PART 27

508 64 1
                                    

Semua murid XI IPA 1 yang awalnya berjalan kesana-kemari, langsung duduk di tempatnya ketika Bu Vinka datang membawa selembar kertas. Mereka agak sedikit kaget karena pelajaran seni sudah usai sedari tadi. Tapi mengapa Bu Vinka kembali masuk ke kelas IPA 1?

"Nggak usah bingung gitu liat saya masuk sini." Bu Vinka terkekeh kecil melihat ekspresi lucu dari beberapa murid. "Saya mau manggil beberapa siswa. Yang saya panggil namanya langsung ikut saya ke ruang seni."

Seluruh murid mengangguk serentak.

"Gian, Gema, Kalya, Tavisha, Viera, dan Aileen. Ayo ikut saya ke ruang seni." Bu Vinka keluar kelas setelah berkata begitu.

Aileen memandang kepergian guru wanita itu dengan sorot bingung. Tak jauh beda, sosok di sampingnya juga sama bingungnya.

"Ngapain kita dipanggil?" tanya Aileen pada Visha.

"Kalo gue tau gue nggak akan nampilin wajah sejelek lo." Visha membalas ketus.

"Ya santai dong." Aileen mendengus sebal.

Ge menoleh mendengar suara keributan yang berasal tepat di belakangnya, "Ini kenapa dua istri gue pada bertengkar, sih?"

Aileen meringis jijik, "Istri pala lo peang."

"Eh iya kan istri gue cuma Visha seorang. Amit amit dah punya istri macam kebo betina."

Aileen yang merasa tersindir langsung memberikan tatapan garangnya pada Ge.

Visha menghela napas lelah, "Daripada ribut mending kita langsung ke ruang seni." Visha menarik tangan Aileen agar ikut berdiri dari duduknya. "Buruan nanti kasihan Bu Vinka nungguin kita doang."

"Bawel lo."

Aileen berdiri dengan malas-malasan. Ruang seni sangat jauh dari kelas IPA 1, jadi wajar saja kalau kakinya sudah terasa pegal walaupun belum berjalan satu meter pun.

Ge menarik Aileen ke belakang saat melewati pintu kelas. Lelaki itu kini berganti posisi di sebelah Visha.

Aileen mendecih kesal, "Dasar bucin!" serunya tepat di telinga Ge.

Ejekan gadis itu tak dihiraukan sama sekali oleh Ge maupun Visha. Membuat Aileen semakin terlihat menyedihkan karena berjalan sendiri di belakang pasangan yang sedang kasmaran. Kalau saja ini bukan sekolah, Aileen pasti akan menendang bokong Ge sekeras mungkin. Ia tak akan lupa oleh jasa cowok itu yang kini telah membuat Visha berubah.

Bayangkan saja, Visha yang dulunya pendiam dan jarang menghina Aileen, sekarang malah paling tak gentar jika di suruh menistakan sahabatnya yang cantik ini. Aileen jadi curiga kalau Ge sebenarnya memakai pelet demi kelancaran hubungan cowok itu dengan Visha.

"Wajah lo makin menegaskan kalau lo itu jomblo akut."

Suara yang datang dari samping membuat Aileen refleks menoleh dengan wajah kesal. Ia tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh orang itu. Dan dia juga lebih tidak terima ketika tau bahwa orang itu adalah Gian.

"Kenapa lo di sini? Ngikutin gue ya?"

"Nggak usah geer." Gian menoyor kepala Aileen hingga sang empunya meringis kesakitan. "Emang lo secantik apa sampe gue harus rela ngikutin lo, bodoh?!"

"Nggak cantik-cantik banget sih, mungkin setara sama Selena Gomez." Aileen mengibaskan rambutnya.

"Ya-ya-ya terserah lo aja."

"Dipanggil juga ke ruang seni?" Aileen mengubah topik pembicaraan.

Gian melirik sekilas, "Menurut lo?"

"Idih, ditanya gitu aja jawabnya sewot banget."

"Emang gue harus jawab gimana?"

"Ya misal, 'Iya Aileen cantik gue juga mau ke ruang seni, bareng yuk!' gitu kek."

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang