Bagian ke-2
Bersiaplah dan tetap duduk dengan nyaman.
Tirai terbuka,
Pertunjukkan dimulai...
***
Hari ini di Kerajaan Capulet, Lady Capulet sedang menyambut kedatangan Count Paris. Calon menantunya itu mempertanyakan keadaan Juliet.
"Bagaimana keadaan wanitaku? Apa dia masih bersedih? Ah, ku pikir aku akan memberi beberapa kenyamanan untuknya," ujar Paris dengan nada sedih bercampur kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri.
"Dia masih bersedih untuk saat ini. Tapi untuk besok, aku akan menanyakan pendapatnya tentang pernikahan kalian nanti," balas Lady Capulet. Ia kembali berujar, "Kira-kira kapan kau akan menikahinya?"
"Aku bisa menikahinya kapan saja. Aku sangat menginginkannya."
Lady Capulet tersenyum penuh arti, "Kau ini tipe yang tidak sabaran ya ternyata," goda Lady Capulet. "Bagaimana kalau kalian menikah di hari Kamis?"
"Aku sangat bersedia menikahinya di hari Kamis," jawab Paris dengan mantap.
"Aku juga sangat setuju. Lebih cepat lebih baik." Rosaline yang kebetulan lewat, ikut menimbrung percakapan antara Paris dan Lady Capulet.
"Aku tidak setuju!" Juliet tiba-tiba datang dan mengamuk ketika mendengar apa yang dibicarakan oleh sang ibu, Paris, dan juga Rosaline
"Juliet, kendalikan kata-kata mu!" bentak Lady Capulet agak terbawa emosi. "Mengapa kau tiba-tiba menolak menikah dengan Paris, hah?"
"Aku tidak mencintainya, Ibu. Aku tidak bisa mencintainya." Juliet menjawab sambil terisak pelan. Hari ini benar-benar hari yang sial. Kesedihan yang menimpanya berkali-kali lipat dari hari biasa.
"Cinta atau tidak, kau tetap harus menikahinya." Lady Capulet kekeuh membantah omongan Juliet. "Kalau kau tidak menikahinya, jangan harap aku mau melihat wajahmu lagi."
"Sudah-sudah, kalian tak perlu bertengkar karena ini." Paris melerai. "Ibu, kau bisa masuk ke kamarmu. Izinkan aku berbicara dengan Juliet. Dan kau Rosaline, pergi sejauh mungkin dari sini." Titah Paris langsung diangguki oleh Lady Capulet. Ibu Juliet itu langsung pergi dari sana.
Sedangkan Rosaline? Ia malah memelototi Paris seperti hendak mengatakan sesuatu. Paris tidak menghiraukannya sama sekali. Rosaline menyerah. Akhirnya ia ikut pergi dari ruangan istana yang luas itu meninggalkan Paris dan Juliet berdua di sana.
"Apa kau memang tidak bisa mencintaiku, Juliet?" tanya Paris dengan hati yang sedikit teriris.
"Tidak bisa, Paris. Aku hanya mencintai satu orang. Dan orang itu bukanlah kamu." Juliet menjawab jujur membuat Paris semakin sakit hati.
Lelaki itu mengepalkan tangannya kuat. Bagaimanapun ia yang seharusnya dicintai oleh Juliet. Tapi mengapa? Mengapa Juliet malah lebih memilih untuk mencintai orang lain?
"Kenapa kau sok kecantikan, sih?" Paris bertanya asal.
Juliet melotot sebal, "Apa maksudmu sok kecantikan?!" serunya tidak terima. "Aku memang sudah dilahirkan cantik. Tidak ada kata sok dalam kamusku."
"Kalau memang cantik coba tunjukkan padaku."
Tanpa ragu Juliet langsung mengibaskan rambutnya serta mengedipkan sebelah matanya untuk tampil lebih menggoda. "Gimana? Sudahlah, kau akan pingsan kalau terus melihat ini."
Sementara itu Rosaline yang sudah sedikit menyingkir dari panggung, menepuk kepalanya tak habis pikir. "Apakah pembicaraan mereka harus seperti itu? Ah iya aku lupa. Mereka hanyalah Juliet dan Paris yang sebenarnya telah berubah menjadi bodoh sejak mereka berdua ada," gumam Rosaline pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...