Aileen dan keempat temannya yang lain sedang berjalan menyusuri koridor. Saat ini memang waktu istirahat, jadi banyak murid yang berlalu-lalang.
Di depan Aileen berjalan diantara Ge dan Visha, seperti biasanya. Dan di belakang ada Gian dan Kalya. Keduanya terlihat sangat canggung, apalagi Kalya. Ia kelihatan sangat kaku saat berjalan. Gian masih mending, karena dia bisa mengendalikan mimik wajah juga tangannya yang terselip diantara saku celana. Membuat puluhan gadis memekik tertahan melihat ketampanan cowok itu.
"Lo bisa nggak sih nggak malu-maluin gue sekali aja." Visha mengeluh menatap Aileen lelah.
"Loh kenapa lo malu? Gue yang punya hidup aja santai." Aileen menjawab pongah.
"Yaiya santai, orang lo bukan manusia." Ge melirik sinis.
"Ge, lo tau nggak yang terlintas di pikiran gue waktu pertama kali liat lo?"
"Nggak tau lah, emang gue indihome apa."
"Indigo, Gema." Visha mengoreksi sabar.
Ge nyengir tanpa dosa, "Iya itu maksudnya." Cowok itu kembali beralih menatap Aileen, "Ayo Len lanjut."
"Jadi lo nggak tau?"
"Udah dibilang nggak ya nggak!"
"Waktu gue pertama kali liat lo di depan kelas, gue berpikir kalo lo cowok paling ganteng yang pernah gue lihat. Selain oppa-oppa gue loh ya."
Ge jelas dibuat kaget. Namun tak lama senyum manisnya terkembang, "Gue bilang apa, gue nih emang ganteng walau dilihat dari sisi manapun."
Laki-laki di belakang melotot tidak terima. Tangannya mengepal kuat, ia masih mencoba sabar dan mengendalikan diri. Entah kenapa rasa marah muncul begitu saja ketika Aileen berkata begitu.
"Nggak usah sombong dulu, kan gue bilang itu dulu waktu awal kita ketemu."
"Tapi sekarang masih ganteng, kan?"
"Iya sih. Tapi..." Aileen sengaja memotong kalimatnya.
"Tapi apa?" Ge bertanya penasaran.
"Tapi ada yang lebih ganteng."
Sontak Gian yang tadinya sempat hampir emosi, langsung tersenyum tenang.
"Siapa?"
"Rahasia," goda Aileen.
Ge yang tidak tahan langsung merangkul gadis itu kemudian mencekiknya. "Siapa nggak?!"
Aileen terbatuk-batuk, "Le-lepasin dulu dong Gema bangsat."
"Kalo gue lepas lo mau ngasih tau?"
"Iya."
"Yakin?"
Belum juga Aileen membalas, tangan Gian terlebih dahulu menepis lengan Ge yang ada di pundak Aileen.
"Lepas! Anak orang mati mau tanggung jawab?" Ujarnya datar.
Ge pasrah lalu melepas Aileen yang tengah terbatuk-batuk. Cowok itu mendengus sebal ketika Aileen mengedipkan sebelah matanya untuk mengejek Ge.
"Kalian itu di mana-mana bertengkar, ya?" Kalya yang sedari tadi diam ikut membuka suara.
"Mereka diciptakan untuk jadi musuh, Kal." sahut Visha.
"Kalo kita diciptain jadi jodoh kan, Vish?" Ge menggombal Visha yang hanya dibalas lirikan tajam.
Aileen tiba-tiba meloncat ke depan menghentikan langkah empat orang di belakangnya.
Gadis itu berbalik, "Nggak boleh langsung balik ke kelas. Pokoknya kita harus ke kantin dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...