. Aileen itu nggak bisa kalo makan mie ayam cuma satu kali. Lo tega sama dia?"
Aileen menoleh pada Visha, "Tumben lo lebih membela gue dari pada si kampret itu?!" Aileen menyipitkan matanya curiga.
"Yeee, dibela malah ngajak tubir," ujar Visha menjitak kepala Aileen pelan.
"Nggak papa nambah aja, gue yang bayar." Gian menyahut membuat Aileen langsung mengalihkan pandangannya.
"Beneran?"
"Apa aja buat lo."
Pipi Aileen hampir saja memerah kalau dia tidak langsung berdiri dari duduknya dan memesan mie ayam lagi. Setelah pelayan mengangguk mengiyakan, Aileen kembali ke tempatnya dengan wajah yang amat tegang.
Ia menunggu sembari bermain ponsel. Aileen enggan menatap depan sama sekali. Keadaannya dan Gian tidak sama seperti dulu dimana Aileen bebas berkata apa saja. Mereka sudah lama jauh, jadi wajar saja Aileen merasa sedikit canggung.
Tak lama pesanan Aileen datang. Ketiga orang lainnya sudah selesai makan. Mereka hanya menunggu Aileen di sana. Saat Aileen makan, mereka berbincang dengan seru.
"Lo udah punya pacar belum?" tanya Visha yang sepertinya ditujukan untuk Gian.
"Belum lah, Vish. Mana bisa cowok datar kayak dia bisa segampang itu dapet pacar." Ge yang membalas dengan nada mengejek yang amat kental.
"Pacar nggak punya, tapi kalo calon istri ada." Gian menjawab santai membuat Aileen tersedak tiba-tiba.
Sontak Visha langsung menyodorkan air minum pada Aileen, "Hati-hati dong, kebiasaan banget kalo makan mie ayam."
Aileen hanya menerima air minum itu tanpa menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba ia tidak berselera makan. Mie ayam kali ini rasanya hambar dan pahit. Aneh, padahal sebelum itu rasanya oke-oke saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Genç KurguAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...