PART 33

510 65 3
                                    

Baca dan nggak boleh baper!!

Peraturan khusus untuk part  ini.

***
Hari ini adalah hari di mana pentas seni akan dilaksanakan pada pukul delapan malam. Siang hari semua murid SMA 60 disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti mempersiapkan pentas yang akan ditampilkan atau menyiapkan beberapa properti--seperti panggung--yang diperlukan di lapangan tempat pentas seni diadakan.

Kelas XI IPA 1 pun juga begitu. Mereka sedang sibuk melaksanakan gladi bersih drama Romeo dan Juliet yang akan ditampilkan nanti malam. Di ruang seni, Aileen dan Gian terlihat menampilkan adegan terakhir dari drama ini, yaitu Romeo dan Juliet yang tewas secara berdampingan.

Latihan mereka diakhiri dengan tepukan tangan dari Bu Vinka yang menatap para muridnya dengan sorot bangga.

"Kalian semua bener-bener hebat," puji Bu Vinka dengan mata berkaca-kaca, "Saya yakin kalian bisa menampilkan yang terbaik waktu pentas seni nanti malam."

"Terima kasih Bu karena selalu percaya sama kita," ujar Gian mewakili seluruh murid XI IPA 1.

"Iya, sama-sama." Bu Vinka tersenyum tulus, "Sekarang kalian boleh istirahat dan mempersiapkan diri. Kalian juga boleh pulang, dengan syarat harus kembali ke sekolah maksimal satu jam sebelum acara dimulai."

"Siap, Bu."

Bu Vinka pergi setelah mengucap salam. Begitu juga dengan murid lainnya yang langsung membubarkan diri karena ingin cepat-cepat beristirahat sejenak di rumah masing-masing. Gian berbeda, lelaki itu malah menengok kesana kemari untuk mencari keberadaan seseorang. Setelah menemukan orang yang dia cari, Gian mendekat.

Orang itu adalah Aileen. Gadis yang sedang berjalan seorang diri dengan wajah muram. Tanpa meminta persetujuan, Gian langsung menarik tangan Aileen dan membawa Aileen pergi dari ruang seni.

Aileen yang tidak menyangka kalau Gian akan melakukan ini, jelas terkejut. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Gian, "Lo ngapain sih?!" tanya Aileen garang.

Yang ditanya tidak memberi jawaban juga tidak mau melepaskan tangan sang gadis. Gian terus saja berjalan tanpa peduli pada bisikan murid-murid lain yang membicarakan dia dan Aileen. Gian baru berhenti ketika ia sampai di pintu yang bermuara ke satu tempat, yaitu rooftop.

Lelaki itu mengeluarkan sebuah kunci yang ada di sakunya. Ia lalu membuka pintu dengan kunci tersebut. Aileen yang melihat kejadian itu jelas heran. Bagaimana bisa Gian memiliki kunci rooftop yang seharusnya hanya dimiliki oleh penjaga sekolah? Tanya yang jelas tak akan terjawab saat itu juga.

Pintu terbuka, Gian membawa Aileen masuk dan menaiki tangga setelah mengunci kembali pintu itu. Aileen tidak protes walaupun pikiran negatifnya tersebar dimana-mana. Bagaimana kalau Gian akan melakukan sesuatu yang merugikan Aileen? Seperti mendorong Aileen ke bawah misalnya. Aileen jadi merinding sendiri ketika membayangkan hal itu.

Mereka telah sampai di rooftop. Gian melepas genggaman pada tangan Aileen kemudian berjalan menuju sofa usang yang ada di sana untuk duduk. Aileen mengekor dan ikut duduk di samping Gian.

"Ngapain ke sini?" tanya Aileen membuka obrolan.

"Pengen aja," balas Gian singkat seperti biasanya.

"Bukannya waktu itu gue udah bilang ka--"

"Gue nggak suka," ujar Gian memotong kalimat Aileen.

Kening Aileen tampak mengernyit bingung, "Nggak suka apa?"

"Kalo lo nyuruh gue buat jauhin lo." Gian yang awalnya memandang luasnya langit, menengok pada Aileen dan menatap gadis itu dalam. "Gue nggak suka lo merintah gue dengan hal yang nggak gue suka," jelas Gian dengan nada yang penuh penekanan.

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang