Jumat pagi ini seluruh murid kelas XI IPA 1 sudah berkumpul di ruang seni. Bu Vinka akan memberi pengumuman mengenai latihan pertama drama mereka yang akan dilaksanakan besok sabtu mengingat acara pentas seni yang hanya tinggal menghitung hari.
Masih sama seperti kemarin-kemarin, Aileen mengambil tempat duduk di sebelah Chika. Visha masih marah padanya, ia pun juga bingung bagaimana dirinya akan meminta maaf. Karena jelas, Aileen tak pernah menghadapi situasi seperti ini selama bersahabat dengan Visha.
Bu Vinka baru saja memasuki ruang seni. Semua murid serentak mengucap salam. Aileen mendengar suara khas milik Visha dari abelakang. Selalu begitu. Meskipun pintar, Visha tidak terlalu suka duduk di bagian paling depan. Gadis itu lebih suka di belakang karena merasa lebih nyaman dan leluasa.
Hari ini adalah pertama kalinya Aileen benar-benar merasa sendiri ketika berada di sekolah. Visha yang marah padanya dan juga Gian yang bersikap seolah tak mengenal Aileen. Ge sesekali masih mau menemani Aileen pergi ke kantin atau hanya sekedar berkeliling mencari angin, cowok itu entah kenapa seperti bisa mengerti bahwa Aileen tengah kesepian.
Tapi tentu saja Ge tak bisa terus bersama Aileen. Cowok itu juga sahabat Visha, jadi mau bagaimanapun Ge juga harus menemani Visha seperti ia menemani Aileen.
Tentang Gian, Aileen tau itu salahnya. Ia tak seharusnya bersikap begitu pada Gian. Laki-laki itu sudah sering menolong dirinya, tetapi sikap Aileen kemarin benar-benar tak mencerminkan rasa terima kasih. Separuh diri Aileen merasa menyesal, tapi separuhnya lagi merasa lega.
Mengapa Aileen merasa lega?
Karena Aileen tak perlu khawatir lagi jika nanti ia akan kembali berharap pada hal yang tidak pasti, Gian sudah menjauh darinya. Sosok yang menyentuh kata sempurna itu benar-benar menjauhi Aileen.
Tapi apa upaya Aileen dapat benar-benar membakar hangus harapannya pada Gian? Karena jujur saja Aileen sudah menyimpan nama Gian di tempat spesial dalam hatinya.
"Selamat pagi anak-anak." Salam dari Bu Vinka membuyarkan lamunan Aileen.
"Pagi, Bu." jawab seisi kelas secara serentak.
"Saya akan memberikan pengumuman tentang latihan pertama kalian yang akan dilaksanakan besok." Bu Vinka membuka lembaran kertas yang ada ditangannya, "Sebelum itu saya akan membacakan kembali murid-murid yang akan mendapatkan peran penting di pertujukkan drama ini."
"Yang pertama adalah Giandra Chaanakya sebagai Romeo. Kemudian Aileen Claretta sebagai Juliet, juga Kayla Syifanazia sebagai Juliet pengganti. Mengapa saya memberi peran Juliet pada dua orang berbeda? Karena karakter akting Aileen dan Kalya ini sama persis. Dan Juliet adalah tokoh yang sangat penting di drama ini, jadi kita sudah menyiapkan cadangan kalau misal Juliet yang utama tidak bisa tampil." Jelas Bu Vinka panjang lebar.
Lalu salah satu murid mengangkat tangannya, "Kalo Juliet ada dua, kenapa Romeonya cuma satu, Bu?"
"Karena tidak ada siswa yang karakter aktingnya sama persis seperti Gian," balas Bu Vinka singkat membuat semua murid langsung paham ke mana arah pembicaraan guru paruh baya itu.
Sudah pasti selain akting Gian yang tergolong bagus, wajah tampannya juga sangat memadai untuk memerankan tokoh Romeo.
"Oke saya lanjutkan. Untuk tokoh Paris yakni tunangan Juliet diperankan oleh Gema Rahandika. Rosaline diperankan oleh Radea Tavisha. Rosaline sendiri adalah gadis kaya yang menyukai Romeo." Bu Vinka menghela napas panjang sebelum kembali menjelaskan tentang tokoh-tokoh pendukung lainnya.
Aileen sedari tadi hanya menguap malas, tak tertarik sama sekali dengan penjelasan Bu Vinka. Ia memang bangga pada dirinya sendiri ketika tau dialah yang akan memerankan tokoh Juliet. Tapi apakah dia pantas bersaing dengan Kalya? Kalya jelas lebih cantik dan berbakat untuk menjadi Juliet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...