PART 15

621 71 4
                                    

Aileen dan Ge masih berdiri di depan lab kimia menunggu kedatangan Visha. Gadis ceroboh itu meninggalkan kacamatanya di kelas. Visha memang menderita rabun jauh, tapi tidak terlalu parah. Jadi dia hanya memakai kacamatanya jika pelajaran penting saja.

"Lama banget sih tu bocah. Ngapain aja, deh?!" gerutu Aileen sebal.

"Sabar, Len. Gitu-gitu masa depan gue nantinya."

"Halah, gaya lo kayak udah punya modal aja."

"Modal apa?"

"Modal kawin lah. Beliin mie ayam gue seminggu aja belum lunas, begayaan ngomongin masa depan." Aileen mencibir Ge, pasalnya cowok itu belum melunasi janjinya.

Ge senyum tanpa dosa. "Itu mah lupa kali, Len."

"Alesan. Mulut lo tuh lupa dicuci."

Saat mereka sedang sibuk ribut, Kalya dan Viera datang menyapa Ge dan Aileen. Keduanya hendak masuk juga ke lab kimia. Sepertinya Kalya dan Viera baru saja ada urusan, jadi mereka terlambat datang ke sini.

"Hai, Kalya." Aileen menyapa ramah dengan senyum semanis madu.

Kayla balas tersenyum. "Hai juga, Aileen. Kok kamu nggak masuk? Nungguin siapa?"

"Oh, aku nunggu Visha. Kamu kalo mau masuk dulu silahkan."

Kayla mengangguk. "Oke, aku masuk dulu ya. Yuk, Ra."

Saat mereka berdua melewati Aileen, ia merasa gadis di samping Kalya tidak suka padanya. Karena sedari Aileen menyapa mereka, ia hanya menampilkan wajah jutek dan tatapan sinisnya pada Aileen juga Ge. Ge sendiri hanya diam tak berkata. Ia sibuk mengalihkan pandangannya ke segala arah. Seperti menghindari sesuatu.

"Ge, lo kenapa, dah? Kok sok pendiem gitu?"

"Gue kan emang pendiem, sih."

"Pendiem nenek kau nungging?!"

"Len, nenek gu--"

Ucapan Ge terpotong oleh kedatangan Visha dengan napasnya yang terengah-engah. Gadis itu sedikit membungkuk guna menormalkan detak jantungnya. Lelah juga berlari dari kelas sampai lab kimia.

"Duh, sorry gue lama," ucapnya tersenggal-senggal.

"Ngapain aja lo di kelas? Boker?" tanya sinis itu datang dari Aileen.

"Tadi tuh kacamata gue keselip di buku paket, jadi nyarinya agak lama. Gue malah sempet ngira tuh kacamata udah hilang."

"Ceroboh dasar!"

"Ngaca, Len."

Aileen melengos jutek. "Yaudah, yuk masuk."

"Tunggu!" seru Visha membuat Aileen dan Ge menengok dengan geram.

"Apalagi?!" Sentak keduanya emosi. Entah kenapa, Ge kesal juga kalau disuruh menunggu selama ini.

"Gue mau ngomong sama Ge. Lo masuk aja duluan, Len."

"Dasar bucin," cibir Aileen kemudian masuk meninggalkan Ge dan Visha.

Visha beralih menatap Ge dengan sorot serius. "Gue harus ngomong sama lo, Ge."

"Ngomongin apa? Masa depan kita?" Ge malah cengar-cengir tidak jelas.

Visha tidak menghiraukan gurauan lelaki itu. Ia langsung menarik tangan Ge dan membawanya ke taman belakang sekolah. Saat ini semua siswa sedang sibuk belajar di kelas, jadi jelas taman itu sepi. Hanya ada mereka berdua di sana.

"Lo ngapain ngajak gue ke sini? Vish, walaupun gue suka kalo berduaan sama lo, tapi tetep aja bolos itu nggak baik." Ge masih saja berbicara asal. Ia seolah tak menyadari seserius apa Visha memandangnya kali ini.

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang